Better

81 10 0
                                    

Malam hari di ruang tengah megah nan menjadi favorit itu, ditemani teh hangat yang dibuat oleh salah satu gadis di sana. Kini ia sedang berdebat dengan si sulung mengenai hadir atau tidaknya esok ke sekolah. Si bungsu bersikeras masih tidak ingin pergi karena tak tega meninggalkan abangnya sendirian. Sedangkan Mark jelas saja meminta yang sebaliknya. 

"Bang, Winter mana bisa ninggalin abang yang masih sakit kaya gini?"

"Abang bisa, lagi pula lo tinggal siapin apa yang gue perluin,"

"Siapa yang anterin kalo abang mau ke mana-mana?"

"Win, abang bisa panggil temen abang kesini. Dia tau kalo abang baru aja keluar dari rumah sakit," jawab Mark sedikit menenangkan hati  Winter.

"Ishh cowo apa cewe?!" Rina tergelak saat Winter menanyakan hal itu.

"Jangan-jangan posesifnya ketularan lo ni Rin," Rina melambaikan tangan sambil tertawa.

"Ya cowo lah, masa cewe. Sejak kapan abang ada cewe," Mark memutar bola matanya kesal.

"Ya kalii Winter ga dikasih tau, kan bisa juga..."

"Mending besok lo sekolah, bareng sekalian sama Rina make supir. Ato mau dijemput Jaem atau Jeno juga gapapa yang penting ada yang anter," nasihat Mark sekali lagi.

"Beneran ya, Winter besok berangkat beneran..." Mark mengangguk setuju.

"Sana tidur gih, Rin lo udah bilang Jae kan kalo di sini?" karena mungkin Rina akan lebih sering berada di rumah sahabatnya itu selama beberapa bulan.

"Udah bang, bang Jae juga lembur kok jadi yaudah lah,"

"Oke, buruan pada tidur,"

"Ya kali, Winter anter abang dulu lah ke kamar," Rina dan Winter kompak mengantar Mark ke kamarnya.

Mereka memposisikan Mark dengan baik di ranjangnya. Menyiapkan apapun yang sekiranya dibutuhkan di nakas. Setelah selesai, mereka keluar lalu bersiap untuk istirahat.

"Kak.. kita tidur di atas gapapa?" Rina bingung maksud pertanyaan Winter.

"Gapapa dong, biasanya juga gitu. Emangnya kenapa?".

" Ishh kan ninggalin abang,"

"Gapapa, yakin aja gapapa Win. Bang Mark juga udah bilang sendiri kok,"
Pada akhirnya mereka segera memasuki kamar. Ditemani cahaya kuning di ruang yang sunyi. Winter tidak kunjung terlelap dalam mimpi indahnya. Ia hanya menggerakkan tubuhnya yang mengusik tidur Rina.

"Kamu kenapa Win..." Rina menatap ke arah Winter yang menatap langit-langit penuh cemas.

"Winter ga bisa tidur,"

"Kalau besok mau sekolah, ya harus tidur sekarang sayang,"

"Rasanya kepala Winter penuh,"

"Mama, papa, abang..." jelas ia memikirkan keluarganya yang sedang tidak baik-baik saja. Belum lagi kedua orang tuanya sangat berjarak darinya.

"Daripada gitu, basuh muka dulu baru tidur ya?" Rina menyarankan agar Winter lebih tenang.

Winter menuruti perkataan Rina. Ia berjalan perlahan ke bilik kecil itu untuk sekadar membasahi wajahnya dengan air.

Karina menunggu sambil merapikan tempat tidur mereka. Mencoba mencari aromatik Winter yang biasa ia gunakan. Setelah mendapatkannya ia memasangnya sehingga membuat suatu aroma khas menenangkan di ruangan itu.

"Udah Win? Come here, ayo tidur lagi.."

"Kak Rina pasang wangi-wangian Winter?" tanyanya.

"Iyaa, biar kamu bisa tidur dengan tenang,"

Never Gonna Let You Go | WINRINAWhere stories live. Discover now