Part-1

16.9K 141 2
                                    

Jihan tersenyum miring, menatap potret keluarga besarnya, yang tampak begitu bahagia tanpa kehadiran orang tuanya.

Semua orang tahu, betapa tak suka nya sang nenek ketika Papinya menikahi Maminya, seorang wanita yang berasal dari ekonomi kebawah.

Yang dianggap tak setara dengan mereka, yang memiliki banyak cabang perusahaan, rumah sakit, apartemen dan usaha-usaha kecil lainnya.

Bukan hanya Neneknya, tapi juga tante dan om nya, yang merasa Papinya di pelet oleh maminya, hingga mau menentang keluarga besar.

Kebodohan dari manusia lulusan terbaik dari pendidikan luar negeri, yang menganggap kesetaraan seseorang dari hartanya.

Ketidak sukaan itu terus berlanjut, saat tahu Jihan tak memilih kuliah dengan jurusan kedokteran atau management, tapi Jihan memilih berkuliah di jurusan kesenian.

Langkah awal untuk meniti karirnya di dunia kesenian, dan itu berhasil, sekarang dia menjadi salah satu model terbaik yang ada di Indonesia.

Tak ada pakaian yang Jihan gunakan tak menjadi trend, semua akan berlomba-lomba menjadi seorang Calista Jihanne Nugroho.

Sesungguhnya Jihan tak ingin datang ke acara keluarga besar nya ini, acara yang diadakan untuk merayakan kakak sepupunya yang telah resmi menjadi seorang dokter spesialis di rumah sakit milik keluarga besar.

Tapi apa mau dikata, dia tak ingin maminya di cela lagi, karena memiliki putri yang tak mau berbaur dengan keluarga besar.

Mau berbaur gimana? Ketika Jihan mendekat, semua akan mengunjungi ibu nya, membuat telinga nya panas saja.

Jihan melihat arloji ditangan nya, untuk mengetahui sudah jam berapa, berdiri sendiri ditengah pesta bukan lah hal yang baik untuk Jihan.

Jadi, meletakkan gelas jus yang tadi dipegangnya di atas meja, sebelum berjalan mendekat kearah keluarga besarnya berkumpul, mengucapkan selamat, lalu pulang. Terlihat simpel jika tak ada mulut racun yang memulai masalah.

"Hallo, maaf menganggu pembicaraan nya, " ujar Jihan, menyapa terlebih dahulu, membuat mereka yang tadinya sibuk bertukar kata menoleh, dan neneknya, melihat nya dengan tatapan tak suka.

"Jihan, pakai pakaian apa kamu itu. Kurang bahan sekali, tidak lihat banyak kolega tante sama om dan temen-temen mas sama mbak mu disini, " kritik sang nenek penuh perhitungannya, pada pakaian yang digunakan Jihan.

Menurut nya terbuka, padahal biasa saja, tapi memang neneknya itu saja yang tak ingin Jihan bahagia.

"Ini tertutup lo nek, " balas Jihan, diakhiri dengan senyum manis.

"Apanya yang tertutup, itu kaki mu kelihatan semua. " tunjuk wanita tua itu, pada pakaian yang digunakan Jihan.

Kalau boleh jujur memang gaunnya menyapu lantai, tapi ada potongan tinggi dari kakinya sampai kepaha, dan ketika dia berjalan, paha mulus nya akan terlihat.

"Kamu itu, dari dulu setiap datang ke acara keluarga, nggak pernah pakai pakaian sopan, " omel wanita tua itu lagi.

Jihan yang mendengar omelan itu, menghela nafas nya pelan, sebelum berkata. "Gini-gini pakaian ku yang pertemuan lalu, jadi trenn untuk cucu nenek yang lain loh, " ungkap nya, melihat ke sekeliling, pada pakaian yang digunakan sepupunya, pakaian yang sebelumnya Jihan gunakan.

Dan saat wanita tua itu ingin membantah, cucu kesayangan nya, bernama Lestari terlebih dahulu mencela. "Oma, jangan diladenin Jihan nya. Ingat ini kita lagi perayaan Voni. "

Dan ajaibnya, sang wanita tua itu langsung patuh. Oh iya, satu lagi disaat semua cucu Ema Nugroho memanggilnya Oma, dan Jihan dengan berani memanggilnya nenek. Berbeda? Dan Jihan menyukai perbedaan itu.

Jihan(21+) Where stories live. Discover now