What They Should Do

450 105 20
                                    

Bible menutup pintu kamar Mino dengan pelan sebelum membalikkan badannya dan berjalan menuju kamar anaknya yang lain, Grey. Dan sepertinya, Build juga sudah selesai berbicara dengan Grey karena suaminya itu juga melakukan hal yang sama dengannya. Mereka bertemu di tengah, tanpa mengucapkan apapun, dan hanya dengan anggukan singkat serta isyarat mata, mereka mengerti.

Masing-masing kini berjalan ke arah yang berlawanan. Bergantian, Build akan berbicara dengan Mino dan Bible akan berbicara dengan Grey.

Ketukan pelan diberikan Build di pintu berwarna putih bersih itu, dan ketika dia mendengar suara pelan "masuk" dari dalam, Build baru membukanya. Dan yang dia temukan adalah Mino yang duduk di tepi ranjang dan wajahnya terlihat benar-benar bingung, lesu. Semua ekspresi lelah ada disitu.

Jadi yang Build lakukan setelah menutup kembali pintu kamar tersebut adalah langsung membuka tangannya lebar sambil mendekat ke arah Mino. Tanpa kalimat, hingga anak pertamanya itu langsung menghambur ke pelukannya begitu Build sudah menempatkan diri untuk duduk di tepi kasur yang sama.

Masih tidak mengatakan apapun, Build memeluk erat Mino sampai dia akhirnya merasakan rasa hangat dan basah di baju bagian depannya. Dan disaat itu juga Build tau bahwa Mino sedang menangis.

Yang bisa dia lakukan selanjutnya hanyalah menepuk-nepuk punggung Mino pelan, mengelusnya lembut sambil sesekali mempererat pelukan mereka.

"Papa, sorry." Itu adalah hal pertama yang diucapkan Mino setelah anak itu bisa menguasai tangisnya. Masih membenamkan wajahnya di dada Build, sehingga suaranya terdengar sedikit teredam.

"Maaf untuk apa?" Tanya Build sabar. "Papa tidak suka kalau Mas minta maaf untuk hal yang nggak perlu dimaafkan."

Build tau kebiasaan Mino ini. Dia selalu minta maaf untuk hal-hal yang bahkan bukan kesalahannya, untuk hal-hal sepele yang tidak perlu dimaafkan. Mino itu people please. Dia mengira itu adalah kewajibannya untuk membuat orang lain merasa bahagia disaat sebenarnya tidak seperti itu.

Build tau karena sebagai orang yang pernah melakukannya di masa lalu, dia sadar betapa berat perasaan tersebut. Ada tanggung jawab besar yang sebenarnya bahkan bukan tanggung jawabnya.

Build tidak mau Mino jadi sepertinya yang menjadi people pleaser dalam waktu yang lama, maka dari itu selama ini dia perlahan-lahan berusaha "fix Mino up" agar anaknya itu memiliki pandangan yang lebih baik.

"Maaf." Tapi alih-alih menjawab justru Mino kembali menggumamkan maaf. Jadi Build mencoba meraih tubuh Mino, melepaskan pelukan mereka berdua dan menghadapkan Mino ke arahnya.

Wajah Mino penuh dengan air mata, bahkan hidungnya juga sedikit berair dan memerah.

"Bilang ke Papa, kamu minta maaf untuk apa? Papa nggak suka kalau Mas minta maaf untuk hal yang bukan salahnya Mas."

Hening cukup lama, Mino memilih menunduk sebelum mulai menjawab.

"Maaf karena seharusnya nggak begini."

"Begini bagaimana?" Build masih terus bertanya. Dan karena lagi-lagi ia tidak mendapatkan pertanyaan, jadi yang dia lakukan adalah menghela nafas pelan sambil meremas tangan Mino.

"Maksud kamu tentang Grey? Tentang perasaan kalian?"

Mino seharusnya tidak lagi kaget bahwa Build tau. Papanya selalu tau semua apalagi ini menyangkut anak-anaknya. Tapi entah kenapa ada rasa malu dan bersalah yang dia rasakan sekarang.

"Mino... Mino nggak tau gimana bilangnya, Pa. Mino ngerasa bersalah." Ucapnya sedih "Mino nggak seharusnya punya perasaan ini." Dan nadanya semakin memelan di ujung kalimat.

MIELLE [BibleBuild]Where stories live. Discover now