Day 2

12 3 0
                                    

Happy reading.

Orang tua Yura sangat gila kerja, dia anak kedua dari dua bersaudara. Kakak laki-lakinya itu bekerja di cabang perusahaan keluarga yang ada di Korea Selatan. Itulah kenapa Yura memilih tinggal di kost bersama temannya itu. Tadinya dia tinggal di apartemen, apartemen milik kakaknya dulu. Setelah ada informasi kalau kamar samping kamar kost temennya itu sudah tidak ada lagi penghuninya, dia langsung pindah di kost itu. Lalu, dia juga membawa sepeda gunungnya.

Okey, sudahi dulu cerita tentang keluarga Yura. Hari ini adalah hari keberangkatan beberapa anggota untuk mengikuti pendidikan lanjutan. Nah, Yura, dan empat rekannya pun langsung memasuki mobil yang sudah disiapkan oleh para senior mereka. Mereka pun berpamitan dengan beberapa seniornya. Kebetulan sekali, Biel duduk di samping Yura. Karena personel yang bisa mengikuti pendidikan itu hanya 5 orang, dua cewek dan tiga cowok, maka kendaraan mereka hanya mobil Avanza biasa.

Selama perjalanan, Yura menutup mukanya dengan topi patnya lalu menutup mata. Sebenarnya dia kurang tidur akhir-akhir ini. Selang beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah sampai di tempat yang akan menjadi tempat mereka untuk menimba ilmu. Upacara pembukaan pendidikan pun dimulai dan pembagian barak pun sudah. Yura di kompi dua, sedangkan satu teman ceweknya itu berada di kompi satu. Namanya Lorraine Teressa Cristiano, Yura sering memanggilnya Lora.

Walaupun mereka beda kompi, tetapi mereka berdua berjanji ketika waktu istirahat akan terus bertemu dan berbincang-bincang. Pendidikan itu sendiri dihadiri oleh anggota organisasi menwa dari universitas lain. Terutama, universitas satu provinsi. Mereka merupakan angkatan ke 47.

Satu hari pendidikan pun sudah berlalu, Yura tidak memiliki semangat dalam melakukan pendidikan itu. Hanya marasa biasa-biasa saja. Malam pun tiba, Yura dan Lora pun bertemu di samping gedung yang menjadi barak mereka. Mereka berbincang-bincang dengan santai, sambil menunggu tiga temannya.

Tiba-tiba ada beberapa cowok yang berjalan melewati mereka dan menggoda mereka. Yura dan Lora tidak menanggapi mereka. Mereka berdua hanya tidak mau membuat masalah di tempat orang lain. Tiga temannya pun langsung menegur para cowok itu. Mereka pun mulai berbincang-bincang dengan santai, sambil menikmati makanan yang dibawa oleh ketiga pria itu.

"Makasih lho, udah mentraktir kami berdua," ujar Lora.

"Heleh, kalian yang memaksa kami untuk membeli makanan ini," ujar Reno.

"Iyalah, sebagai cowok harus gentle, jangan cuma kayak malu-malu kucing, lembek," ujar Yura pedas.

"Yura beda konteks!" teriak Lora.

"Eh iya kah?, hahaha lupakan, sorry yaa," ucap Yura langsung meminta maaf. Mereka bertiga yang shock akan  ucapan pedas dari Yura pun mengangguk paham.

"Lagi datang bulan yaa?" tanya Biel.

"Iyaa kayaknya, tadi dia nggak ikut sholat isya, tiba-tiba dia keluar dari masjid dan berlari ke barak," jelas Lora.

"Pantesan, sensian muluk sejak awal ikut pendidikan," ujar Brian, sambil mengambil Snack yang ada di depannya. Mereka berlima duduk melingkar, dan beberapa Snack yang mereka beli terkumpul di depan mereka.

"Bawa obatnya nggak kamu? Perutmu udah mulai kram?" tanya Biel, khawatir. Lora, Brian dan Reno pun langsung berdehem.

"Jangan pacaran di sini, gue aduin ke senior baru tahu rasa," ujar Brian.

"Dia lupa nggak bawa obat itu, soalnya katanya dia nggak ekspek bakalan datang bulan di hari ini," jelas Lora.

"Aku bawa, bentar yaa," ujar Biel sambil bangkit dari tempat itu lalu berlari ke baraknya, yang jaraknya cukup jauh dari tempat mereka duduk.

"Dari kemarin dia kenapa sih? No, lo Kan temen deketnya, selalu apa-apa sama dia," ujar Yura sambil menatap wajah Reno dengan penasara.

"Nggak tahu, kemarin kan dia ketemu sama cewek cantik gitu kan, bincang-bincang biasa kayak sahabat yang baru ketemu setelah sekian lama berpisah, nah setelah dia melihat kamu dan sahabatmu melihatnya, raut wajahnya kayak khawatir gitu, nggak tahu kenapa," jelas Reno.

"Udah fiks itumah dia jatuh cinta sama kamu Yura," balas Lora.

"Iyaa, gue juga suka mergokin dia ngamatin Lo waktu di Mako," ucap Brian.

"Senior aja udah pada tahu," timpal Reno.

"Astaga, kalian ini, terserahlah, nggak mungkin deh," balas Yura, tidak mau berharap lebih.

"Kalian pada bahas apa?" Ujar Biel yang baru saja sampai dan membawa obat pereda nyeri haid.

"Uuuh effortnya, udah deh mending kalian berdua itu nikah aja, udah kayak pasutri," ujar Brian sambil tersenyum kemenangan. Biel hanya diam saja, seraya memberikan obat pereda nyeri haid ke Yura.

"Beda agama cuy, temboknya tinggi," ujar Reno.

"Udahlah, aku mau Istirahat, ini sudah malam, ayo Lora, makasih obatnya," ujar Yura sambil menarik Lora. Mereka pun kembali ke barak masing-masing.

"Malu dia, kalau suka bilang aja kalik," gumam Brian sambil tersenyum mengejek ke Yura.

"Suka? Siapa yang suka?" tanya Biel.

"Lo nggak sadar kah? Yura suka sama lo anjir!" Ujar Brian.

"Ah nggak mungkin," balasnya.

"Sama-sama suka, tapi sama-sama nggak mau ngaku," ujar Reno sambil bangkit lalu berjalan menuju ke barak mereka.

Keesokan harinya, seperti biasanya, pagi setelah yang muslim menunaikan shalat subuh, mereka semua langsung berbaris di lapangan. Mereka melakukan binsik atau biasa dikenal dengan pemanasan di pagi hari. Setelah itu, mereka pun ke ruang makan.

Yura terkejut dengan seseorang yang ada di sampingnya. Pria itu dengan senyuman manisnya pun duduk di samping Yura. Acara sarapan pun dimuali, Biel memberikan sedikit nasinya ke Yura lalu juga sedikit lauk nya ke piring Yura. Yura yang melihat itu pun menatap pria itu tajam.

"Makan yang banyak, kamu lagi haid soalnya," ujarnya. Dalam hati Yura, dia kesal sekali. Dengan segera, Yura menghabiskan makanannya. Setelah selesai acara sarapannya, mereka semua pun memulai untuk mengikuti pelatihan.

Selama pelatihan militer itu, untungnya Yura dan Biel satu regu. Inilah kesempatan Yura untuk membalaskan dendamnya. Dia mengerjainya pria itu dengan senyuman liciknya. Setelah melakukan rencana yang sudah dia susun di dalam otaknya, Yura pun langsung melihat reaksi pria itu.

Setelah melihat rencananya berhasil Yura tersenyum senang. Dia mencoba untuk tidak tertawa terbahak-bahak melihat temannya itu yang menjadi bahan percobaan oleh pelatih. Sebenarnya, tadi dia berbisik-bisik ke pelatih bahwa Biel dengan senang hati menjadi percobaan.

Setelah pelatihan itu, waktunya sholat Dzuhur, Yura pun memanfaatkan hal ini untuk ke kamar mandi. Setelah itu, acara makan siang pun dimulai. Setelah melakukan penghormatan ke ruang makan, mereka semua langsung memasuki ruang makan dengan berbaris rapi. Lagi-lagi Yura dan Biel bersampingan duduknya.

"Kalau kamu tertawa lepas kayak tadi itu cantik banget tahu, aku baru lihat wajahmu ketika tertawa lepas," ujar Biel dengan senyuman manisnya. Yura yang mendengar itupun langsung menginjak kaki pria itu dan menyuruhnya untuk diam. Karena mereka sedang makan, akan memakan waktu lama jika mereka berdua berbincang-bincang.

TBC.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Different FaithWhere stories live. Discover now