14

40.8K 2.7K 82
                                    

Sesuai janji Arka pada Sarah satu minggu yang lalu, hari ini dia akan menemani Sarah ke rumah sakit untuk check up kandungan. Bukan hanya sekedar menemani, dia juga sangat ingin mengetahui perkembangan anaknya.

"Sudah?" Arka bertanya ketika sudah mendapati Sarah berjalan ke arahnya yang tengah menunggu di sofa ruang keluarga.

Sarah menganggukkan kepalanya. Lantas mereka berjalan beriringan menuju mobil Arka yang masih terparkir di garasi.

Sarah cukup terkesan sebab Arka sampai meliburkan diri dari kantornya demi menemaninya ke rumah sakit. Dia tidak menyangka Arka benar-benar melakukan tanggungjawabnya sebagai calon Ayah.

Terlepas dari kejadian yang menimpanya, Sarah cukup mensyukuri karena ternyata Arka adalah laki-laki yang memegang teguh janjinya. Meskipun hanya perhatian kecil bagi sebagian orang, tapi bagi Sarah ini sudah lebih dari cukup. Perhatian Arka pada anaknya adalah hal yang paling berharga.

••••••••

Mata Arka lurus menatap layar yang menampilkan bayinya yang masih sangat kecil dalam perut Sarah. Bahkan suara dokter yang menjelaskan perkembangan bayinya tak membuat Arka mengalihkan pandangannya. Matanya seakan hanya terkunci pada satu titik, pada bayinya.

"Masih kecil sekali ya, Dok?" Tanpa sadar Arka mengeluarkan pertanyaan konyolnya.

Pertanyaan Arka mengundang kekehan dari Dokter perempuan yang bernama Dokter Velita itu. "Tentu, Pak. Usia kandungan Bu Sarah baru memasuki minggu ke sepuluh. Jadi masih begitu kecil. Tapi tidak masalah, seiring bertambah usia kandungannya, maka janinnya juga bertambah besar."

Arka mengalihkan pandangannya pada Dokter yang tengah duduk di sebelah brankar Sarah sembari menggerakkan suatu alat di atas perut Sarah yang sudah mulai terlihat membuncit. "Tapi mereka baik-baik saja kan, Dok?"

Kata 'mereka' Arka tujukan untuk Sarah dan juga anaknya.

Dokter Velita mengangguk, "Sejauh ini, Ibu dan bayinya sehat. Tapi, di trimester pertama ini di sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat ya, Bu."

"Kalau bisa, aktivitas hubungan suami istri juga di kurangi dulu ya, Pak, Bu. Kandungannya masih sangat muda, takutnya akan memicu kontraksi dini jika terlalu sering di lakukan." Jelas Dokter Velita yang membuat pasangan suami istri itu saling terdiam.

"Di kurangi bukan berarti tidak boleh ya Pak, Bu." Jelas Dokter Velita lagi. Tak mendapatkan respon dari keduanya membuat Dokter Velita mengira kalau mereka berdua sangat berat menerima anjuran ini. "Masih bisa dilakukan asal tidak sesering sebelumnya."

Arka dan Sarah tidak menanggapi ucapan Dokter Velita yang mengedukasi tentang berhubungan suami istri. Mereka tidak mengira kalau pembahasan seperti ini akan di bahas saat check up.

Arka kembali mengalihkan pandangannya pada layar yang masih menampilkan bayinya yang berada dalam perut. Dia seperti dejavu, dia pernah berada di posisi ini. Posisi dia yang tengah memperhatikan 'calon anaknya'. Kedua kali dengan dua calon bayi yang berbeda nyatanya kini justru anak yang berada dalam kandungan Sarah yang merupakan anak pertamanya.

Sejenak Arka memejamkan matanya, berusaha mengusir kenangan-kenangan yang sudah menghancurkan hidupnya. Kini dia akan memulai hidup barunya bersama keluarga kecilnya.

"Detak jantungnya sudah mulai terdengar. Apa Bapak dan Ibu mau mendengarkan?" Tanya Dokter Velita ketika menemukan suara detak jantung bayinya.

Segera Arka kembali mengalihkan pandangannya. Tatapan antusias tak luput dari kedua matanya. Begitupun dengan Sarah, perempuan itu juga antusias ingin mendengarkan suara detak jantung bayinya di dalam sana.

Wedding Accident Where stories live. Discover now