Chapter 29. Penyihir Agung

214 37 2
                                    

Sudut pandang Rienra.


Tidak ada permasalahan lain saat perjalanan. Hanya terselip berapa adegan menyebalkan karya tiga orang sapi yang kemarin.

Lumayan hebat Cereus seperti mereka dapat lolos dari monster-monster Yangsar. Mungkin itulah sebabnya mereka dipanggil klan terkuat. Tiga orang compang-camping penuh darah sementara kami sehat walafiat, hanya terselimuti keringat yang belum tentu bau.

Aku menatap mereka kasihan saat mereka berlari mendapati kami. Mereka lebih takut menghadapi kami dibandingkan monster-monster Yangsar. Memangnya kami melakukan apa? Apa karena mereka mengerti setelah berhadapan dengan mana emas penyihir agung?

Iya memang aku sangat kuat dan mempesona.

"Javier, kejar mereka!" Pintah ku menunjuk tiga orang yang berlari takut.

Javier si bedaki mengomel tanpa suara. "Aku benci setiap kau berpintah yang aneh-aneh." ucapnya walau akhirnya menurut juga.

Aku menyenggol siku Yve yang tampak senang. "Jaga Zack! Aku akan pergi bersama Javier."

Yve patuh. Lagi pula dia kubayar untuk memenuhi perintah.

Javier mengomel sepanjang perjalanan kami mengerjar tiga orang yang tersisa. Aku tidak peduli dengan keadaan mereka yang menyedihkan, justru ingin menghajar mereka lebih parah.

Karena mereka Yve dan Javier hampir mati, Zack juga kesulitan, maka dari itu aku pergi membalas.

"Kita apakan mereka?"

Aku melirik aneh. Kenapa si bedaki bertanya, sudah jelas jawabannya. "Bunuh."

Javier terkekeh. "Kupikir sejak Zack bersama kita, kau akan lebih lembek. Nyatanya sama saja."

Lembek.
Itu hanya kalimat yang ditujukan pada seorang yang akan bertobat.

Ini aku, Rienraline Varasia Zoro.

"Kalau aku menjadi lembek kalian berdua akan menjadi korban kelalaian ku." Kuharap Javier memasang telinganya dengan baik. "Kalau kalian mati, aku yang susah."

"Iya iya, nona." Javier mengomel lagi. Wajah jeleknya ingin ku tampar sesekali.

"... Kau yakin akan terus begini? Kalau pria yang kau sukai tidak menyukainya bagaimana?" Javier bertanya lagi.

Aku mendengus atas pertanyaan itu. Berpikir tentang Deon menyukai aku yang kasar dan sarkas begini mungkin akan baik. "Kalau tidak suka, aku bisa mencari orang lain yang menyukai ku."

Javier menghunuskan pedang begitu jarak kami dengan mereka tinggal berapa meter saja.

"Aku mengerti... artinya kau akan bersama siapapun dia meski kau tidak menyukaimu." Javier mengangguk mengerti. "tapi Rienra, kau tidak boleh hanya dicintai, kau harus mencintai juga, itu tidak adil untuk pasangan mu itu."

Terkadang ada saatnya Javier menjelma menjadi penyair. Hebat sekali perkataannya. 

Aku bersedekap. "Aku yakin pria yang ku suka juga menyukaiku."

Srak!!!

Javier memenggal kepala seorang dengan lihai. Dia sudah terbiasa dengan itu.

"Baguslah kalau begitu." katanya seraya mengejar seorang kabur ke arah lain.

Aku menonton adegan berdarah dengan raut datar. Ini sudah sekian kali jadinya aku sudah terbiasa.

Sungai darah terbentuk di atas pasir panas. Para monster bisa menganggap ini sebagai bonus atau hadiah sebagai bayaran telah mengambil batu magis mereka.

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang