27. Menyesal

22 4 0
                                    

Davin terperanjat ketika kesadarannya tiba-tiba merasuki diri. Jantungnya berdegup kencang seolah baru saja dikagetkan oleh sesuatu. Memang benar dia terkejut, pasalnya seingatnya, semalam dia berada di bar bersama Jevan, dia ingat kalau dia minum, tapi sekarang dia terbangun di kamarnya.

Davin langsung beranjak duduk, mencari jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Dia sudah terlambat, Sheyra sudah tidak ada di sisinya, istrinya itu tidak membangunkannya. Davin berdecak kesal, tiba-tiba dia menyesal telah mabuk semalam, pasti perasaan Sheyra semakin tak karuan melihatnya begitu.

Dengan kepala yang masih begitu berat, Davin menurunkan kakinya ke lantai. Dia merenung sejenak sebelum akhirnya sadar kalau kursi roda Sheyra ada di depannya sekarang. Lantas Davin menoleh ke belakang dan menyadari juga kalau seprei dari kasur yang ditidurinya itu sudah berbeda, bahkan pakaian yang menempel di tubuhnya juga sudah berbeda.

Oleh karena itu, Davin langsung beranjak. Tidak mungkin orang lain yang melakukan itu, pasti Sheyra, dan Davin tiba-tiba merasa bersalah. Dia keluar kamar berharap langsung bertemu dengan sang istri, tapi ruang tengah rumahnya itu kosong. Davin langsung beranjak ke kamar Zee, dan kosong pula. Terakhir, dia menuju ke dapur, beruntungnya ada Seruni dan Bi Asih di sana.

"Eh, baru bangun, Mas? Kata Ara, kamu nggak ngantor hari ini" sambut Seruni ramah

"Iya, Bun. Sheyra kemana? Zee juga kemana?" balas Davin santai

"Di taman belakang, lagi ngasih makan ikan"

"Davin ke sana dulu ya, Bun" pamit Davin

Seketika Davin tenang saat tahu keberadaan istri dan anaknya, dia benar-benar takut kalau Sheyra membawa Zee melakukan hal berbahaya saking Sheyra marahnya pada Davin.

Di taman belakang itu, Davin memilih berdiri di kejauhan. Dia memperhatikan bagaimana Sheyra yang memangku Zee duduk di tepi kolam ikan. Keduanya bercengkerama begitu akrab, suara tawa Zee juga terdengar menggelegar. Bahkan senyum Sheyra sudah terbit lagi.

Mendadak hati Davin jadi menghangat, mungkin pemandangan seperti itu sudah biasa sejak dulu. Namun, ini pertama kalinya sejak peristiwa menyakitkan itu. Andai Davin bisa lebih menahan diri semalam, mungkin pagi ini dia bisa bergabung ke sana tanpa rasa bersalah.

"Yayah!" seru Zee tiba-tiba

Davin tersentak, dia ingin maju ke sana, tapi raut wajah Sheyra langsung berubah. Senyum yang tadi terlukis di wajah cantik itu menghilang dalam seketika. Jadi, sebenarnya siapa yang sudah mencuri senyum itu? Apakah Davin sendiri?

"Yayah" panggil Zee lagi, balita itu sudah berusaha turun dari pangkuan Sheyra, tapi kedua tangan Sheyra menahannya

"Ayah belum mandi, sayang. Ayah masih bau, Zee sama Ibu dulu" bujuk Sheyra datar

Meski pelan, tapi Davin bisa mendengarnya dan dia membenarkan. Mulutnya masih terasa sisa alkohol dan rokok, pasti baunya masih tercium walaupun samar. Dan benar juga Sheyra menahan Zee, balita itu tidak boleh tahu kelakuan bejat ayahnya sendiri.

"Yayah" panggil Zee mulai merengek, siapa yang tidak merengek, setelah sehari semalam tidak bertemu sang ayah dan kini tiba-tiba sosok itu ada di dekatnya

"Ayah mandi dulu ya? Nanti kita main" balas Davin yang perlahan mundur dari sana dan melambaikan tangan pada Zee

Terlihat sekali kalau Zee sedih dengan kepergian ayahnya itu, tapi Sheyra berusaha mengalihkannya sebelum Zee benar-benar menangis. Sheyra benar-benar tidak akan biarkan Zee mengenal aroma tidak sedap itu, apalagi kalau dia tahunya dari ayahnya sendiri.

"Ibu" panggil Zee lirih

"Iya, sayang" sahut Sheyra

"Ibu no no sad" ujar Zee tiba-tiba

Bundle of Joy || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang