[01] The Very Fantastic Four

26 13 22
                                    

HUTAN itu terlihat sangat tenang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HUTAN itu terlihat sangat tenang. Kabut di sekelilingnya seolah berusaha menyembunyikan sesuatu di dalam sana. Bergerak meliuk-liuk karena angin yang berhembus kencang. Hawa dingin dan seram tampak sangat nyata bahkan dari jarak yang sangat jauh.

Jauh dari sana, di tempat yang sangat berbeda, terlihat seorang gadis tengah berdiri diam tidak bergerak. Wajahnya terlihat sangat serius. Rambut ungu gelapnya terurai hingga ke punggung, bergerak pelan seiring dengan sihir yang berputar perlahan di sekelilingnya. Seperti pusaran angin kecil yang menyejukkan.

Sebelah matanya tertutup eyepatch berwarna hitam. Satu matanya memiliki netra ungu yang dalam. Pandangannya fokus pada sebuah orb yang melayang tepat di depan wajahnya.

Teman-temannya mengenalnya dengan nama Cecillia Magnus XII. Seorang gadis yang selalu berjalan berkeliling sekolah dengan tiga buah orb melayang-layang di sekelilingnya.

Cecil mengernyit saat orbnya sedari tadi hanya menampilkan kabut tipis tanpa isi yang berarti. Samar-samar memang terlihat beberapa pohon, hewan juga tumbuhan aneh yang terekam. Berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna merah. Namun, hanya sekelebat saja. Selebihnya hanya habut putih tipida yang mendominasi.

Cecil lantas memejamkan mata dan menghela napas pelan. "Kembalilah, Heidi," ujarnya lirih sambil meraih orbnya dengan satu tangan sebelum jatuh ke tanah. Bersamaan dengan titahnya, energi sihir di sekelilingnya sontak menghilang.

Cecil mendongak, menatap langit cerah yang menaungi sekolahnya hari ini. Ia tiba-tiba tersenyum cerah saat melihat sekilas kepakan sayap besar di atasnya. Seakan hampir memenuhi langit.

"Kemarilah, Heidi!" teriaknya dengan nada ceria sembari melambai-lambaikan kedua tangannya bersemangat.

Seekor elang berukuran raksasa terbang melingkar di atas kepala Cecil sambil berkaok keras sebagai jawaban. Bulu hitam legamnnya berkilat indah memantulkan cahaya matahari. Ia membentangkan kedua sayapnya lebar-lebar sebelum akhirnya mendarat dengan kedua kakinya yang berkuku tajam. Menyoyak rerumputan hingga membentuk tiga garis lurus panjang.

Cecil tertawa geli saat elang itu mengusapkan paruhnya ke kepala Cecil. "Kau terbang ke mana tadi, Heidi? Kenapa yang kulihat hanya kabut?"

Heidi berkaok, mengepakkan sayap hitamnya kera. Seketika gelombang angin kuat langsung keluar dari kepakan sayap itu, hingga membuat Cecil terjungkal dan berguling beberapa kali ke belakang.

"Baiklah! Jangan marah!" seru Cecil sambil berusaha bangkit dengan berpegangan pada pohon. Rambutnya berantakan, dengan serpihan rumput yang menempel. Ia menggerutu kecil sembari tanggannya bergerak membersihkan noda pasir di seragamnya.

"Kenapa kau pemarah sekali?" gerutunya. 

Cecil kemudian merogoh tas selempangnya sebentar. Lantas detik selanjutnya, sebuah daging yang terlihat masih sangat masih merah dan segar muncul dari dalamnya. Masih lengkap terbungkus oleh plastik. Cecil melemparkannya yanglangsungdilahaphabisolehHeidi.

Gehennomias: The Dark HorseWhere stories live. Discover now