Chapter 19.

24.6K 3.2K 240
                                    

"Mas, sini!" ucap Alera mengajak sang suami untuk turut bergabung bersamanya.

Lendra terdiam sejenak, ia mengalihkan pandangannya ke arah sang anak yang tampak menyusun kayu serta ranting di satu tempat sebelum akhirnya mengikuti permintaan sang istri dengan mendudukkan tubuhnya di samping wanita cantik tersebut.

Keduanya terdiam sejenak. Angin sepoi-sepoi berhembus namun sedikit kencang karena memang hari matahari yang hampir terbenam membuat perbedaan tekanan suhu yang menciptakan angin tersebut.

Helai demi helai rambut panjang milik Alera bergerak mengikuti arah angin dan hal tersebut mampu membuat Lendra berdecak dalam hati. Istrinya dari dulu sangat cantik dan selamanya akan seperti itu.

"Ayah, bantu kami bawa ini, ya?" celetuk Enzi seraya menunjuk kayu dan ranting yang telah ia kumpulkan.

Alera dan Lendra menoleh secara bersamaan. Tawa kecil terdengar saat melihat wajah bocah laki-laki imut itu terlihat kesusahan dengan kayu-kayu yang besarnya seperti lengan orang dewasa.

"Sudah, nanti Ayah bantu. Sini duduk di pangkuan Ayah," ucap Lendra sembari menepuk-nepuk pahanya.

Enzi menurut. Ia juga sudah merasa lelah karena mengumpulkan kayu-kayu itu. Sekarang sudah saat yang tepat untuk bermanja-manja kepada kedua orang tuanya. Anak berusia lima tahun itu merebahkan kepalanya di dada sang Ayah dengan kedua tangan memeluk punggung lebar tersebut.

"Indah sekali, ya, Mas?" celetuk Alera.

Lendra menoleh. Ia tersenyum menyambut perkataan sang istri. "Ya, memang indah."

"Hmm, dulu tempatku tidak pernah sesegar dan seindah ini. Awannya penuh polusi, bahkan pepohonan serta danau dan sungai yang bersih sudah jarang ditemukan." Alera bercerita tentang tempat ia tinggal di kehidupan sebelumnya.

Selama menjadi Alera Ananta, ia dulu menetap di ibu kota untuk mengenyam bangku pendidikan akhir. Hidup sebatang kara nyatanya membuat ia merasa kesepian, tapi beruntung ada sahabat yang selalu menemaninya. Sahabat satu kos yang selalu berbagi suka duka bersama.

Jujur, Alera sedikit melupakan sahabatnya itu. Ah, sepertinya tidak sedikit, ia bahkan melupakan nama sahabatnya.

"Memangnya kamu dulu tinggal di mana?" ucap Lendra dengan dahi mengernyit. Ia merasa tempat seperti yang Alera ucapkan itu tidak pernah ada di dunia ini. Sejauh yang ia tahu, daerah Kekaisaran ini benar-benar masih terjaga dan asri. Apakah tempat itu hanya khayalan istrinya? Atau... "Ia berasal dari dunia yang sama denganku?"

"Hmm, bagaimana menjelaskannya ya? Aku dulu bukan tinggal di dunia ini. Tempat aku tinggal dulu sangat berbeda dengan tempat ini." Mengapa Alera terdengar sangat ringan menceritakan tentang kehidupannya yang sebelumnya? Tentu saja ini sudah ia pikirkan matang-matang. Ia tidak ingin menyembunyikan rahasia apapun dari suaminya.

Andai saja suatu saat nanti ia akan kembali menjadi Alera Ananta, ia tidak perlu bingung untuk menjelaskan prihal perpisahannya dengan sang suami. Namun, Alera berharap hari itu tidak pernah terjadi. Ia mungkin tidak akan sanggup berjauhan dengan pria yang dicintainya itu.

"Berbeda dengan tempat ini? Memangnya tempat apa itu? Mengapa kamu terdengar seperti bukan dari dunia ini?" tanya Lendra. Berbagai praduga bermunculan dibenaknya.

"Memang bukan." Alera menoleh seraya tersenyum manis. "Coba tebak aku dulu tinggal di mana?" lanjutnya.

"Hmm, bolehkah aku menebak dengan menyebutkan ciri-cirinya terlebih dahulu?"

"Tentu saja," sahut sang istri.

"Baiklah. Kamu bilang tadi tempatnya banyak polusi ya? Apakah di sana ada sesuatu yang memicunya?"

"Ada! Cukup banyak hal yang memicu polusi tersebut. Seperti kurangnya pepohonan, serta padatnya kendaraan," jelas Alera.

"Kendaraan? Seperti kereta kuda?" tanya Lendra.

"Tidak, ini berbeda. Kendaraan itu memerlukan bahan bakar dari minyak, dan kendaraan itu tidak pernah ditemukan di dunia ini."

"Tidak salah lagi!" batin Lendra menatap lekat mata sang istri. "Kendaraan yang kamu maksud itu... Mobil dan Motor 'kan?" tanya Lendra serius.

Hal tersebut mampu membuat mata Alera membulat sempurna. Raut wajah terkejut tak mampu lagi ia kendalikan. "Ba-bagaimana kamu tahu, Mas?"

Apa ini? Bagaimana seseorang dari dunia ini bisa mengetahui mobil dan motor? Apakah kendaraan sejenis itu sudah ada di sini? Di dunia ini?

Pikiran Alera kalut, sebelum elusan lembut di pundaknya membuat Alera tersadar dan menatap wajah suaminya yang sedang tersenyum tak kalah lembut. "Karena aku juga berasal dari dunia itu. Dari bumi, dari dunia yang berbeda," ucap Lendra.

TBC.

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang