BAB 34 SUNGGUH MAAF

124 16 7
                                    

Hari itu akan segera tiba.

Seminggu lagi, mereka akan resmi menjadi sepasang suami-istri. Jangan kira Dipta sedang baik-baik saja, karena sungguh ia sudah gugup menunggu hari itu menjumpainya.

Andai orangtuanya masih berada di sini. Ia bisa mencari peraduan bagi hati yang cemas akan hari-hari yang akan datang nanti.

Dipta akui, ini menjadi perjodohan yang lambat-laun ia nikmati.

Perkara Prabu itu bisa diurus nanti-nanti. Yang terpenting, tidak ada lagi yang Keisya tutupi darinya, agar semua masalah mereka tidak perlu merembet kemana-mana.

"Tante nggak habis pikir dengan alasan itu, Dipta."

Dipta memperbaiki posisi duduknya sejenak. Beberapa menit lalu, ia masih duduk sendirian di teras belakang rumah, hingga tantenya datang menghampiri, bertanya perihal masalah yang berkaitan dengan kasus di perusahaan.

Para tamu di ruang tengah satu per satu beranjak pulang, selepas melangsungkan doa bersama untuk acara pernikahan seminggu lagi, sekaligus merayakan kelahiran anak pertama Saga dan Kiyara.

"Itu yang aku dengar dari Keisya, Tante."
ia menjawab santai.

"Dan, kamu percaya begitu saja?"

Dipta mengangguk. Menyembunyikan fakta bahwa ia sedang berdusta. Mengatakan data-data itu hampir Keisya jual untuk modal berlibur bersama teman-temannya ke luar negeri. Data itu batal gadis itu gunakan karena takut ditangkap polisi.

"Kamu yakin akan menikah dengan Keisya?" Raisa jadi sangsi. "Soal kasus ini saja dia seperti anak kecil, bagaimana menikah dengan kamu nantinya."

"Aku akan penuhin kebutuhan dan keinginan dia setelah kami menikah, Tante." sekali lagi, Dipta menjawab santai. "Dia nggak akan melakukannya lagi. Aku akan pastikan itu."

Raisa menghela napas. Wajahnya yang keberatan tidak bisa ditutupi.

"Tapi kamu bisa pastikan data itu tidak disalahgunakan oleh Keisya?"

Dipta mengangguk. Flash disk, perangkat yang menyimpan data itu sudah ada di tangannya.

"Okay. Untuk kali ini, kesalahan Keisya bisa Tante maafkan."

Dipta menarik telepon genggamnya yang bergetar dalam saku celana.

"Tante nggak akan memproses secara hukum kasus ini. Tapi Tante tetap harus mengakhiri karir Keisya di perusahaan." Raisa telah memutuskan, keponakannya terlihat hendak protes, ia memotongnya. "Tante telah putuskan, tidak akan bisa mempertahankan Keisya di perusahaan. Mulai senin, dia bukan lagi bagian dari perusahaan kita."

"Apa nggak bisa Tante pertimbangkan lagi?" Dipta memohon pemakluman. "Aku janji Keisya nggak akan mengulangi kesalahan ini lagi."

Raisa menggeleng.

Bila Raisa sudah menjawab hanya dengan gelengan kepala, itu berarti keputusannya telah bulat. Dipta cukup tahu, mengingat karakter tantenya menurun dari Wisnu.

"Oke." Ia terpaksa setuju. "Nanti aku bicara sama Keisya, Tante."

"Kalau gitu, Tante masuk ke dalam, ya." Raisa berdiri lagi. "Urusan pernikahan kamu semua sudah beres, Dipta?"

Dipta meletakkan telepon genggamnya di atas meja setelah membalas pesan dari Faisal yang mengajaknya bertemu.

"Udah beres, Tante. Urusan gedung, biar lebih mudah aku pinjam ballroom salah satu hotel milik Kakek."

Raisa mengangguk.

"Semoga semua berjalan lancar, Dipta. Tante senang kamu akan menikah."

Dipta tersenyum, mengangguk.

Sense Of Belonging (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang