00. Awal (S4)

1.2K 183 23
                                    


Putri Ishabelle menatap kosong pada gundukan tanah bertaburkam bunga, dengan batu nisan putih yang berada di atas gundukan tanah tersebut.

Area pemakaman mulai sepi, karena orang-orang dengan segera pergi meninggalkan area pemakaman begitu serangkaian upacara pemakaman telah selesai.

Kini, di area pemakaman khusus tersebut, hanya ada Putri Ishabelle, Kaisar Orion, Pangeran Jeffery, Maxime Gracias, Anna selaku Maid pribadinya dan ksatria khususnya yang tersisa.

Tidak ada seorang pun yang membuka suara diantara mereka, karena suasana duka memanglah masih sangat kental. Terlebih lagi bagi Putri Ishabelle, yang tampak kosong dan diam seperti patung semenjak proses upacara pemakaman dimulai.

"Aku pasti akan menemukannya," Ishabelle tiba-tiba saja bergumam lirih, membuat semua orang yang masih tersisa di area pemakaman itu, pun menolehkan kepala untuk menatapnya.

Dan mereka semua dapat melihat secara langsung, saat dimana ekspresi kosong di wajah sang Putri, berubah menjadi ekspresi marah dan dendam, dengan sorot mata yang menunjukkan kilatan merah darah yang tampak begitu berbahaya dan mengintimidasi.

Tidak hanya itu, energi mana di dalam tubuhnya juga merembes keluar dengan tidak santainya. Membentuk pusaran aura sihir di sekitarnya yang tampak begitu ganas dan menakutkan.

Sang Putri rupanya telah menjanjikan adanya pembalasan yang setimpal. Pembalasan setimpal atas apa yang telah terjadi pada orang yang terkubur dalam gundukan makam di hadapannya.

Grrrttt...

Dengan rahang mengeras dan gigi bergemeletuk, Putri Ishabelle mengepalkan kedua tangannya dengan terlampau erat. Sampai-sampai membuat kuku-kuku tangannya menancap dengan begitu dalam di telapak tangannya dan membuat tangannya mengalirkan darah segar dari luka tersebut.

Putri Ishabelle tampak seperti tengah diliputi oleh perasaan amarah dan dendam yang begitu besar.

Tapi di samping itu, sang Putri juga terlihat seperti tengah diliputi oleh perasaan kesedihan dan duka yang begitu dalam dan menyayat hatinya.

Dan tidak ada seorang pun diantara orang-orang yang tersisa di area pemakaman itu, yang berinisiatif untuk mendekati sosoknya yang tengah diliputi oleh luapan emosi. Sama-sama merasa jika sang Putri memang membutuhkan waktu dan ruang pribadi untuk menangani dirinya sendiri.

Kehilangan sosok yang telah dengan setia menjaga dan menemaninya selama ini karena adanya pengkhianatan dari orang yang dipercayainya, tampaknya telah memberikan pukulan telak untuk hati dan mentalnya.

"Aku pasti akan membalaskan dendam ini!" Ishabelle memutuskan dengan geraman amarah bercampur dendam, saat kedua matanya menatap ukiran nama pada batu nisan di atas makam tersebut.

Lalu, bersamaan dengan rintik-rintik air hujan yang mulai turun membasahi tubuh dan tanah yang dipijaknya, sang Putri kembali meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya hari itu.




---------




"Apa kau datang dengan membawa serta apa yang kuminta sebagai bukti ketulusan niatmu bergabung dengan kami?" tanya pria dengan rambut hitam legam dan mata semerah darah itu, kepada sosok dihadapannya yang menutupi tubuh dan wajahnya dengan jubah bertudung hitam.

Menganggukkan kepalanya sebagai balasan, sosok itu kemudian melepaskan tudung jubah yang menutupi kepala dan wajahnya. Memperlihatkan sosoknya yang sesungguhnya kepada pria berambut hitam legam bermata merah darah di hadapannya.

Rambut sehitam arang, sepasang mata hitam kebiruan dan kulit kecoklatan. Sosok dibalik jubah hitam itu rupanya merupakan seorang pria muda berwajah tampan.

Tersenyum miring melihat wajah milik pria muda di hadapannya itu, pria dengan rambut hitam legam dan mata merah darah itu kemudian bersedekap dada, "Tunjukkan kalau begitu!" pintanya kemudian.

Kembali menganggukkan kepalanya, pemuda berjubah hitam itu kemudian mengeluarkan gulungan perkamen yang tampak tua tapi terawat dari balik jubahnya. Ia lalu menyodorkan gulungan perkamen itu ke hadapan pria berambut hitam legam bermata merah darah itu.

Melihat gulungan perkamen itu sejenak, pria berambut hitam legam dan bermata merah darah, dengan simbol api merah kecil di keningnya itu kemudian menoleh kepada salah satu ksatria yang dibawanya.

"Ambilkan itu dan bawa padaku!"

Mengangguk patuh pada perintah Tuannya, ksatria itu kemudian melangkah maju mendekati pemuda berjubah untuk mengambil gulungan perkamen di tangannya.

"Ini, Yang Mulia," Ksatria itu berucap sopan, seraya membungkukkan badannya dan menyodorkan gulungan perkamen itu ke hadapan tuannya.

Mengambil gulungan perkamen itu dari tangan sang Ksatria, pria dengan pakaian khas bangsawan di kekaisarannya itu, pun membuka gulungan perkamen itu dan melihat isinya dengan teliti juga seksama.

Setelah beberapa menit melihat isinya, seringai miring pun kembali terulas di wajahnya.

"Untuk sementara ini, anggap saja peta tanah kekaisaran Althair ini memanglah asli," kata pria itu, saat ia kembali menatap sosok pemuda berjubah hitam di hadapannya.

"Dan sekarang, dimana bukti ketulusan dan niat seriusmu yang lain? Peta ini saja, tidak cukup. Aku sudah memberitahumu bukan?" pria itu melanjutkan, dengan kilatan licik dibalik mata merah darahnya.

Kemudian hening sejenak, sebelum pemuda dengan jubah hitam itu kembali meraih sesuatu dari balik jubah hitamnya.

Kali ini, sesuatu itu adalah kantung hitam yang cukup besar. Apa yang ingin ditunjukkan pemuda berjubah hitam itu, pastilah sesuatu yang berada di dalam kantung hitam itu.

Dan sebelum pria dengan simbol api kecil di keningnya itu bisa bertanya mengenai isi kantung hitam itu, pemuda berjubah hitam itu telah lebih dulu membuka kantung hitam ditangannya dan menjatuhkan isi di dalam kantung itu ke hadapan pria bangsawan di hadapannya tersebut.

Dughh..

Sementara para ksatria di sekitarnya tampak terkejut dengan apa yang jatuh dari dalam kantung hitam itu dan menggelinding sampai ke depan kaki Tuan mereka, Tuan mereka malah tampak mengulas seringai lebar yang tampak sangat puas dan senang dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Aku agak terkejut kau berhasil membawakanku kepala orang ini," kata pria itu, saat kedua mata merah darahnya tampak berkilat bahagia ketika melihat kepala manusia yang berada tepat di bawah kakinya.

"Kalau sudah begini, mana bisa aku masih meragukan niat tulusmu yang ingin bergabung dengan kami? Hahahaha...,"






















To be Continued...

Awowkwkwk...

Mampus kalian aku bikin penasaran! HAHAHAHAHA...

Hayo, yang matek siapa hayo? Wkwkwkwk..

Sabar, ya. Soalnya kita meski melalui puluhan Chapter dulu untuk sampai dibagian ini, Wkwkwk..

Mohon doa dan dukungannya biar aku lancar Update, ya. Hehe...

Reborn As a Lazy Villainess (Seri 2)Where stories live. Discover now