🔪 • 7 | Apartemen Misterius

20 9 0
                                    

Ken memang tidak sejago cowok-cowok lain tentang perbaikan kendaraan. Jangan diremehkan. Dia memang tidak terlalu pandai dalam hal itu, tapi dia pandai dalam hal memikat hati wanita. Seperti saat ini, akhirnya dia berhasil mendapatkan cinta pertamanya.

Kendaraan Jane mengalami gangguan, dan cewek yang sekarang menyandang status menjadi pacarnya itu mengajaknya jalan-jalan naik bus daripada menaiki mobil Ken. Ken pun sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Matanya sedari tadi fokus menatap punggung mungil yang berjalan di depannya, dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam celana jeans.

Pemilik punggung itu sesekali memunguti sampah plastik dan botol di jalan untuk memasukkannya ke dalam tong sampah tanpa ada reaksi jijik sedikitpun, seolah sudah berpengalaman. Hal kecil itu membuat kurva di bibir Ken terbit.

"Jane, neduh dulu, yuk. Bentar lagi mau ujan nih," ucap Ken sambil menengadahkan wajahnya ke langit-langit yang disadarinya mendung. Mungkin tinggal menghitung beberapa menit akan turun hujan.

Langkah Jane tidak berhenti saat gadis itu berbalik hingga langkahnya mundur-mundur tidak fokus. Senyumnya belum luntur, mungkin semenjak kejadian beberapa jam lalu yang membuat suasana hatinya naik hari ini. Gadis itu menggerakkan tangan untuk membalas Ken melalui isyarat.

"Emang kenapa kalo hujan?"

Untung Ken tidak perlu kebingungan lagi untuk memahami bahasa isyarat karena cowok itu sudah menguasainya.

Lantas Ken mengerutkan kening karena paham maksud dari isyarat Jane. "Ya nanti kalo kamu sakit?"

"Aku nggak akan sakit karena hujan. Kak Ken nggak usah lebay, deh."

"Jane, nggak boleh percaya diri dulu. Nanti kalo kamu beneran sakit?" Kini langkah Ken dan Jane sudah sejajar. Ken menarik satu tangan Jane. "Udah ayo ah, neduh di situ ada halte tuh."

Jane menggeleng. Senyumnya masih terbit, seolah puas menyaksikan ekspresi cemas Ken. Mulai hari ini apakah Jane harus terbiasa dengan perhatian kecil seorang Ken?

"Jane, jangan keras kepala. Aku nggak mau kamu kenapa-napa."

Bahkan Mama tidak sekhawatir ini mengetahui anaknya terkena air hujan, dan sekarang bahkan belum turun hujan satu tetes saja Ken sudah mengajaknya meneduh? Sikap manis Ken membuat Jane selalu teringat para mahasiswi di kampus yang banyak mendekatinya, apakah Ken juga bersikap semanis ini dengan mereka?

Jane menggeleng, tidak mau berpikir jauh dulu karena dia tidak mempunyai bukti cukup kuat.

Melihat gelengan Jane, Ken jadi langsung memaksudkan bahwa gadis itu menolak untuk meneduh hingga dia berucap penuh permohonan. "Jane..."

Jane terlihat linglung mengerjapkan mata. Tersadar.

"Dulu waktu kecil, waktu aku masih diasuh nenek, kita sering main hujan-hujanan. Tapi waktu dewasa kayak sekarang, jadi keliatannya aneh, ya, Kak?" Gadis itu menunduk, mendadak terlihat sedih.

Seketika Ken terperanjat melihatnya. Dia tidak bermaksud menyinggung Jane, tapi kenapa gadis ini mudah sekali berganti ekspresi hanya karena sebuah perkataan kecilnya?

Jemari Ken yang lain lantas bergerak memegang dagu Jane, mengangkatnya hingga mata keduanya bertemu. "Hei, nggak aneh, kok. Aku cuma nggak ingin kamu sakit aja. Tapi kalo kamu kebal, boleh kok asalkan jangan lama-lam-"

Belum sempat Ken menyelesaikan ucapannya, mendadak air dari langit tumpah, mengejutkan keduanya. Mereka datang secara bersamaan dan bergerombol, membuat Ken refleks menutupi kepalanya, dan tangan yang lain mendekap tubuh Jane.

Jane bahkan belum sempat menarik nafasnya. Dia masih tidak bergerak dalam dekapan Ken bahkan sampai cowok itu melepas almamater kampusnya dan menutupkannya ke kepala Jane, membawanya berlari.

Criminal Midnight (HIATUS)Where stories live. Discover now