14

1.4K 216 15
                                    

_KI_

Marsha sedang menyiapkan sarapan pagi ini. Bi Siti juga sudah mulai bekerja, sekarang yang ia lakukan adalah mengurus Miki dan Miko bersiap untuk sekolah. Marsha meletakkan beberapa menu sarapan di atas meja. Tak lama Zeefan datang dengan pakaian santainya. Dia menghampiri Marsha dan mencium kening istrinya itu.

"Mau makan sekarang?" tanya Marsha. Zeefan mengambil duduk ditempat biasanya. "Tunggu anak-anak aja, biar barengan," jawab Zeefan.

Marsha ikut duduk, menunggu kedatangan kedua anaknya yang masih belum selesai bersiap. "Kamu jadi pergi ke perusahaan brand yang bakal jadiin kamu model?" tanya Zeefan.

"Jadi, pertemuan nanti jam 9. Kita akan bahas persyaratan kontrak."

"Biar aku antar," kata Zeefan.

"Ga usah. Aku nanti bisa sama kak Indah, lagi pula kamu kerja," tolak Marsha.

"Aku bisa antar kamu. Kalian ketemu aja di perusahaannya langsung. Aku bisa berangkat kerja setelah nganterin kamu," jelas Zeefan. Dia memang ingin mengantar Marsha.

"Ya sudah terserah kamu," pasrah Marsha. Zeefan tersenyum mendengar persetujuan Marsha.

Suara langkah kaki cepat mulai terdengar. Miko dan Miki datang berlari dengan penampilan yang sudah rapi. Wajah mereka tampak sangat semangat. "Jangan lari-lari Miko, Miki," peringat Marsha. Dia takut anaknya jatuh. Anak-anak tetaplah anak-anak, ceroboh dan susah sekali dikasih tau.

"Pagi Mama, Papa," sapa Miko dan Miki. Mereka naik dan duduk di kursi dengan nyaman. Bi Siti datang dengan membawakan kedua tas milik Miko dan Miki.

"Ikutan sarapan Bi," ajak Marsha.

"Tidak usah nyonya, saya belum pengen makan." Bi Siti belum terbiasa dengan Marsha dan juga Zeefan, karena ini masih hari pertamanya bekerja.

"Kalau laper makan ya Bi, banyak masakan yang saya buat," kata Marsha.

"Iya nyonya, saya oermisi dulu mau beresin kamar anak-anak." Selain sebagai baby sitter ternyata Bi Siti juga merangkap menjadi pembantu juga, jadi ia tak hanya mengurusi Miko dan Miki, tapi juga membersihkan rumah.

Marsha mengambilkan makan untuk suami dan anak-anaknya. Kemudian mereka makan dengan tenang. Zeefan dan Marsha menatap lucu pada Miko dan Miki yang terkadang pergerakan yang mereka lakukan itu sama secara beraamaan dan tanpa sadar. Mereka dibuat gemas oleh Miko dan Miki.

"Miko, Miki besok kalau Mama sama Papa udah mulai sibuk, kalian di rumah jangan nakal ya. Sama Bi Siti dulu, jangan menyusahkan Bi Siti. Jadilah anak yang baik," kata Zeefan disela makannya.

"Mama kerja? Mama kerja dimana? Apa Mama kerja bersama Papa?" tanya Miko.

"Kalian tau kan kalau Mama kalian yang cantik itu adalah model masa dulunya sebelum kalian ada? Nah Mama mau kerja jadi model lagi," jelas Zeefan.

"Mama kenapa kerja? Apa uang Papa ndak cukup buat Mama jajan?" Pertanyaa polos terlontar dari Miki.

"Bukan gitu sayang. Pekerjaan Mama itu adalah salah satu cita-cita Mama, jadi Mama pengen ngejalanin cita-cita Mama. Kalian berdua kalau sudah besar nanti juga harus mengejar cita-cita kalian sampai tercapai oke?" jelas Marsha.

"Oke Mama," jawab Miko dan Miki, meskipun sebenarnya mereka belum terlalu mengerti.

Selesai sarapan Zeefan akan mengantarkan Miko dan Miki ke sekolah. Sedangkan Marsha mulai bersiap untuk nantinya pergi ke perusahaan yang akan bekerja sama dengannya. Indah managernya juga sudah meminta Marsha untuk segera bersiap lebih awal, karena pertemuan akan dipercepat karena ada jadwal mendadak dari perusahaan itu.

Marsha sudah selesai bersiap. Zeefan juga sudah pulang mengantar Miko dan Miki, juga sudah bersiap untuk sekalian berangkat kerja setelah mengantar Marsha nanti. Mereka keluar dari kamar dan mendapati Bi Siti sedang menyapu lantai.

"Bi Siti, kita berdua pergi dulu ya Bi. Nanti anak-anak akan dijemput supir. Dan setelah anak-anak pulang, siapkan susu hangat buat mereka," jelas Marsha. Memang sekarang di rumah sudah ada supir yang membantu dalam mengantar jika mau pergi kemana-mana. Ya meskipun mungkin tak terlalu berguna, karena dari Marsha atau Zeefan lebih suka berkendara sendiri.

"Baik nyonya, saya mengerti," jawab Bi Siti.

"Kami pergi dulu Bi," pamit Zeefan.

Di perjalanan Marsha sedang menahan diri untuk tidak kesal, karena suaminya sedari tadi mengoceh untuk memintanya tidak terlalu dekat dengan lelaki lain di sana. Dan juga harus jaga jarak aman minimal lima meter katanya. Sifat posesif Zeefan memang tidak bisa hilang sedari dulu. Zeefan tetaplah Zeefan yang posesif dan tidak mau berbagi jika soal istri.

"Kamu denger kan Marsha?"

"Iya sayang, aku denger," jawab Marsha sesabar mungkin.

"Bagus, pokoknya kamu harus jaga-jaga dan jangan mudah teracuni oleh hal negatif. Dan juga jangan terlalu pakai pakaian terbuka, aku ga suka tubuh istriku dilihat orang lain."

"Iya Zeefannnn."

"Huh, sebenernya aku agak khawatir kamu jadi model lagi. Punya istri yang cantik kayak gini pasti banyak banget yang ngincer. Aku jadi harus sabar dan jagain kamu lebih nih. Kayaknya juga aku harus banyak aktif di ig dan post waktu family kita, biar orang-orang tau kamu udah berkeluarga," ungkap Zeefan. Entah mengapa Marsha tertawa mendengarnya. "Kamu itu udah bapak anak dua, masih aja takut kalau aku diambil orang. Aku ga akan berpaling Zeefan aku janji," ungkap Marsha.

"Harus gitu! Kamu ga boleh berpaling. Kalau sampai ada yang deketin kamu, aku pastiin dia babak belur ditangan aku."

"Hayohh, seremnya," ucap Marsha berlagak takut.
















Marsha jadi model lagi nih

Dah gitu aja maap buat typo.

Keluarga Impian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang