[03] Wakil Kepala Sekolah Sialan!

15 11 20
                                    

Hari keberangkatan pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari keberangkatan pun tiba. Sebelumnya, mereka berempat telah sepakat untuk berkumpul ebih dahulu di lapangan sebelum ke ruangan Wakil Kepala Sekolah, Hadwin. Cecil belajar dari pengalaman sebelumnya, takut Elaina akan tersasar lagi karena sibuk menyembuhkan hewan di jalanan.

Benar saja, bahkan ketika kini mereka sedang berjalan bersama menuju ruangan Hadwin, Elaina masih berusaha membantu seekor kumbang yang akan bertelur. Gadis itu benar-benar akan membantunya jika tidak segera diseret paksa oleh Cedric.

"Jadi apa rencanamu peramal?" tanya Sean.

"Aku berencana untuk menjadikanmu santapan bagi Heidi," jawab Cecil asal. Sayangnya kali ini ia tidak bisa membawa Heidi. Ia tidak tahu dengan jelas tentang misi kali ini. Tentang medan dan rintangan yang harus mereka lewati. Lucas dan Hadwin pun agaknya tidak bisa memberitahu lebih banyak. Seolah mereka menyembunyikan sesuatu.

Begitu sampai di ruangan Hadwin, ternyata sudah ada empat orang lain di dalamnya. Seorang laki-laki berambut emas, gadis berambut mint yang dikuncir kuda. Juga ada seoran gadis lagi yang memiliki rambut violet panjang menjuntai--eh tunggu? Apa dia laki-laki atau seorang gadis? Lalu seorang paling kecil dengan rambut separuh hitam dan separuh putih itu apa juga seorang gadis?

Cecil menaikturunkan bahunya cepat. Siapa pun mereka, mereka juga di sini untuk menjalani misi.

"Aku sudah tidak sabar sekali!" Elaina menceletuk dengan mata berbinar-binar.

"Aku juga!" Cedric menimpali tidak kalah bersemangat. Ia mengangkat tangannya lalu tidak lama muncil sebuah tulang runcing. Laki-laki itu memainkan tulang di tangannya dengan sebelah bibir terangkat. "Aku penasaran dengan makhluk apa yang akan kita lawan?"

Mata Sean menyipit seolah berpikir keras. "Entahlah? Mungkin makhluk setinggi tiga meter denga kulit hitam dan nanas yang mengalir melalui sendi-sendinya?"

Cecil dan Elaina terkesiap bersamaan, buru-buru menutup mulut dengan tangan untuk menahan muntah.

"Kau bisa membuatku muntah, Sean!" pekik Elaina.

"Hati-hati dengan ucapanmu, itu bisa menjadi kenyataan jika kau sedang apes." Cecil memperingatkan dengan sambil menunjuk batang hidung Sean.

Tidak lama terdengar suara pintu dibuka dan Hadwin masuk keruangan. "Baiklah," ujarnya sambil bersedekap. Pria itu lantas mengedarkan pandangan. Menatap satu persatu orang di ruangan dan tersenyum.

Detik berikutnya, tubuh Hadwin seolah terdirtosi sesaat lantas terpisah dan akhirnya menjadi dua tubuh. Cecil mengeryit sesaat. Melihat bagaimana Hadwin membelah dirinya sendiri bagi dua, apakah misi yang mereka jalani akan mudah? Pasalnya setiap kloning hanya memiliki masing-masing separuh kekuatan asli.

Bukankah itu berarti misi ini bisa dituntaskan dengan separuh kekuatan Hadwin? Tapi kenapa sampai butuh bantuan mereka?

Dua kloning Hadwin berbicara bersamaan. "Bagaimana jika kita mulai misinya?" serunya yang otomatis membuat seluruh fokus mengarah padanya. "Ikuti aku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gehennomias: The Dark HorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang