8. Never know

499 61 16
                                    

Renjun berbaring sendirian, merasakan bagaimana sepi itu semakin membuatnya larut dalam pikiran kacaunya. Ia mengeratkan selimut yang membungkus tubuhnya, tapi terasa percuma. Karena tak ada kehangatan yang ia rasakan.

Kehampaan itu berujung rintihan kesedihan milik Renjun, semua hal terus terulang. Penyalahan atas dirinya, rasa sakit yang ia dapat pada tubuhnya, dibuang lagi, tak ada yang berdiri di sisinya lagi.

Dan Renjun yang tetap tak bisa berbuat apapun.

Renjun rasa memang dirinya hanya harus seperti ini, mendapat hal ini, dan tercipta untuk kesakitan ini.

Meski ia terbilang sering merasakan kesakitan ini, ia tetap tak terbias. Ia tetap merasakan sakit yang teramat.

"Aku lega Renjun sudah menemuimu, aku sudah terkejut melihat wajahnya memiliki lebam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku lega Renjun sudah menemuimu, aku sudah terkejut melihat wajahnya memiliki lebam. Matanya terlihat begitu bersedih, mungkin ingatan ia di panti membuatnya trauma juga."

Mark mengerutkan dahinya mendengar Haechan mengatakan itu saat menemuinya pagi itu—ia masih dalam suasana hatinya yang buruk. Jejak emosi yang ia rasakan kemarin, mengingat apa yang telah Renjun lakukan. Haechan bilang kemarin ia berpapasan dengan Renjun yang berjalan pulang sembari melepas maskernya.

Lebam? Jadi alasan Renjun memakai masker karena memiliki lebam di wajah?

"Jadi Renjun mengatakan dari mana asal lebam itu?" Haechan yang belum menyadari raut kebingungan Mark bertanya tentang rasa penasarannya, dari man Renjun mendapat lebam itu.

Haechan tau tentang cerita Renjun di panti bagaimana, Mark memberitau semuanya. Jadi begitu melihat ada bekas kekerasan yang telah Renjun dapat, Haechan jelas khawatir. Karena Mark juga mengatakan ia tak pernah tau keseharian Renjun di panti saat ia tak berkunjung bagaimana, bisa saja Renjun mendapati hal yang lebih buruk dari yang Mark tau.

Dan Haechan rasa orang yang pernah mendapat perlakuan buruk, pasti setidaknya memiliki trauma dalam dirinya. Entah ia memperlihatkannya, atau menyembunyikannya.

Tapi Haechan percaya bagaimana Mark yang selalu bisa menjadi sosok kakak bagi Renjun, maka kemarin saat berpapasan dengan Renjun Haechan hanya menyapanya karena kebetulan ia sedang terburu-buru. Ia terkejut melihat lebam pada wajah Renjun tapi ia melihat senyum yang Renjun ulas untuknya, ia pun seketika teringat pasti Renjun telah bertemu Mark dam telah menceritakannya. Jadi Haechan tak terlalu khawatir. Tapi begitu melihat Mark menggelengkan kepalanya, Haechan terkejut.

"Aku bahkan tak tau ia memilikinya." Ujar Mark.

Ia melihat ponselnya, sebenarnya sejak pagi ia sudah mendapat tiga notifikasi pesan dari Renjun. Tapi ia belum membukanya karena merasa ingin menjaga jarak sebentar dengan Renjun.

Tapi saat mendengar ucapan Haechan barusan ia tersentak atas kelakuannya yang mengabaikan Renjun, apa benar Renjun telah mendapat perlakuan buruk lagi?

Dan ia semakin panik melihat isi pesan dari Renjun adalah pesan suara. Yang mengatakan ingin menitip lukisan-lukisannya sementara waktu, dan nanti ia akan mengambilnya lagi. Dua pesan lainnya adalah ia akan pergi dan sampai jumpa nanti— ada kikikan geli milik Renjun. Dan Mark justru sakit mendengar kekehan itu, ia tak yakin Renjun seriang itu saat mengiriminya pesan. Mengingat apa yang ia lakukan pada Renjun kemarin.

Done For Me ✔Where stories live. Discover now