Penggalan puisi

461 53 25
                                    

Berdoalah semoga jalanmu panjang

Dengan penuh kegembiraan dan
kegembiraan yang luar biasa

Sampai kita memasuki port yang tidak kita ketahui

Ada banyak sekali musim panas yang akan anda sambut

Berhenti sejenak di pasar Fenisia

Belilah barang-barang cantik

Induk mutiara, karang, amber dan kayu eboni

Segala jenis parfume sensual

Yang terpenting, parfume, sebanyak yang dimungkinkan oleh dompet anda

Kunjungi berbagai kota di Mesir

Belajar dan belajar dari orang bijak.

Dohyun mendapati secarik kertas dengan rentetan kalimat asing yang belum pernah ia baca dimanapun, kertas itu tergeletak nyaris jatuh dari meja belajar dedek.

Dohyun membacanya, yang sepertinya adalah puisi, sajak cantik penuh makna itu ia baca berulang kali. Seperti ada suatu makna yang tersembunyi, tapi Dohyun sendiri tidak mengerti apa itu.

Dohyun mengambil kertas itu melipatnya sekecil mungkin lalu ia simpan ke dalam dompetnya.

Ia hapal mati bagaimana tulisan adik kembarnya itu, ia akan cari tahu nanti.

"Abang, dedek mana?" Tanya Dohyun pada Hyunbin yang tengah mengetik sesuatu di laptopnya.

Minggu pagi yang cerah, Hyunbin mengerjakan tugasnya di meja makan dengan ditemani kopi hangat juga roti tawar berselai mentega yang dedek buatkan untuknya.

"Dedek jalan sama bang Hyunseok cari sarapan, kenapa bang?"

Dohyun mengangguk paham. "Enggak apa-apa, soalnya tumben aja rumah sepi, ternyata badutnya lagi keluar."

Hyunbin mengernyit bingung. "Badut? Siapa badut? Abang gak paham."

Dohyun melangkah ke meja pantri. "Dedek, kan dia tuh yang suka menghibur kita di rumah dengan ketantrumannya."

Hyunbin tertawa kecil. "Abang ini, kalo dedek dengar ngambek dia. Gitu-gitu kalo enggak ada dicariin dedeknya."

Dohyun nyengir. "Tapi bang aku mau tanya deh, dedek pernah gak bilang ke abang kalo dia suka baca puisi atau bikin puisi atau bahkan dia pamer dengan aksi membaca puisinya yang gak seberapa itu." Gengsi, sebenarnya mau muji tuh.

Hyunbin menyeruput kopinya. "Enggak sih bang, cuma dedek emang suka nanya-nanya ke abang."

"Nanya apa bang?"

"Kayak, abang punya gak temen yang suka baca puisi? Atau.. abang punya gak kenalan yang tau banyak tentang puisi? Dedek lagi tertarik banget sama puisi bang!" Jawab Hyunbin dengan menirukan suara dan nada khas dedek hingga Dohyun teratawa cukup keras.

"Abang kok bisa sih?!" Tanya Dohyun disela tawa gelinya. "Persis banget kayak dedek! Akibat ketempelan dedek ini mah." Lanjut Dohyun di sisa-sisa tawanya.

"Abang yakin kamu juga bisa niruinnya bang, apalagi bang Hyunseok, hapal banget dia. Emang kenapa kok nanya tantang dedek sama puisi?"

Dohyun duduk di hadapan Hyunbin setelah menyeduh teh hangat untuk dirinya. "Enggak apa-apa bang. soalnya aku penasaran aja, kayaknya dedek aja deh yang jarang nyalurkan hobi. Aku liat kalo gak nugas, tantrum ya pasti tidur bocahnya."

Hyunbin mengangguk. "Bener juga, tapi dedek cukup sering sih nanya tentang puisi ke abang dan teman abang. Emangnya dedek gak pernah cerita ke kamu bang? Atau apa gitu yang menyangkut puisi atau mungkin tentang yang lain?"

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang