Day 1

10 4 0
                                    

Happy reading.

"Yura!" Teriak  seorang wanita yang berlari mengejar Yura.

"Ada apa Livi?"

"Kau tahu, si Biel, dia deket sama cewek tahu, aku tadi lihat dia bersama cewek itu di cafe deket kampus," ujarnya dengan muka penuh semangat.

"Ya sudahlah Livi, yang penting dia tidak tahu tentang perasaanku," balas Yura sambil berlari lagi. Livi yang melihat Yura jogging mengelilingi kampus. Olivia yang melihat itupun langsung berhenti dan terengah-engah. Dia tidak bisa melanjutkan acara olahraganya bersama sang sahabat. Dia pun duduk di salah satu bangku yang kosong di pinggiran lapangan kampus.

Yura yang masih berlari itu pun menyeka air matanya. Sakit memang, melihat seseorang yang kita sukai ternyata sudah mempunyai pacar. Yura menyudahi acara olahraganya hari ini ketika dirinya beneran kelelahan. Dia langsung menemui Livi.

"Livi, tugas dari dosen mata kuliah trigonometri kamu sudah selesai? Aku boleh lihat?" tanya Yura sambil meminum air putih yang dibawa Livi.

"Belum, kita kerjakan bareng-bareng saja, kita kan sama jurusannya, dan dosennya juga sama," balas Livi. Yura menganggukkan kepalanya, mereka berdua pun kembali ke kost bersama-sama. Sebelum sampai di kost, mereka mampir di salah satu warung makan. Livi membeli lauk untuk makan malam. Sedangkan Yura, hanya menemani saja.

Sesampainya di kost, mereka berdua pun langsung membersihkan tubuh dan makan malam bersama. Yura memasak makanan terlebih dahulu, barulah makan bareng Livi seraya ngobrol-ngobrol ringan. Mereka langsung mengerjakan tugas kuliah mereka secara berdiskusi berdua. Barulah mereka berdua bersiap-siap untuk tidur. Mereka satu kost, tapi beda kamar. Kamar mereka hanya sebelahan.

Sebelum tidur, Yura membuka ponselnya, dia mendapatkan pengumuman. Bahwa besok dia harus ikut latihan rutin. Dengan berat hati Yura ikut latihan itu. Keesokan harinya, setelah sholat subuh Yura langsung mengambil sepatu olahraganya dan melakukan jogging ke kampus dan mengelilingi kampus.

Entah apa yang merasukinya, dia bahkan tidak sadar sudah berlari mengelilingi lapangan lima kali. Dia langsung terduduk di jalan ketika dia merasa lelah. Segera saja dia berdiri lalu mencari tempat duduk yang nyaman. Tiba-tiba saja seseorang menghampirinya dan duduk di sampingnya. Yura langsung menoleh lalu bergeser sedikit agak jauh dari dia.

"Kenapa? Apa ada masalah?"

"Tidak, tidak ada apa-apa," balas Yura sambil mengatur napasnya.

"Okey, nanti ikut latihan rutin kan? Sebentar lagi pendidikan soalnya," ujarnya, dengan nada santai.

"Iyaa, aku tahu, tentu saja ikut, soalnya komandan memintaku langsung untuk ikut pendidikan itu, " balas Yura santai.

"Okey, kalau gitu, jaga kesehatan yaa, aku mau melanjutkan jogging," balasnya sambil berdiri. Yura menganggukkan kepalanya pelan. Halaman napas panjang pun terdengar. Dia langsung berdiri dan berjalan keluar dari area kampus.

Yura langsung mandi dan berangkat kuliah. Seperti biasanya, dia hanya memperhatikan dengan seksama temannya yang presentasi. Seperti itu terus dalam tiga kelas yang harus dihadirinya hari ini. Setelah itu, Yura pulang dan mendapati Livi sedang menunggunya. Yura pun duduk di kursi depan Livi. Mereka duduk bersama di balkon kost.

"Ada apa?"

"Bentar lagi kamu ada acara kegiatan menwa kan?" tanya Livi.

"Iyaa, kenapa?"

"Dia juga ikut kegiatan itu?" tanyanya lagi.

"Iyalah, dia dan aku sama-sama rajin ikut latihan rutin," balas Yura dengan santai.

"Owalah, kalau begitu itu kesempatan yang bagus untukmu mendekati dia," balas Livi. Yura hanya menatapnya dengan tatapan santai, tidak terlalu menanggapi hal itu. Dia justru memandangi langit malam yang terlihat menampilkan bintang-bintang yang bersinar.

"Dindingnya sudah begitu tinggi Livi, jadi buat apa berusaha untuk sesuatu hal yang sudah jelas tidak mungkin terjadi," balas Yura. Dia langsung bangkit dari tempat duduknya, berganti pakaian dengan pakaian santai.

Livi yang mendengar itupun termenung, dia pun membenarkan apa yang dikatakan oleh Yura tadi. Dia langsung saja ikut masuk ke dalam kamar.

Beberapa saat kemudian, Yura langsung berangkat ke kampus. Dia pun langsung masuk ke ruang khusus untuk organisasi menwa. Dia menunggu teman-temannya untuk segera melakukan latihan. Setelah berkumpul semuanya, Yura pun latihan bersama teman-temannya itu.

Setelah selesai latihan, mereka berbincang-bincang. Adzan Maghrib pun berkumandang. Yura langsung berpamitan teman-temannya. Mereka pun memakluminya, karena hanya Yura yang beragama Islam. Yura langsung berjalan dengan cepat ke masjid kampus, yang letaknya agak jauh dari gedung student center.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang memayunginya, karena hujannya cukup deras. Yura sebenarnya mau langsung berlari saja, tetapi punggungnya di tepuk oleh seseorang itu. Yura langsung menerima payung itu.

"Eh, aku mau mengantarmu, aku juga mau pulang," ujarnya dengan senyum tipisnya. Yura langsung menundukkan kepalanya, dia sangat malu. Mereka pun berjalan beriringan ke masjid.

Sesampainya di masjid, Yura pun langsung berterimakasih dan berlari memasuki masjid. Yura langsung menunaikan sholat magrib dan menunggu hujan reda.

"Yura!" teriak seorang pria. Yura langsung menoleh, mencari seseorang yang memanggilnya. Ternyata, seorang pria yang duduk di teras masjid.

"Hai, gimana kabarnya? Kok nggak pernah kelihatan di masjid, biasanya sering ke masjid, apalagi kemarin nggak ikut kajian," ujar Yura sambil meninju bahu pria itu dengan ramah.

"Hehe, kemarin aku sakit dan beberapa hari sebelumnya aku sibuk dengan organisasi," balasanya.

"Owalah, eh iyaa deng, kamu kan staf yaa, aku kan cuma anggota," balas Yura sambil terkekeh-kekeh.

"Iyaa, nah, sekarang kamu mau pulang kah?"

"Iyaa nih, tapi nunggu reda lama," balas Yura.

"Bareng aku gimana?"

"Eh, nggak usah, aku bisa minta Livi jemput aku kok," balas Yura sambil tersenyum tipis.

"Baiklah," balasnya sambil berpamitan ke Yura. Yura pun kembali ke tempat duduknya tadi, lalu bermain ponsel.

"Yura!, ayo aku anterin!" Ujar seseorang yang agak tinggi dengan payung besar yang melindunginya dari air hujan. Dengan senyuman manisnya, Yura pun ikut berteduh di bawah payung itu.

"Terimakasih banyak yaa," ujar Yura sambil sedikit menengadah untuk menatap wajah pria itu dari dekat. Di bawah guyuran hujan lembut, mereka berjalan beriringan dibawah payung warna-warni. Cahaya lampu pinggir jalan yang redup menciptakan bayangan, menambah keindahan yang sudah ada  Yura merasakan rasa hangat menyebar di seluruh tubuhnya, karena detak jantung yang tidak- normal, dan rasa hangat yang dia rasakan ketika di samping pria itu. Keheningan malam yang tercipta itu membuat pria itu meras tidak nyaman.

"Kami hanya sekedar teman kok, jadi santai saja, oh iya, bentar lagi kan pendidikan, jaga kesehatanmu yaa, jangan memaksakan diri kayak tadi," ujarnya, dengan nada sedikit mengomel. Yura langsung berhenti berjalan, lalu menatap wajah pria itu dengan heran.

"Hah? Kamu kenapa sih, kok tiba-tiba kayak gini?" balasnya. Pria itu pun langsung menarik tas ransel wanita itu agar segera memintanya untuk berjalan.

"Udah lupakan, ketika pas keberangkatan untuk pendidikan nanti jangan sampai sakit, atau pas pendidikan kamu sakit awas saja," ujarnya. Yura pun mengangguk dengan senyuman manisnya. Mereka pun kembali berjalan dengan obrolan santai.

Sesampainya di kost Yura, pria itu langsung memaksa Yura untuk memasuki kost dan memintanya untuk segera membersihkan diri. Yura pun melambaikan tangannya ketika pria itu berjalan ke rumahnya. Rumah si pria  dan kost si Yura hanya berjarak tiga rumah.

TBC.

Different FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang