40. Sorry To Say

78 18 7
                                    

Akibat perjalanan yang jauh, dengan urusan pekerjaan kantor yang sulit untuk ditinggalkan. Hardiansyah terpaksa harus  mengantarkan Aska dengan waktu yang sedikit terlambat. Alhasil Aska baru sampai ke desa x ini tepat di pukul satu dini hari. 

Sang ayah hanya mengantarkan Aska sampai depan gerbang posko KKN saja, dan tak menyempatkan diri untuk masuk ke dalamnya. Tak enak saja, mereka lebih memilih mencari penginapan lain yang ada di area desa, agar tak merepotkan teman- teman Aska di posko. Pun agar esok lebih mudah untuk kembali pulang ke kota. 

Kala itu, Akbar lah yang membukakan pintu untuk Aska. Ia benar-benar tak menyangka akan kehadiran Aska yang pada akhirnya memilih untuk kembali setelah lamanya hilang tanpa kabar. Akbar benar-benar terlihat senang, terlihat dari geriknya yang langsung menyambut kedatangan Aska dengan pelukan hangat. 

"Bro, akhirnya lo balik juga! Gue seneng banget lo bisa gabung lagi,  yang lain juga pasti seneng. Oh ya, apa gue harus bangunin temen-temen yang lain?" Tanya Akbar ia teramat antusias. 

"Sttttt... Jangan keras-keras nanti yang lain bangun! Gak apa-apa, besok mereka juga tau sendiri gue datang ke sini. Lagian kasian, gue gak mau ganggu waktu tidur yang lain." Tutur Aska, membuat Akbar seketika menurunkan nada suaranya. 

"Ya udah, ayo masuk! Lo cape kan?" Ajak Akbar, setelah menyempatkan diri untuk mengunci kembali pintu luar, ia rangkul kawan satu kamarnya untuk menuju ke kamar. 

Di perjalanan menaiki tangga, Aska terhenti. Netranya menatap lurus ke arah kamar ganda putri, di mana letak kamar Anneth berada. Hanya melihat dari pintu kamarnya saja, hatinya kian berdenyut sakit. Aska  benar-benar takut jikalau Anneth tak mau memaafkan dirinya kelak karena sebuah kesalahan yang teramat fatal. 

"Kenapa?" Tanya Akbar, ia terhenti di anak tangga, menatap Aska yang terdiam dan tak juga mengikuti langkahnya. Aska menggeleng, setelahnya kembali mengikuti langkah Akbar ke kamar yang sudah lama ia tinggalkan. Saat ini ia harus melepas letihnya, agar esok lebih bugar untuk mengurus tugas yang yang belum usai, terlebih lagi urusan rumitnya dengan Anneth. 

Jam lima pagi ini, Anneth sudah terbangun dari lelapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam lima pagi ini, Anneth sudah terbangun dari lelapnya. Hari ini adalah jadwal bagiannya untuk memasak di minggu ke tiga, sesuai jadwal piket yang sudah direncanakan pada pertemuan pertama terlaksananya kegiatan KKN.

Tak ada yang spesial, ia hanya akan memasak ikan yang sudah dimarinasi kemarin malam dengan sayur asam sesuai pesanan anak-anak di posko. Pun sebuah susu murni hangat dengan tambahan gula aren pemberian warga desa kemarin sore sebagai pelengkap untuk sarapan. 

Anak-anak posko juga akan melaksanakan senam pagi bersama ibu-ibu komplek yang rutin dilaksanakan tiap hari sabtu dan minggu, dilanjut dengan kegiatan kecil-kecilan di panti asuhan siang ini. Otomatis mereka harus mengisi tenaga yang cukup karena kegiatan yang padat. 

"Nah, udah selesai. Sekarang waktunya bangunin Gibran dan yang lain." Ucap Anneth, tungkainya ia bawa sedikit berlari menaiki tangga. 

Anneth teramat semangat hari ini, bahkan wajah murung yang menghiasi raut wajahnya di beberapa hari sebelumnya tampak memudar seiring berjalannya waktu. Pun atas sikap Gibran dan teman-teman lainnya yang tak henti menghibur Anneth. Saking semangatnya, saat menaiki satu persatu anak tangga, kakinya tersandung oleh kakinya sendiri, sampai tubuhnya hampir oleng ke belakang. 

Garis Lintang (PARK JIHOON) by Pupuriri30 Where stories live. Discover now