9. Fatigue

688 72 24
                                    

Renjun sadar bahwa dengan ia memutuskan kembali berhubungan dengan Jeno dan Jaemin, maka ia berarti akan bertemu lagi dengan Nyonya Lee yang dulu pernah memintanya pergi dari kehidupan kedua putranya. Nyonya Lee yang sudah mengatakan terimakasih karena Renjun pernah menjadi putranya, Nyonya Lee yang tak menginginkannya lagi sebagai anaknya.

Dan setelah pertemuannya lagi dengan nyonya Lee, ia merasakan adanya perbedaan dari hubungan mereka yang sekarang dengan dulu. Sekarang terasa begitu berjarak, meskipun pertemuan mereka bukan lagi sekali dua kali.

Nyonya Lee hanya tersenyum padanya kemudian menyapanya seperlunya, tak ada lagi obrolan ringan yang membuat Renjun merasa begitu dekat dengannya. Bahkan Renjun nyaris tak percaya bahwa dulu ia kerap mengadu pada wanita itu seperti layaknya hubungan anak dan ibu. Sekarang semuanya terasa asing.

Dan karena rasa asing itu Renjun menjadi takut. Dulu ia juga begitu asing dengan anak-anak panti lainnya, dulu ia tak dekat dengan para pengurus panti.

Mark pernah bertanya dengan hati-hati pada Renjun, apa keputusannya untuk kembali pada Jeno dan memiliki hubungan baru dengan Jaemin akan baik-baik saja untuk Renjun? Karena sosok itu begitu khawatir pada Renjun, mengingat apa yang ia ketahui tentang sikap nyonya Lee pada Renjun setelah tau bahwa Renjun justru menginginkan dua putranya. Mark khawatir akan ada kecanggungan yang Renjun rasakan.

Dan kekhawatiran Mark benar.

"Mama Jaemin, aku diminta menyimpan ini di kamar Jaemin. Tapi kalau kau keberatan, aku akan menyimpannya disini nanti pelayan bisa melakukannya." Renjun membawa satu kotak sedang berisi barang Jaemin yang baru ia bawa dari London beberapa minggu yang lalu.

Tadi ia dimintai tolong oleh Jaemin untuk pergi ke rumah keluarganya, Renjun sempat ragu karena sadar bahwa sekarang ia begitu asing untuk rumah itu. Tapi Jaemin meyakinkan ia akan menyusul tak lama setelahnya, karena Jaemin dan Jeno sudah berniat mengajak Renjun makan malam bersama di rumah orangtua mereka.

Dua minggu yang lalu mereka bertiga baru kembali dari London, dengan agenda liburan Jeno dan Renjun. Juga mengunjungi Jaemin, yang langsung ikut pulang juga setelah menikmati banyak waktu kencan dengan Renjun disana.

"Tak apa, Renjun. Kau bisa ke kamar Jaemin, ia sudah memberimu izin." Nyonya Lee tersenyum pada Renjun.

Renjun pun mengangguk dan melangkah menuju kamar Jaemin saat suara wanita itu kembali terdengar.

"Dan ini apa, Renjun?" Nyonya Lee bertanya penasaran melihat adanya paper bag yang Renjun tinggalkan di atas meja.

Renjun menoleh lagi dan tersenyum canggung. "Itu, aku membeli hadiah kecil untuk kalian."

Nyonya Lee terkejut dan tersenyum mengingat Renjun selalu menyempatkan membeli beberapa hal untuknya dan suaminya jika anak itu melihat suatu hal yang ia sukai. "Oh? Terimakasih, sayang."

Mendengar itu rasanya Renjun ingin menangis, ketakutannya sedikit terkikis.

Setelah Renjun berlalu ke kamar Jaemin, nyonya Lee menatap punggung itu dengan sendu. Ia merasakan bagaimana mata Renjun yang menyorot penuh rasa was-was, ada keraguan dalam nada bicaranyasetiap mengucapkan sepatah kata padanya. Dan Nyonya Lee merasa bersalah karena ia tau alasan Renjun seperti itu adalah karena apa yang pernah ia lakukan terhadapnya.

Sebenarnya alasannya tak berani beraikap akrab lagi pada Renjun bukan karena apa-apa, tapi karena ia pun merasa malu karena dulu 'mengusir' Renjun. Ia ingat tatapan Renjun kala itu, kesenduan itu nampak nyata.

Nyonya Lee juga tengah mencari cara agar dirinya bisa melepas kecanggungannya pada Renjun.

_______

Makan malam saat itu dihabiskan dengan nyaman oleh Jeno Jaemin dan orangtuanya, sementara Renjun yang ada diantara mereka yang sejak awal pikirannya sudah penuh dengan rasa segan. Ia jadi hanya mengikuti obrolan seadanya, ia merasa deja vu saat ia ada di antara anak-anak panti yang dengan terpaksa harus duduk bersamanya karena tak ada lagi tempat.

Done For Me ✔Where stories live. Discover now