Thirty nine

863 269 54
                                    

"Yah, Mas... Rehan tidur, Mas...." seru Renata.

"Lohhh... perasaan tadi masih ngoceh, 'mandi boya... pocotan, Ehan main...' seneng banget diajak main mandi bola doang. Eh... kok ya udah tidur aja. Cepet bener!" ucap Satria tak percaya.

Rena menoleh ke arah car seat. "Iya kannn... tadi masih bawel, loh... ahhh... udah waktunya mandi padahal! Kalau tidur sore gini nanti malem malah susah tidur!" keluh Rena.

"Kasian tapi, Dek, kalau dibangunin. Mandi malem gapapa selama pakai air hangat...."

Rena menarik napas. "Ya iya, sih... eh, udah, mas... aku aja yang buka gerbang." Rena mencegah Satria yang hendak turun membuka gerbang rumahnya.

Menurut, Satria membiarkan Rena membuka gerbang, berhati-hati dia memasukkan mobilnya agar presisi. Setelah terparkir dengan benar, Satria turun dari mobil. "Dek, kamu bawa makanan buat ibu aja biar mas yang bawa Rehan," ucapnya.

Berhati-hati, Satria melepaskan Rehan dari car seat dan menggendongnya. Berusaha keras agar dia tidak terbangun sementara Renata mengambil makanan yang tadi diletakkan di sebelah Rehan.

"Lohh... malah kebangun!" seru Satria saat Rehan ternyata terbangun, berpegangan erat ke lehernya karena masih mengantuk.

"Sama mama sini, Han..." bujuk Renata.

Rehan menggeleng walau matanya masih terpejam, mengetatkan pelukannya ke Satria.

Satria tertawa. Mengusap pelan rambut Rehan. "Ya udah sih... udah, kamu bawa masuk makanannya. Siapa tau ibu laper."

Renata mengangguk, tersenyum manis sambil mengusap pelan lengan Satria yang bebas yang dibalas dengan belaian lembut di kepalanya.

"Ehemmm.... Gue tuh minta loe jagain Rena ya, Bangsat!! Bukan berarti loe pacarin juga adek gue!!!" seru Reinald yang bersender di bingkai pintu masuk.

"Asuuuu!!" umpat Satria tanpa sadar.

"Mas!!!" pekik Rena yang amat gembira bertemu lagi dengan kakaknya. Rena nyaris berlari dan melompat saat dia memeluk Reinald erat.

"Mas kok pulang gak bilang-bilang?"

"Ya kalau bilang-bilang mas gak bisa nge-gap kalian pacaran dong!" ledek Reinald.

"Ihh, mas apaan sih!" protes Rena sambil mencubit Reinald berkali-kali sebelum memeluknya lagi.

"Rehannn... inget pakdhe gak?" sapa Reinald ke anak kecil yang digendong Satria.

"Pakdhe... cokat??!" sapa Rehan mengulurkan telapak tangannya ke arah Reinald.

"Ihhh... ihhh yang diinget coklatnya doang! Aku-nya enggak. Loh kok sedih banget!" protes Reinald sambil menjawil pipi Rehan. "Ada tuh di dalem. Minta sama yangti ya...."

"Ehhh... enggak! Enggak! Mandi dulu! Sore-sore kok makan coklat!" tolak Rena.

"Ihhh, mamanya galak!" seru Reinald yang langsung ditimpali oleh Satria. "Memang!! Galak banget! Mama galak ya, Han?"

Mata Rena menyipit kesal, mencubit lengan Satria lalu berusaha mengambil anaknya. "Mandi dulu, yuk!"

"Cama pak Ti...." tolak Rehan yang kembali memeluk Satria erat.

Rena naik pitam. "Hehh... malah ngambek gak mama kasih coklat!"

"Ya udahlah... sini aku mandiin. Kamu siapin bajunya aja sana," usul Satria.

"Nanti baju kamu basah loh...." balas Rena.

"Ya tinggal ganti ke rumah! Deket ini!" Satria tidak ambil pusing. Langsung masuk ke dalam seakan dia berada di rumahnya sendiri, mencium tangan ibu sekilas sebelum membawa Rehan ke kamar mandi.

Second ChanceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora