26 - KALI INI

6.5K 909 196
                                    


Iqbal memutar-mutar bolpoin di tangannya, kebiasaan yang tidak ia ia hilangkan jika kepalanya sedang dipenuhi banyak pikiran. Ya, pirikiran tentang seorang gadis bernama Natasha.

Untung saja, sikap profesional Iqbal lebih mendominasi, membuatnya pagi ini bisa mengajar dengan lancar tanpa terganggu oleh bayangan Acha di kepalanya.

Iqbal mengambil ponselnya, kemudian mencari satu kontak nama di sana. Dan, Iqbal baru menyadari bahwa dia belum pernah mengirim pesan sekali pun kepada Acha sejak meminta nomor gadis itu.

"Kalau gue tiba-tiba chat, aneh, nggak?"

Iqbal menghela napas pelan dan kembali menaruh ponselnya. Ia mengurungkan niatnya dan membuat kepalanya semakin penuh.

"Gimana cara gue bilangnya?"

****

Rian dan Glen lagi-lagi hanya bisa bernapas panjang. Iqbal memaksa mereka untuk berkumpul dengan pembahasan yang masih sama, tentang masalah percintaannya. Padahal kemarin malam mereka sudah memebrikan banyak wejangan.

Memang benar, orang jenius pun bisa bodoh dalam sekejap hanya karena cinta.

"Lo nggak ada waktu lain nyuruh kita kumpul? Di siang bolong kayak gini?" protes Rian.

"Gue nggak ada waktu kalau sore."

"Lo kira kita ada waktu?" semprot Rian dan Glen langsung kesal bersamaan.

Iqbal menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tanpa berdosa.

"Buktinya lo berdua mau kesini."

Sial! Rian dan Glen mendecak pelan, tak bisa membantah.

"Kita juga sibuk banget Bal. Jadi, buruan lo mau tanya apa lagi tentang Acha?"

Ya, Iqbal memang sengaja ingin menanyai Rian dan Glen sekaligus meminta pendapat mereka. Karena Iqbal yakin selama enam tahun ini, mereka berdua cukup dekat dengan Acha.

"Dia beneran udah nggak suka sama gue?" Iqbal tak ingin basa-basi lagi. Toh kedua sahabatnya sudah tahu tentang perasaannya.

Kali ini Rian dan Glen dibuat tertegun sekaligus takjub. Meskipun mereka sudah mengetahui perasaan Iqbal tetap saja mereka belum terbiasa melihat sikap Iqbal yang seperti ini. Bahkan, sepertinya mereka belum pernah melihatnya.

"Gue lihat sih udah nggak," jawab Glen mewakili.

"Kenapa enggak?" protes Iqbal seolah tak terima.

"Ya lo pikir aja sendiri gimana sikap lo enam tahun yang lalu ke dia!" sewot Glen lebih tak terima.

Iqbal seketika terbungkam, fakta yang tak bisa terelakan. Dia memang cukup kejam ke Acha waktu itu.

"Lo nolak Acha nggak hanya sekali, dua kali, tiga kali bahkan sepuluh kali Bal. Ratusan sepertinya ada," tambah Rian mengingatkan.

"Nggak usah dilanjut," tajam Iqbal.

Rian dan Glen mengangguk menurut, bisa melihat ekspresi tenang Iqbal dalam sekejap berubah lebih suram.

Iqbal perlahan menatap kedua sahabatnya lagi, kali ini lebih serius.

"Gue harus gimana?" tanya Iqbal minta bantuan.

Rian dan Glen mengerutkan kening, belum paham.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now