37 - PENOLAKAN TEGAS

6.6K 877 210
                                    

Acha turun dari mobil Atlas dan menghampiri Atlas yang sudah menunggunya di depan mobil. Namun baru beberapa langkah, kaki Acha tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri dan membuat tubuhnya tak imbang.

Atlas refleks memegang tangan Acha, menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.

"Makasih Kak," ucap Acha sekaligus lega.

"Nggak apa-apa, kan?" tanya Atlas balik, memeriksa apakah kaki Acha terluka atau tidak.

"Nggak apa-apa Kak."

Saat Acha akan melepaskan tangannya dari Atlas, ia tak sengaja melihat sosok Iqbal yang entah sejak kapan berdiri tak jauh darinya. Tentu saja, Acha kaget bukan main. Mungkin bukan hanya Acha saja yang kaget, begitu juga dengan Atlas.

Acha bisa merasakan genggaman Atlas yang ingin ia lepas malah semakin terasa lebih erat, membuat Acha bertambah panik.

Acha menahan napasnya ketika melihat Iqbal berjalan mendekatinya. Jujur, Acha merasa seperti gadis yang baru saja ketahuan selingkuh, padahal diantara kedua cowok ini Acha tidak memiliki hubungan apapun yang terikat.

Jantung Acha berdetak lebih cepat, hingga Acha bisa merasakan kehadiran Iqbal sudah tepat di depannya. Perlahan tangan Iqbal terulur dan menyentuh rambutnya.

"Jangan pulang malam-malam."

Gila! Kini jantung Acha sudah benar-benar dibuat berdebar hebat setelah mendengar perkataan Iqbal yang terdengar berat dan tenang. Apa yang dilakukan cowok ini!

Acha hanya bisa mematung, tidak bisa menjawab apapun. Ia terlalu terkejut dengan kehadiran Iqbal ditambah perkataan tak terduganya.

"Gue balik dulu."

Tanpa menunggu balasan dari Acha maupun Atlas, Iqbal kembali melanjutkan langkahnya menuju ke mobil. Sementara Acha dan Atlas masih sama-sama terdiam di tempat, mengumpulkan sisa-sisa kesadaran mereka.

Keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat, bukannya Iqbal yang dibuat kaget dengan kehadiran Atlas dan Acha yang sedang berpegangan tangan, malah Iqbal yang mengejutkan keduanya dengan sikap tak terduganya.

"Iqbal benar-benar sudah gila!" pekik Acha dalam hati.

*****

Iqbal masuk ke dalam rumahnya, dari ruang tamu Iqbal bisa mendengar suara berisik Glen. Iqbal bisa menebak cowok itu pasti sedang ikut makan di rumahnya. Benar saja, Iqbal mendapati Papa, kakak perempuannya dan Glen tengah asik mengobrol sembari makan.

"Lo nggak punya rumah?" tanya Iqbal dingin saat melihat Glen.

Glen menggeleng.

"Punya, tapi gue lagi jadi anak terlantar," jawab Glen dengan lapang dada.

"Papa dan Bundanya lagi ke keluar negeri makanya dia minta ditampung di sini," perjelas Ify.

"Tumben lo mau nampung?" balas Iqbal lagi lebih kejam.

"Nggak liat wajah dia yang melas gitu."

Glen menghela napas panjang, adik-kakak satu ini memang paling jago kalo soal me-roasting-nya habis-habisan.

"Om Bov nggak mau belain Glen? Dua anak Om Bov dengan tak berdosanya mengata-ngatai Glen di depan mata Glen langsung? Sungguh kejam."

"Nggak usah lebay!" serempak Ify dan Iqbal bersamaan.

Bov hanya terkekeh melihat perdebatan ketiga anak muda di hadapannya yang cukup menghiburnya.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYAWhere stories live. Discover now