Prolog

2.2K 149 27
                                    

Tanah terbangun dari tidurnya, dia Pangeran Tanah Shankara. Seorang Gus Muda yang sedang belajar sembari mengajar.

Sebagian besar mengaguminya, karena ilmu dan sifatnya yang lembut dan sabar. Tanah menatap jam dinding, ternyata pukul 2.

Ia pun langsung keluar dari kamar mengambil air wudhu dan langsung bersiap-siap menuju masjid.

Nama Pondok Pesantren Al Hakam menjulang tinggi di tengah-tengah lapangan pesantren, yang dikelilingi bangunan asrama untuk laki-laki dan perempuan, dan juga aula makan dan aula khusus kajian bersama.

Pondok itu terletak di Jakarta, pondok pesantren yang terkenal. Tanah ialah keturunan Jawa, karena sang kakeknya berasal dari Jawa.

Abinya juga membangun sebuah pesantren di Jawa, yang juga sangat terkenal.

Ia beranjak dari tidurnya, lalu ia langsung mengambil air wudhu.

Langkah kakinya menuju masjid, dengan jubah putih serta sorban yang ia sampirkan membuat kesan tampan, kulitnya putih dan rambutnya basah. Tak lupa tangan kekarnya yang menonjolkan otot-otot.

Namun sayang hatinya telah diisi oleh seseorang, dia seorang Ning dari pesantren Al Darussyadah. Ning yang begitu lemah lembut hatinya.

"Assalamu'alaikum," sapa Tanah pada santriwan yang sedang berjalan menuju masjid.

"Eh Gus, wa'alaikumsalam." Mereka bertiga menyalami tangan Tanah.

Tanah tersenyum. "Ayo ke masjid bareng." Mereka mengangguk mendengar ajakkan Tanah. Gus yang satu ini memang akrab dengan para santri.

"Eh Gus, nanti jangan setoran kitab ya?" pinta Fazra. Tanah terkekeh. "Ndak boleh, kalo ngga ada setoran kitab itu namanya bukan santri dong."

Mendengar itu pundak Fazra lemas, ia belum hafal sama sekali. Tanah yang melihat itu memegang pundak Fazra. "Semangat, kamu bisa! Jangan menyerah, oke? Ingat di setiap langkahmu ada doa saya yang menyertaimu, dan juga doa ibumu." Fazra mengangguk, seakan perkataan sang Gusnya itu mempan.

_______

Gimana Prolognya?

MAS TANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang