Bagian 04 - ditinggal sendirian

20 3 0
                                    

Kei menghempas tubuhnya ke kasurnya, dengan pikiran yang masih tertahan pada kejadian barusan. Kei merasa sedikit malu karena tingkahnya saat kabur dari mereka bahkan ia tidak memperdulikan Tian yang sedang terluka. Meski begitu pikirnya tak apa jika orang berpikiran buruk tentangnya itu lebih baik bahkan itu juga bukan salahnya, yang menabrak adalah orang itu jadi ia tidak perlu bertanggung jawab. Tapi tetap saja perasaan malu ini mengganggu Kei karena sifat alami Kei memang seperti itu ia peduli dengan imej baik dan suka menjadi populer yang di idolakan dan di segani. Itu sebelum ia terkena kutukan, jika saja kutukan ini tidak ada ia akan menjadi seorang remaja yang keren bukan orang buangan seperti ini. Batin Kei.




Kei menuruni tangga menuju lantai utama dirumah yang sepi. Sudah beberapa hari sejak Kei pindah sekolah orang tuanya menjadi jarang di rumah. Sebenarnya Kei sudah tau ada sesuatu yang mengganjal mengenai orangtuanya yang menjadi dingin bahkan tak saling bicara. Tapi ia tak mau berpikiran macam-macam meskipun pikiran itu tetap merasuki kepalanya dan membuatnya sedih tapi ia mencoba berpikiran baik orangtuanya tidak mungkin meninggalkannya sendirian di rumah ini kan ?

Ketika Kei ke dapur dan membuka tudung saji tidak ada makanan di sana. Mata Kei kembali berkaca-kaca seingatnya orangtuanya sudah tak terlihat dari tadi pagi ketika ia bangun. Tapi ada bekal di atas meja yang terasa dingin apakah mereka pergi pada malam hari?

Kei membuka kulkas disana banyak sekali bekal yang sudah di siapkan Kei tak bisa menahan air mata ketika otaknya mengirim sinyal tentang keyakinan bahwa ia telah ditinggalkan. Setidaknya katakan sesuatu mereka ingin anak mereka mati sendirian atau bagaimana!? Batin Kei emosi sedangkan diluar dirinya sedang menangis sesunggukan.

Apakah ada orangtua yang awalnya penyayang tapi akhirnya meninggalkan anaknya hanya karena anaknya berubah menjadi monster ? Ibu monster saja akan tetap mencintai anaknya bagaimana pun anaknya. Atau memang ini adalah bagian dari hukuman untuknya karena pernah berperilaku buruk, Apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan semua seperti semula?!

Kei makan, makanan yang telah disiapkan di dalam kulkas tanpa memanaskan terlebih dahulu. Seraya menyapu air matanya ia menyuap makanan itu dengan suapan besar ia bahkan hampir tersedak yang paling menyebalkan adalah air mata dan ingus yang terus keluar. Kei tertawa dengan mulut penuh dan mata yang hampir tak bisa melihat apa-apa karena penuh air mata, ia tertawa karena ia menangis sampai keluar ingus dan lengan baju serta kerah kini basah karena menyapu air mata dan ingusnya.

Kei selesai makan membersihkan bekas ia makan. Kei tidak punya pilihan selain menerima semuanya dengan patuh dan belajar untuk mandiri ia yakin orangtuanya tidak mungkin menelantarkannya setidak mereka pasti mengirim uang untuknya bertahan hidup sendiri. Kei telah mengumpulkan semangat juang nya untuk menghadapi perang cobaan hidup ini. Karena ia masih semangat jadi ia membersihkan rumah dan mengubahnya menjadi seperti yang ia inginkan. Ia tidak ingin sofa yang memenuhi ruang ia tidak ingin meja tamu ia, ia menyingkirkan semua yang ia inginkan. Rumahnya kini terlihat lebih luas. Ia akan memasang lampu galaksi agar ruangan menjadi seperti berbintang atau seperti keajaiban Aurora ketika malam hari. Ia tak perlu keluar untuk mencari lampu yang ia inginkan ia akan memesannya secara online saja.

"Siapa bilang Keihan menyedihkan, lihat aku juga bisa bersenang-senang sendiri!"

Ucap Keihan setidaknya untuk sesaat ia dapat menipu dirinya sendiri. Meskipun ia tau kengerian akan gangguan roh akan ia hadapi sendirian mulai sekarang tidak ada lagi ibu dan ayah yang menatapnya dengan tatapan panik cemas dan khawatir.

Keesokan harinya disekolah Kei berjalan menunduk di koridor karena tidak ia ingin melihat tatapan menusuk orang-orang yang berpapasan dengannya. Si berisik Selya dan Tian lebih tenang dan akur hari ini itu mungkin karena Tian sedang terluka meskipun mereka masih perang mulut sesekali. Tibalah di pelajaran dimana harus membentuk kelompok. Kei sudah tau bahwa ia tidak akan diterima di kelompok mana pun tapi ia sungguh kaget tak percaya beberapa orang mengajaknya masuk dalam kelompoknya meskipun tatapan mereka terkesan kesal tapi tatapan itu jelas karena ketidaksukaan mereka yang berpikir Kei adalah orang yang sombong. Tapi Kei tau ia tak seharusnya masuk dalam kelompok manapun jika tidak ingin melukai orang lain dan kejadian seperti di sekolahnya sebelumnya terulang.

"Hei, kau bisa sekelompok dengan ku jika kau tidak ingin berkelompok dengan yang lain !" Ucap Denis yang duduk di ujung jauh dari Kei tapi ia sengaja berjalan mendekat hanya untuk mengajak Kei satu kelompok dengannya.

"Hei, berkelompok harus ada 4 atau 6 orang, aku akan sekelompok denganmu ajak jeri juga cepat sana !" Ucap Tian dengan tangan kanannya yang terbungkus dan tergantung dileher.

" Itu tangan kanan ? Kau kidal?" Kei tak sengaja bertanya, udah jadi kebiasaan Kei sebenarnya adalah anak aktif ia tidak bisa menghilangkan sifat asli begitu saja.

"Wah, kau bicara santai denganku sekarang aku tau kau ingin berteman tidak mungkin selamanya kau menghindari orang lain !" Ucap Tian yang terlihat kegirangan setelah mendengar Kei yang sombong bicara dengannya tapi seketika Denis memukul kepalanya untuk kode menyuruhnya memfilter lagi nada bicara dan kata-katanya. Denis senang Kei mulai sedikit terbuka ia takut karena mulut Tian yang blak-blakan dan muka slengean nya itu membuat Kei salah paham dan menarik diri kembali.




Kursi dan meja sudah disatukan dan mereka berempat mulai mengerjakan tugas kelompok mereka.

"Namamu Keihan kan ? Boleh ku panggil Kei? Ucap Denis.

"Ada apa dengan nada lemah lembut itu ? Kau terlihat seperti sedang merayu seorang gadis !" Ucap Jeri yang dari kemarin merasa aneh dengan sikap Denis.

"Singkirkan pikiran menjijikan itu !" Ucap Denis melempar santai bukunya ke wajah Jeri yang duduk disebelahnya dan Kei yang duduk di depannya serta Tian yang duduk disebelahnya Kei.


Kei sebenarnya sangat bosan karena terus diam. Jika ia yang dulu ia sudah pasti paling berisik dari Tian dan paling tebar pesona. Tapi hal ini membuat Kei lebih sadar akan perilaku dan karakternya sendiri, pikirannya perlahan terarah dan menjadi sosok yang lebih tau mana yang salah dan mana yang benar, ia sebenarnya menyesali perbuatannya dulu ia malu telah bertingkah bodoh dengan tebar pesona merasa seolah itu keren jika ia masih seperti itu ia tak lebih seperti orang yang narsis.

"Hei Kei, apa luka di kepalamu sudah sembuh?" Ucap Tian yang memang sudah lama penasaran akan luka dikepala Kei mungkin karena Kei telah berinisiatif untuk bicara lebih dulu awalnya dan sekarang bahkan ia masuk dalam kelompoknya yang membuat Tian reflek berani menyingkap rambut Kei yang menutupi luka di dahinya. Kei terperanjat kaget ketika Tian menyentuhnya dan reflek mundur menjauhkan diri. Karena ia condong kebelakang dengan tiba-tiba ia hampir saja terjatuh tapi Tian menahannya dengan menarik Kerah Kei dan Denis yang menahan punggung Kei sedangkan Jeri lagi-lagi ia hanya bisa menunjukkan ekspresi datar diwajahnya ketika melihat adegan itu.





"Ini salah adikku kenapa dia meracuni pikiran ku dengan komik tak masuk akal itu !" Batin Jeri kesal dengan pikirannya sendiri.


Next...

Siswa Kutukan Sekolah Menengah Atas(Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang