Bagian 10 - Ketakutan Kei

21 3 2
                                    

      Seperti mimpi pandangan Kei kabur ketika ia di bawa kerumah Tian. Ia tak tau bahwa itu nyata ketika ia bangun di pagi hari ia mendapati dirinya di kamar Tian dan ketika ia turun ia disambut hangat oleh orangtua Tian dimeja makan. Seperti sebelumnya mereka sangat ramah dan baik hati, meskipun rasanya agak aneh sepertinya mereka menahan tawa. Lalu Tian datang dengan seragam sekolahnya yang sudah rapi dia tertawa terbahak-bahak ketika melihat Kei. Kei merasa bingung dan juga malu ia ingin pergi saja rasanya tapi kemudian sikap ramah dan kepedulian itu kembali mereka bertiga tunjukkan.

"Hari ini kau libur aja dulu, aku akan meminta izin pada Wali kelas. Aku akan mengambil sisa semua perlengkapan sekolah mu yang belum sempat di ambil kemarin jadi kau diam saja dirumah mengerti !" Ucap Tian.

"Dan juga sepertinya kau akan malu jika sekolah dengan mata bengkak seperti itu !" Ucap Ayah. Kei seketika menutupi kedua matanya ia benar-benar malu sekarang.

"Udah ah jangan mengejeknya lagi. Ayo Kei makan lalu minum obatmu !" Ucap ibu Tian. Kei mendadak rindu orangtuanya. Ia merasa seperti yatim piatu tak pernah sebelumnya ia merasa rindu pada orangtuanya. Mungkin inilah hikmah dibalik cobaan yang ia alami ia menjadi lebih bersyukur dan menghargai orang lain.

Kei kembali ke kamar Tian, meminum obat dan kembali berbaring. Meski ia merasa masih sedikit lemah dan pusing tapi ia tak bisa kembali tidur ia merasa bosan. Perasaan seperti ini sudah lama tidak Kei rasakan. Dirumah ini meskipun tidak ada Tian tapi ini benar-benar bersih, tidak ada Roh satupun yang memasuki tempat ini sepertinya energi suci Tian berasal dari keduanya orangtuanya karena Kei merasa Ayah dan ibu Tian memiliki energi dan daya tarik yang sama kuatnya dengan Tian.

Kei mencari ponselnya dan menemukan di  atas meja belajar di atas buku-buku miliknya. Baterai tersisa 2 persen Kei akan mengecas nya ketika ia ingin menaruh kembali ponselnya ia melihat notifikasi dari berita sekitar kotanya. Ia ingat ia mengikuti berita sekitar kotanya untuk mencari informasi apakah ada korban tewas misterius dengan nama yang sama dengan yang pernah ia tulis.

Dan benar saja. Kanami pria berumur 27 tahun ditemukan tewas di apartemen nya. Menurut dugaan Kanami mengalami lonjakan emosi atau histeria berlebih yang membuatnya melakukan tindakan kekerasan pada dirinya dan melukai dirinya sendiri dan menganggap itu sebagai kesenangan.

Dalam sebulan ini ada 4 kasus yang sama dan dalam kota yang sama. Para penyidik curiga bahwa histeria massal ini terjadi karena ada oknum dibaliknya alias mereka semua di bunuh. Namun belum dapat dipastikan apa yang membuat para korban mengalami lonjakan emosi dan histeria berlebih tersebut.

Kei merasa itu adalah ulahnya. Ia adalah seorang pembunuh. Ia tak tau harus bagaimana untuk menyudahi kutukan tersebut. Kepalanya rasanya dipenuhi dengan rasa bersalah dan ketakutan rasanya seperti tercekik dan kesulitan untuk bernafas. Kei harus mengingat kembali awal semua ini terjadi ia harus kembali ke awal agar mendapatkan petunjuk namun ia tak bisa melakukannya sendiri. Para roh pasti akan mengambil alih tubuhnya jika ia berkeliaran sendiri mau tak mau ia harus melibatkan Tian dalam masalahnya ini, meskipun Kei merasa bersalah dan tak nyaman melibatkannya tapi ia benar-benar harus menyudahi ini semua. Ini adalah satu-satunya cara jika ia mau bebas.

Kei menunggu kepulangan Tian untuk mendiskusikan hal tersebut. Meskipun awalnya ia merasa seperti tidak tahu malu tapi Tian dan lainnya mau membantu Kei melepaskan kutukannya, berusaha mencari akar penyakit itu lebih baik dari pada berputus asa dan berpikir untuk mati pikir mereka.

Kei dan yang lainnya pergi ke bawah jembatan dimana Kei pernah diculik dan ditenggelamkan disana. Foto, barang seperti kalung, kaca mata dan bunga-bunga itu masih ada disana. Bahkan bunga segar seperti baru ditaruh juga ada.

"Foto siapa ini ?" Ucap Jeri melihat bingkai foto yang tergeletak di teli sungai.

"Hei bukankah ini Julio Gothzias !" -Selya.

Siswa Kutukan Sekolah Menengah Atas(Ongoing)Where stories live. Discover now