bagian 03 - penghalang

36 3 3
                                    

Bel berbunyi tanda jam belajar berakhir dan semua siswa akan segera pulang. Guru menutup bukunya dan menyudahi penjelasannya. Sebelum itu tidak lupa ia memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah dan dikumpulkan pada pertemuan mata pelajaran yang sama dihari berikutnya. Kei bergegas memasukkan semua buku pada tas nya lalu keluar dari kelas. Ia berusaha untuk pergi cepat ia takut semakin sore ia pulang akan banyak roh yang mendekatinya walaupun ia merasa aneh sejak ia pindah ke sekolah ini para Roh nampaknya agak menjauhinya dan akan mendekatinya kembali ketika ia berada di luar sekolah.

"Hei Selya ambil barangmu dirumah ku !"

"Diam kau Tian !!!!"

Suara berisik itu lagi. Kei sambil berjalan ia mencoba menengok ke belakang, tampaknya Kei trauma karena pernah ditabrak oleh dua orang yang selalu kejar-kejaran seperti kucing berkelahi itu. Kei tidak mau ditabrak untuk yang kedua kalinya ia harus menghindari mereka. Dan benar saja keduanya mulai terlihat meskipun tidak berlarian tapi mereka bergelut sambil berjalan di koridor bersama beberapa temannya hingga memenuhi koridor. Ada perasaan lega di dada Kei ia bersyukur ia keluar dengan cepat jika tidak ia akan terjebak di belakang mereka dan tidak bisa lewat.


"Kalian kenapa kalian tidak menikah saja dan punya anak mungkin setelah itu kalian bisa akur !" -Jeri.

"Pemikiran macam apa itu apa kau gila!" -Selya.

"Kau menyarankan api dan api untuk bersatu agar api padam itu tidak akan mungkin yang ada api semakin besar !" -Denis.

" Hei kenapa itu terdengar tidak enak didengar, jadi menurutmu aku sama buruknya seperti dia !" Tunjuk Selya pada Tian.

"Hei kau yang buruk kau meninggalkan benda itu dirumah ku, dirumah seorang laki-laki!" -Tian.

"Benda apa sebenarnya yang kalian maksud!" Tanya Jeri penasaran.

"Itu benda seperti mangkuk dan itu dua buah warnanya merah !" Ucap Tian dengan wajah menjengkelkan nya mencoba mendeskripsikan benda yang dimaksud.

"Itu ..... -Jeri mencoba untuk tidak berpikiran jorok tapi ia benar-benar mengarah kesitu dan ia bahkan tak sengaja menatap ke dua buah gunung di dada Selya.

"Perhatikan matamu dasar mesum !" Jeri langsung sembunyi dibelakang Denis untuk melindungi diri.

"Aku tidak bermaksud melihatnya!" -Jeri tampak menyesal. Ia sungguh tak sengaja.

"Ini gara-gara kau Tian !" Selya menarik rambut Tian. Tian teriak meringis kesakitan mencoba meloloskan diri mendorong Selya hingga jatuh lalu pergi

"kenapa kau harus melihatnya. Aku tak sengaja meninggalkannya karena aku berteman baik dengan ibu dan kakakmu. Kenapa juga kau memperhatikan milikku apa kau sering memandangi milik kakak dan ibumu. Aku tidak tau kau memiliki kesukaan yang menjijikan!" Ucap Selya menarik tas Tian sedangkan Tian mencoba terus berjalan hingga Selya terseret dan akhirnya lagi-lagi mereka kejar-kejaran.

Kei sudah berada di luar area gedung sekolah ia sangat senang dapat menghindari orang-orang. Sebentar lagi ia akan melewati gerbang. Saking fokusnya ia lupa kalau ia harus menghadapi para roh ketika diluar area sekolah. Kei berhenti sejenak ia menatap ke gedung sekolahnya ia menduga kalau sekolahnya memiliki penghalang dimana itu dapat menghalau segala macam hal buruk untuk masuk. Tapi Kei tidak bisa terus berada di sekolah ia tetap harus pulang ketika waktunya pulang.

Kei melangkahkan kakinya seraya menguatkan mentalnya. Sebenarnya ia sudah memikirkan cara agar terbiasa menghadapi para roh. Ia bahkan mempraktekkan apa yang pernah ia lihat di anime bertema hantu bagaimana karakter utamanya yang sebenarnya bisa melihat hantu tapi berpura-pura seolah tak melihatnya, ia sudah berusaha bertindak seolah tak melihat mereka tapi ia tak bisa mengabaikan vision yang muncul tiba-tiba ketika ia mulai fokus mendengarkan salah satu cerita dari roh yang mengganggunya. Yang paling mengerikan dari ini semua adalah pemilik nama yang tanpa sadar Kei tulis akan mati. Kei melihatnya di berita nama yang sama dengan yang ada dibuku penuh coretan itu mati secara misterius di kediaman nya.

Kau akhirnya keluar. Tolong bantu aku, aku tidak bisa melihat anakku aku ingin melihatnya. Suamiku dia melarang ku untuk menemui putriku dia membawa putriku dan dia pergi dengan wanita lain. Aku sangat membencinya aku ingin dia merasakan sakit ku!

Jika satu datang mengikuti dengan intens itu akan mengundang yang lain untuk tertarik dengannya seperti manusia yang terlalu kepo para roh yang tak tau dengan kemampuan Kei awalnya ikut-ikutan bertanya-tanya pada roh lainnya kenapa mengikuti anak ini, apa dia bisa melihat kita ?

Jika hanya sekedar muncul, menakuti dan mengganggu mungkin itu masih bisa ditolerir dan mungkin Kei bisa mengandalkan cara seperti di film dan anime tentang bagaimana pura-pura tidak melihat mereka. Tapi kehilangan kendali akan diri sendiri ketika vision muncul adalah hal yang paling menakutkan bagi Kei karena setelah ia sadar semua mata menatapnya aneh dan ketakutan. Bahkan sering kali ketika ia sadar ia tengah dicaci maki dan terakhir kali ia lempar kursi. Sebuah momen yang tak pernah Kei bayangkan sebelumnya bahwa ia akan di posisi orang buangan orang yang terisolasi dari kehidupan sosial seperti ini.

Bukan Kei membiarkan dirinya masuk dan terbawa perasaan terhadap cerita orang lain bahkan Roh makhluk tak lebih seperti parasit ini yang kehadirannya tak lebih hanya mengganggu dan menguras energi. Tapi Kei tanpa sadar masuk ke dalam menyaksikan langsung ingatan yang tersisa itu seolah adalah kenangan miliknya sendiri dan itu sangat menyakitkan. Seperti sekarang ketika poin penting dari cerita panjang yang di kisah Roh random itu memasuki fokus telinga dan otak Kei ia tiba-tiba melihat jalanan didepannya berubah menjadi latar rumah dimana ia menyaksikan pertengkaran suami istri yang memperebutkan bayi perempuan.

Teriakan dan tangisan seorang ibu yang memohon anaknya untuk dikembalikan padanya. Meskipun ditendang dipukul secara membabi buta tapi ia terus berusaha untuk bangkit sampai nafas terakhirnya. Tanpa Kei sadari terdiam mematung dijalan tanpa berkedip dengan tatapan mata seolah syok melihat hal mengerikan dan air mata nya kemudian terjatuh. Lagi dan lagi emosi membawa Kei untuk mengutuk..

"Tian !!!!"

Teriakan melengking itu sedikit menyadarkan Kei ketika ia tanpa sadar berbalik ia melihat seorang pria yang sama yang pernah menabraknya telah berada di didepan dengan kode menyuruh Kei minggir tapi sebelum otak Kei mencernanya tubuh mereka kembali bertabrakan untuk kedua kalinya.



"Akhhh !" Tian meringis kesakitan pada tangannya karena terjatuh berusaha menghindari menindih tubuh Kei.


"Itulah akibatnya karena mengganggu orang lain dan singkirkan otakmu mesum mu itu !" Ucap Selya menendang kaki Tian tapi tidak benar-benar menendang alias tidak terasa sakit. Tidak menyadari keadaan korban lain kedua orang yang sering bertengkar itu benar-benar fokus pada masalah mereka sebelum akhirnya salah satu temannya dengan panik menanyakan keadaan Kei.

"Kau baik-baik saja ?" Ucap Denis menyentuh kaki dan pundak Kei. Kei yang nampak linglung karena merasa ada yang salah tapi ia tak yakin apa itu, ia pun hanya membeku sejenak melihat empat orang di depannya menatapnya bingung.

"Kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit ?" Ucap Selya pertanyaan khawatir itu disambung dengan pertengkaran kembali.

"Hei, minta maaflah kau harus tanggung jawab bawa dia kerumah sakit!" Ucap Selya menekan kepala Tian hingga membungkuk sikap untuk meminta maaf.

"Akhh, aku juga korban disini tangan ku sakit kurasa tangan ku patah !" Ucap Tian.

"Hah ?? Jangan lebay, itu tidak mungkin patah !" Ucap Selya remeh.

"Kau baik-baik saja kan, katakan saja jika kau merasa sakit aku akan mengantarmu kerumah sakit !" Ucap Denis sedangkan Jeri hanya memperhatikan, ia sedikit bingung dengan tingkah Denis dan ia juga bingung dengan Tian yang terluka dan yang lebih membuatnya kaget orang yang jarang bicara dan di sangka sombong itu membuka mulutnya dan bicara.

"Tidak apa !" Ucap Kei beranjak berdiri.
"Aku baik-baik saja !" Tambahnya.

"Hei sepertinya Tian benar-benar kesakitan kita perlu membawanya kerumah sakit !" Ucap Selya.






Next....

Siswa Kutukan Sekolah Menengah Atas(Ongoing)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora