16. si iblis

351 66 7
                                    

Yo saya update!

Selamat membaca!

    Lebih dari setengah jam Azusa menempel bagai perangko pada Mika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


    Lebih dari setengah jam Azusa menempel bagai perangko pada Mika. Memeluk lengannya dengan erat, Ruki memaklumi keadaan perlahan dia keluar dari ruangan. Langkahnya menuju ruang tengah dimana tamunya berada.
   
    "Eve," panggilan dari Ruki menarik perhatian.
   
    Yui bingung, beberapa waktu lalu dia masih duduk di taman mawar milik Subaru. Sekarang terjebak diantara empat pria yang sepertinya terobsesi dengan eve.
   
    Mungkin, dengan arti tersendiri. Mereka punya alasan untuk menahan eve di sarang mereka.
   
    "Dimana ini?"
   
    Ruki duduk didepan Yui dengan kaki menyilang.
   
    "Eve, kamu dekat dengan nee-san?"
   
    'nee-san? Mereka punya kakak?,' Yui menatap Mukami bergantian. Siapa yang dimaksud, tidak ada yang menyukai Yui disekolah karena dia dekat dengan Sakamaki.
   
    Tapi, setelah sedikit berfikir. Yui langsung menatap sulung Mukami, "aku tidak mengenal kakak kalian."
   
    Yui ingin memastikan sesuatu, saat ini Yuma berdecak kesal. "Onee-san kami, Mika nee-san. Kalian masuk kerumahnya bersama."
   
    "Ada hubungan kalian dengan Mika-san?" Tanya Yui.
   
    Kou menatap Yui dengan senyuman ramah. Untuk manusia yang dijadikan sebagai tumbal haruskah banyak bertanya? Kou mau tidak mau mengelus pipi Yui, membuat si empu tersentak.
   
    "Bukankah Yuma mengatakan bahwa nee-chan itu kakak. Eve, apakah kamu menyayangi Mika nee-chan?"
   
    "Tentu saja," meskipun hanya sebulan semenjak ayahnya membawa mika ke rumah tapi itu cukup membuat Yui menyayangi Mika.
   
    Tidak banyak bicara, tapi tindakan peduli yang menyentuh hatinya. Yui tidak bisa mengabaikan, tapi yang paling tertanam di dalam pikirannya saat hari itu adalah.
   
    Hampa.
   
    Hampir setiap saat Yui mengamati karena penasaran. Mika selalu melakukan apapun yang diminta dengan baik tidak ada kesalahan satupun. Gadis itu juga tersenyum saat banyak orang menyapanya.
   
    Mika itu, hanya bersembunyi dibalik senyum palsu.
   
    Sampai saat sebelum memasuki kediaman Sakamaki, senyuman manis itu menghilang.
   
    "Jika memang benar kamu menyayangi nee-san, jangan pernah kembali ketempat itu."
   
   
    ++
   
   
    Mika kembali berbaring, kamar yang diberikan Ruki begitu nyaman dengan angin malam yang berhembus melalui jendela.
   
    Azusa sudah kembali beberapa menit lalu menyusul Ruki.
   
    Deg
   
    "Hah," nafasnya tercekat ketika jantungnya memompa darah lebih cepat dibandingkan hari biasanya.
   
    Yoshiro bilang tubuhnya baik-baik saja, tapi apa ini? Dasar dokter gadungan! Mika meringkuk meremas pakaian tepat didepan dadanya.
   
    Sial!
   
    Sudah beberapa dua minggu sejak terakhir kali, perlahan Mika harus belajar terbiasa dengan rasa sakit lagi. Merasa nyaman dengan ketenangan sangat tidak cocok untuknya.
   
    -sakit ya?
   
    Suara kekanakan-kanakan menyentuh pikirannya, terdengar mengejek tapi penuh rasa kasihan.
   
    -lucunya.
   
    "Apanya yang lucu?"
   
    Pikirannya keluar begitu saja, ingin sekali bicara dengan Langtang bahwa mika kuat sudah bertahan sampai saat ini. Tapi entah kenapa pikirannya tidak bisa ditahan dan dia bertanya dengan lirih menyedihkan.
   
    "Kamu?"
   
    -aku?
   
    "Bisakah kamu menghilangkan rasa rasa sakit ini?"
   
    Jauh didalam benaknya sesosok iblis menyeringai lebar, tangan kanan menutup mulutnya menahan tawa yang ingin lepas.
   
    Manis, manusia yang menjadi miliknya selalu begitu lucu dan menyenangkan diajak bermain. Menarik nafas dalam-dalam, setelah cukup tenang dia mulai bicara kembali.
   
    -tentu, kamu ingin aku menghilang rasa sakit ini?
   
    "Kenapa masih bertanya?" Mika meringkuk meremas dadanya, "baru-baru ini aku mendapat mimpi aneh."
   
    Iblis tersenyum penuh minat.
   
    -apakah mimpimu sangat membuatmu penasaran?
   
    Dibanding dengan jawaban Mika melanjutkan cerita, "ada seorang remaja perempuan yang dengan bodohnya menjalin kontak dengan makhluk iblis."
   
    Tubuhnya berkerja dingin, kenapa dengan bodohnya dia malah meminta memasuki dunia yang jelas-jelas berbeda dengan dunia asalnya. Perasaan serakah bahwa dia yang paling tersakiti, memuakkan.
   
    Iblis bersandar dengan kaki menyilang.
   
    "Dia pikir tidak berhasil, mempercayai hal supranatural seperti itu sangat lucu untuknya. Tapi keesokan harinya dia bangun ditempat yang bahkan tidak diketahui."
   
    -tempat apa itu?
   
    Mika tau, iblis ini hanya bermain-main. Yang mika rasakan pasti selalu menjadi tontonan menyenangkan untuk si iblis.
   
    "Tempat dimana kebahagiaan tidak ada sama sekali, remaja perempuan hanya mendengar jeritan dan tangis pilu dari anak-anak seumurannya, sampai akhirnya dia menemukan keluarga."
   
    Iblis diam.
   
    "Kamu, apakah aku sebodoh itu sampai membuat permintaan tidak berguna pada iblis keji sepertimu?"
   
    Ha, ha, mika merasakan dadanya panas. Tanda diatas kulitnya mulai bersinar merah menimbulkan rasa panas.
   
    Ingin sekali menangis, sayangnya air matanya tidak bisa mengalir. Mika menutup matanya, saat keringat dingin juga tubuhnya meringkuk menikmati rasa sakit.
   
    Dari bayangan tubuhnya sosok itu muncul membentuk gumpalan asap hitam dengan manik merah darah yang bersinar terang. Memadat membentuk tubuh pria dengan pakaian bangsawan.
   
    Wajahnya mempesona, saat di iblis mendekati mangsanya.
   
    "Manusia selalu menjadi makhluk paling bodoh."
   
    Tangannya terangkat membelai surai hitam panjang Mika. "Manusia serakah untuk kesenangan yang tidak pernah tau apa itu konsekuensinya, berhalusinasi dengan pikiran liar seorang mereka bisa mendapatkan segalanya."
   
    Saat tangannya yang dingin menyentuh kulit wajahnya, Mika gemetar. Bukan hanya rasa sakitnya tapi perasaan seperti akan ditikam kapan saja membuatnya takut.
   
    Dimana dia bisa mati detik ini juga.
   
    "Kamu memang manusia yang bodoh, tapi aku menyukainya."
   
   
    ++
   
   
    Sakamaki Ayato berteleportasi di rumah Mukami.
   
    Yui itu miliknya, ini pasti kelalaian saat tidak mengawasi eve dengan baik dan berakhir direbut oleh vampir rendahan seperti Mukami.
   
    Tepat didepan pintu bercat biru dia mendengar suara seseorang yang cukup dikenal.
   
     "Tempat dimana kebahagiaan tidak ada sama sekali, remaja perempuan hanya mendengar jeritan dan tangis pilu dari anak-anak seumurannya, sampai akhirnya dia menemukan keluarga."
   
    Ayato mendekatkan telinganya didepan pintu, suara gadis pelayan yang dikirim bersama eve. Apa maksudnya dengan dia yang mendengar penderitaan anak-anak?
   
    Mungkin hidup mika menyedihkan dibandingkan dengan hidupnya.
   
    Tapi bukan urusannya, prioritas utamanya adalah Yui sebelum vampir rendahan melukainya. Ayato berjalan meninggalkan pintu ruangan, tapi untuk beberapa saat dia kembali menoleh ke belakang.
   
    Ngomong-ngomong kenapa si pelayan eve bisa ditempat yang sama dengan Yui sang eve?
   
   

        Ngomong-ngomong kenapa si pelayan eve bisa ditempat yang sama dengan Yui sang eve?       

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sejujurnya saya sedang melaksanakan ujian semester, sehabis ujian praktek langsung ujian semester. Otak saya yang seberapa ini aduhai kasian.

Malah curhat ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Tunggu updatenya selanjutnya, tapi bukan Minggu ini.

Sampai jumpa lagi.

Diabolik lovers [fanfiction]Where stories live. Discover now