~ BAB 11

22 3 2
                                    

(Pov Sarah)

Aku di kamarnya dan melihat fotonya yang kusut, di dalamnya, anak laki-laki itu tersenyum damai sambil melambai kepada siapapun yang mengambil foto itu, senyuman Jeff terlihat sangat bahagia.

Tetapi kemudian wajah Jeff berubah menjadi makhluk mengerikan, yang tersenyum sambil merobek rahangnya sendiri dengan kuku, meninggalkan bekas darah dan kulit yang tercabik-cabik. Aku membuang foto itu dengan ketakutan sambil berseru. Aku berlari ke pintu keluar tetapi pintunya tidak memiliki pegangan. Aku terkunci di dalam.

Tiba-tiba aku merasakan kehadiran di belakangku, perlahan aku berbalik dan mulai berteriak sangat keras.

Uh, aku terbangun dengan kaget jantungku berdetak kencang hingga dadaku sakit dan aku tidak bisa berteriak, hanya diam saja di sini, bernapas dengan cepat sambil mencoba melupakan gambaran mimpi buruk yang mengerikan itu.

Aku melihat sekeliling. Aku berada di kamar Jeff, di tempat tidurnya. Aku ingat bagaimana aku bisa sampai di sini, tapi aku merasa lebih baik, karena melihat ke kakiku dan melihat ada bekas luka di tempat gigitannya. Seketika aku mengangkat alisku.

Aku mengembalikan perhatianku ke kamar.

Jeff sedang tidur di lantai, ia menaruh beberapa selimut dan bantal di kepalanya. Aku memperhatikannya sejenak, wajahnya berkerut dalam tidur, membuatku bertanya-tanya apa yang ia mimpikan. Mungkinkah itu sesuatu yang seburuk mimpiku barusan?

Wajahnya masih menampilkan senyuman teatrikal, namun aku sudah menyadari bahwa ini hanyalah tanda permanen dari mutilasi brutal yang dilakukannya. Jeff tidak selalu tertawa, tampaknya begitu sih.

Tiba-tiba matanya terbuka cepat seperti di film yang dimana seorang vampir terbangun di ujung sinar matahari.

Jeff menatapku dan memberi isyarat bahwa dia akan bangun.

"Tidak ... tidak perlu bangun! Aku jauh lebih baik sekarang," kata Sarah.

Jeff mengangkat bahu dan duduk di sarang selimut daruratnya.

"Bagaimana keadaanmu?" suara Jeff yang terdengar serak dan rendah, membuat terlihat seksi di mata Sarah yang mendengarnya.

"Sangat baik. Aku tidak tau apa yang kamu berikan padaku, tapi untuk itu ... terimakasih," jawab Sarah tulus dalam suaranya.

Jeff melambai dengan canggung, ia sepertinya tidak suka Sarah berterima kasih.

"Hm ... gelap sekali, ya. Jam berapa sekarang?" tanya Sarah.

"Kau harusnya bertanya, hari apa sekarang?"Jeff menjawab dengan nada sarkasme.

"Aku tidak mengerti," jawab Sarah bingung.

"Hari ini ... hari senin, tapi faktanya, hari selasa menjelang subuh," ucap Jeff.

"Wow, aku tidak percaya itu!" Sarah yang menatap sembari terkejut.

"Iya, kau gadis yang beruntung. Itu adalah laba-laba janda hitam. Mereka sangat berbahaya, tapi kau sudah selamat dari bahaya yang lebih besar, bukan?" Jeff bercanda tentang fakta bahwa dia lebih berbahaya dan Sarah masih hidup di tangannya.

"Tapi ... tidak tanpamu."

Jeff sepertinya sedang berpikir bagaimana menanggapi ucapan Sarah barusan.

"Eh, tidak. Bukan tanpaku," ucap Jeff sedikit malu, kah?

Kesunyian...

Saat itulah perut Sarah memilih waktu untuk mengeluarkan suara keras, lapar.

"Huft ... sepertinya kau lapar," pikir Jeff. "Tunggu sebentar, dan bangun."

Terkejutnya, Jeff bernyanyi samba saat ia bangun dan berbalik ke arah pintu keluar, Sarah bisa melihat punggung dari belakangnya secara penuh. Jantung Sarah berdetak lebih cepat untuk kedua kalinya malam ini, tapi kali ini karena alasan yang sangat berbeda.

Sarah melihat dirinya sendiri, membayangkan betapa berantakannya dirinya, dan ia segera merapikan rambutnya. Sarah memejamkan mata dan mengambil posisi yang lebih baik. Ia masih mengenakan celana pendek dasar dan baju putih ketat milik Jeff sendiri.

Jeff memberikan Sarah beberapa pakaian, sayangnya tidak ada yang modis atau cantik, yang tampaknya sama pada saat Jeff menculik Sarah. Sarah tidak tahu darimana asalnya dan sebenarnya ia tidak ingin tahu. Itu kebijakan Sarah untuk semuanya tentang Jeff. Sarah lebih suka untuk tidak mengetahui atau terlibat dalam urusan Jeff.

(Sarah keknya nyaman ya tinggal sama Jeff, jadi iri deng Author.)

~

"Ini."

Ada dua roti dengan apa yang tampak terlihat seperti krim keju dan segelas jus, menurut Sarah warnanya jeruk. Jus jeruk.

Sarah langsung menerimanya, baginya itu tampak seperti Jeff, semuanya terlihat enak karena ia lapar.

Selesai Sarah memakan dan melahap, tapi ia tidak bisa berterima kasih pada Jeff, karena Sarah ingat bahwa Jeff tidak menyukainya. Jadi Sarah meninggalkan piring di samping tempat tidur.

Sarah mencoba untuk bangun, tapi saat ia menginjakkan kakinya ke tanah, ia merasakan kepalanya berputar dan segalanya menjadi gelap selama beberapa detik.

"Hei, tenang lah tikus kecil," lirih Jeff. "Kau lemah seperti anak anjing," sambil menawarkan tangannya.

Sejenak Sarah tidak percaya betapa baiknya Jeff. Membuat Sarah berpikir dimana pria yang menghindarinya selama seminggu lalu?

Sarah terlihat curiga saat menerima bantuan Jeff, ia meremas lengannya dan perlahan bangkit.

"Bolehkah, aku ke toilet?" tanya Sarah dengan nada kecil.

"Baiklah. Aku antar kau ke toilet tempatku, yang satunya terlalu jauh untukmu," balas Jeff.

"Apa kamu punya cermin?" tanya Sarah lagi.

"Tidak."

Tidak ada cermin kalau begitu...

"Baiklah, terimakasih."

Dari sini Sarah berbalik.

Jeff melepaskannya, Sarah mulai bisa berdiri sendiri, lalu Jeff berjalan pergi.

"Biarkan pintunya terbuka," kata Jeff.

Sarah khawatir, "apa?"

"Jika aku memasuki pintu, aku tidak akan berhenti. Aku hanya tidak ingin kau jatuh dan aku harus menghancurkan pintuku sendiri untuk menyelamatkanmu lagi," jelas Jeff sambil mengejek dengan alis terangkat.

"Oh, oke. Tentu saja," Sarah merasa konyol karena mengira Jeff tidak ingin melihatnya.

Pertama Sarah menggunakan kamar mandi untuk kebutuhannya. Lalu ia mencari sesuatu yang menyegarkan untuk dimasukkan ke dalam mulutnya, tentunya saja Sarah tidak menggunakan gosok gigi milik Jeff. Sarah menemukan pasta dan menambahkan porsi yang baik dan membilasnya, dan yang terbaik untuk saat ini. Sarah melihat pancuran dengan campuran keinginan dan keraguan-raguan. Sesaat kemudian, keinginan untuk menjadi bersih menjadi lebih kuat daripada pertahanan dirinya.

Ia melepaskan pakaian kotor itu, membiarkan dirinya tanpa busana apapun. Sarah melihat ke pintu yang terbuka itu, tidak ada tanda-tanda orang di sana. Ia berjingkat-jingkat ke pancuran air panas dan merasa luar biasa saat air mengaliri tubuhnya.

Sarah memejamkan mata untuk menyerap semua sensasi itu, tetesan kecil air mengalir dari kulit kepalanya yang kini basah kuyup hingga ke wajahnya. Ia tidak tahu berapa lama ia tinggal di sini, memurnikan dirinya sendiri. Sarah merasa benar-benar bebas dari rasa sakit, sensasi yang sempurna, tapi kata pepatah, "kebahagiaan berumur pendek" dan momen kedamaian dirinya tiba-tiba terganggu ketika ia membuka mata dan melihat Jeff, matanya menyala seperti api di sekujur tubuhnya. Mencerminkan keinginan dan persediaan. Tetapi bukan rasa lapar seperti yang ia alami beberapa saat lalu ... Tidak!

Rasa laparnya berbeda dan ia jelas yakin bahwa makanannya adalah ... dirinya sendiri.

Dalah skip-

Jeff si Pembunuh TahananWhere stories live. Discover now