Bab 14

223 22 3
                                    

Disinilah mereka berada, Bandung.

Feni, Gaby dan Kevin sudah sampai dirumah yang dikelilingi hutan.

Menurut Kevin, Shani berada dirumah itu.

Tapi kita tidak tau apa saja yang ada dalam nya, bahkan bisa saja mereka sudah menunggu kita untuk bergerak.

"Gua takut Shani disentuh vino"
Kevin menatap rumah yang jaraknya jauh dari mereka.

"Kalo dia nyentuh Shani, gua ga segan bunuh dia sih" Feni membalas ucapan Kevin membuat Gaby dan Kevin takut akan Feni. Feni tidak akan main-main dengan ucapannya.

"Jangankan vino, kalo dia berasil nyentuh Shani kita juga kena babat sama mpen" Gaby yang membayangkan saja sudah takut dirinya akan dihabiskan oleh Feny karena gagal melindungi.

"Pak, kita siap" ucap salah satu pasukan yang Kevin bawa.

"Okeh, kalian jaga didepan pintu. Kalo gua nyuruh masuk, kalian baru masuk." Kevin memberikan pistol kepada Gaby dan Feni.

Mereka sudah siap dengan rencana matang berharap tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Kevin masuk melalui pintu belakang dari rumah itu secara perlahan.

Gelap, semua lampu di ruangan tidak menyala membuat Kevin susah untuk melihat sekitar.

"Lo jahat"

Kevin mendengar suara samar-samar itu. Segera menyuruh Gaby dan Feni untuk masuk.

Mengapa mereka berani masuk hanya bertiga? Mereka yakin bahwa sebenarnya dirumah besar ini ramai dengan penjaga Vino. Mereka tidak mau membuat kebisingan.

"Dilantai dua fen" Gaby menatap Feni membuat Feni segera berjalan menaiki tangga secara perlahan.

Kevin tetap dibawah sementara Gaby dan Feni naik kelantai dua. Kevin menyusuri seluruh ruangan.

"Dua orang naik ke atas bos"

"Ga mungkin gada orang disini." Kevin bergumam sembari berjalan menyusuri ruang makan yang luas.

Hingga

DORR DORR

Dua peluru berhasil mengenai kaki dan tangan Kevin membuat dirinya tersenyum licik.

"Kena perangkap juga kalian" Kevin membalik meja makan agar menjadi penghalang.

"Fen, kayaknya mereka udah mulai dibawah." Gaby berbisik pada Feni sembari membuka pintu ruangan satu persatu.

"Iya, ni ruangan banyak bener kek nya ya" Feni sudah muak membuka pintu satu persatu

"Gara-gara Kaka Lo"

Feni mendengar suara itu, suara vino berteriak. Segera Feni dan Gaby berjalan ke sumber suara yang mereka dengar

Ini dia, di dalam terdengar dua orang sedang adu mulut membuat Feni dan Gaby akan bersiap mendobrak pintu.

Dengan senjata ditangan mereka membuat tidak takut dengan vino, namun sepertinya di dalam tidak hanya ada vino dan Shani. Pasti ada beberapa orang suruhan vino di dalam.

Sementara dibawah Kevin berusaha bertahan dengan tubuh yang sudah tertembak dua peluru.

Karena mereka semakin kuat menembak meja yang menjadi penghalang. Kevin segera menyuruh pasukan segera masuk.

DORR DORR DORR

Pasukan yang dibawa Kevin dengan cepat mengikuti perintah.

Aduk tembak dilantai satu sangat sengit membuat beberapa pasukan Kevin terluka. Namun itu bukan masalah besar.

Pasukan Kevin beserta kevin berhasil melumpuh kan semua suruhan vino dengan cepat.

Segera mereka menyusul Gaby dan Feni dilantai dua.

"Feni, Gaby" bisik Kevin kepada mereka yang sedang bersiap untuk mendobrak pintu salah satu ruangan.

"Biar gua yang dobrak, kalian siap dibelakang" Kevin mendorong pintu satu hentakan keras membuat gagang pintu rusak begitu saja.

Mereka segera masuk kedalam ruangan. Betapa terkejutnya ternyata tidak ada siapapun disana.

"Anjir kena perangkap, suara nya dari radio" Gaby mengambil radio pemutar yang ada disalah satu sofa.

"KELUAR SEMUA MEREKA KABUR" Feni berlari di ikuti Gaby, Kevin dan pasukan. setelah melihat mobil hitam diluar, Feni yakin tadi tidak ada mobil hitam disana sebelumnya

Segera Feni dan yang lainnya menembak ban mobil agar tidak bisa berjalan.

Vino yang melihat itu segera menarik Shani keluar dari mobil lalu mengarahkan pistol ke arah Shani.

"Kalo kalian mendekat, gua ga segan-segan nembak Shani"

Ucapan vino membuat mereka berhenti dari larinya.

"Vino, Lo jangan gila. Lepasin Shani"

"Vino, gua mohon Shani ga salah. Dia gatau apapun"

"BACOT KALIAN SEMUA. GARA-GARA KELUARGA DIA KELUARGA GUA MATI ANJING" Vino berteriak ke arah mereka semakin mengeratkan pistol dengan kepala Shani.

Shani menangis, Shani takut. Sangat takut dengan ini. Shani tidak menyangka orang yang menurutnya baik bisa berbanding terbalik.

"Itu kecelakaan. Lo yang blom ikhlas"

"Apa? Kecelakaan kata Lo? BUKA MATA LO GABY. Nyawa dibayar nyawa"

"Kalo Lo mau nyawa dibayar nyawa, ambil gua Vin. Jangan Shani dia gatau apapun" Feni berjalan lambat kearah vino

"Ohh, dengan senang hati menukar nya. Tapi sebelum nya lempar semua senjata yang Lo bawa kedepan" vino menyetujui ucapan Feni

Kevin yang melihat itu rasanya ingin menembak muka vino dan mematahkan tulang tangan nya itu.

"Jangan gila fen"

"Kak Feni, aku gapapa diposisi ini" Shani menatap sendu Feni

Feni semakin merasa kasihan dengan Shani. Baru saja beberapa jam namun sudah ada beberapa luka dimuka mulus nya itu. Feni berjanji akan membalas goresan itu.

"Kalian diem" Feni melempar pistol dan pisau yang ia bawa ke depan. Sebagai bukti ia juga melepas jaket nya.

"Lepasin Shani"

"Ternyata Lo lebih mau nyawa Lo melayang ditangan gua dibanding kan ditangan kembaran Lo itu" vino menatap sinis Feni

Vino melempar tali ke arah Feni

"Pake ditangan Lo yang kenceng"

"CUKUP GAUSAH GILA LO FENI" Kevin menarik tangan Feni

"Gua harus gimana lagi Vin? Ini jalan terbaiknya" Feni melepas tangan nya dari Kevin. Kevin baru saja akan menariknya lagi namun di cegah oleh Gaby

"Gapapa" bisik Gaby kepada Kevin membuat Kevin berteriak marah. Lihat mereka gila sangat gila.

"Lo maju sini" Vino memerintahkan Feni untuk maju ke arah nya

Vino mendorong Shani lalu menarik Feni, mengarahkan pistol ke kepalanya.

"Bodoh" vino tersenyum penuh kemenangan

Shani yang melihat itu menangis. Shani tidak ingin kehilangan lagi. Sudah cukup baginya merasakan ini.

"Kak Feni aku mohon jangan tinggalin kita" Shani mendekati vino dan Feni membuat vino melangkah mundur

"Kalau kalian mendekat Feni akan mati"

Tanpa disadari dibelakang vino dan Feni sudah ada beberapa suruhan Kevin. Dengan segera mereka memegang pistol lalu meniarapkan vino.

Vino yang tidak ingin kalah, mengambil pistol yang ia sembunyikan dibalik jaket.

Tanpa jeda yang lama, vino menembakan dua peluru mengenai perut dan dada Feni.

Gerakan vino membuat semua yang disana sontak terkejut. Pasukan Kevin segera menembak vino dengan cepat.

Shani menidurkan Feni diatas pahanya.

"S-shani Kaka minta maaf"








Huwww, janlup vote beb

SAME PERSON?Where stories live. Discover now