Menjelang 30 Tahun

1K 154 1
                                    


"Na, anak-anak gimana... Yakin kalian bisa bagi waktu untuk mereka?"

"Pikirin lagi deh menurutku, mereka masih kecil-kecil"

Malam ini, sembari membereskan barang-barangku di koper setelah perjalananku ke Swiss sejak seminggu lalu, aku menelpon Shina, setelah pesan terakhirnya dua hari lalu belum sempat ku balas.

Sebenarnya sempat saja aku mengetikan pesan untuk membalasnya, masalahnya apa yang kembaranku itu sampaikan di chat adalah masalah yang tidak bisa aku anggap gampang. Aku menunggu waktu sampai kembali ke apartemen untuk menelponnya.

"Aku udah bulet Ra, pokoknya aku mau cerai! Udah tiga kali dia selingkuhin aku, apa itu masih kurang?!!"

"..."

Polemik rumah tangga Shina memang agak sulit aku pahami, aku belum pernah menikah, jadi percuma saja jika aku sok-sokan memberinya saran.

Tapi dua keponakanku, Ruka dan Keiji, masih sangat kecil. Ruka baru masuk TK, dan Keiji baru 2 tahun. Kasian mereka jika menjadi korban perceraian kedua orang tuanya.

"Na, oke oke, aku paham. Sebaiknya kamu pulang ke rumah papa mama dulu, tenangin diri, mumpung Ruka masih libur sekolah. Coba nanti kalau perasaanmu udah lebih baik, baru kita omongin ini lagi ya. Percuma buat keputusan sekarang, kamu masih gak bisa berpikir jernih"

"Aku udah di rumah sejak kemarin Ra! Anak-anak udah ada sama aku disini, dan kamu tau? Bajingan itu bahkan gak ada usaha nanyain kondisi anak-anaknya, aku udah muak sama dia, selingkuhanya lebih penting kali!"

"Gak Ra, mama papa udah tau, abang udah tau. Aku pokoknya mau cerai!!"

Tut...

begitulah sambutan kepulanganku, kepalaku yang masih nyut-nyutan karena kesibukanku mengikuti konferensi kemarin, ditambah masalah Shina, membuat badanku semakin lemas.

Sudahlah besok saja aku telpon dia lagi, percuma berdebat dengan Shina sekarang.

Aku meninggalkan koperku tergelatak dilantai, sisa bajuku masih ada disana, belum habis aku masukkan ke keranjang kotor.

Aku memutar keran air wastafel, membasuh wajahku dengan cepat, dan bergegas naik ke kasur.

Tubuhku sudah hampir mencapai limitnya, aku gak ingin mengambil resiko dengan mebiarkan tubuhku kelelahan.

Beginiliah hidupku setelah genap 6 tahun aku tinggal di US, setelah tahun kemarin pendidikan doktorku benar-benar selesai, aku masih tidak ingin pulang

dan sebenarnya tidak ada rencana apa-apa untuk hidupku kedepannya.

Aku hanya ingin begini saja,

Tinggal di luar negeri jangan pikir hidupku nyaman dan enak, dengan kondisiku saat ini, pulang sebenarnya adalah pilihan ideal. Aku bisa mencari pekerjaan tetap dan hidup di Indonesia dengan biaya yang lebih murah dari negara ini.

Belum lagi aku harus menyiapkan dana untuk kesehatanku, izin tinggal, apartemen dan lainnya. Dalam kondisi ini, aku selalu menawarkan diri ke profesorku, atau teman-temanku dikampus untuk membantu proyek mereka, untuk mendapatkan uang tambahan tentunya.

Hidupku pas-pasan diumurku yang nyaris 30 tahun, namun aku tetap tidak ingin pulang.

...

"Rara, morning!"

"Sorry ya, pagi-pagi lo harus perjalanan jauh begini Jadi bisa bantuin gue hari ini?"

"Santai Ri, Aku free kok ini,"

Regards, NatashiraWhere stories live. Discover now