Break up (?)

109 14 5
                                    

Tawaran Reyhan tempo lalu membuat Ran terus berfikir hingga melamun meski Aron sedang ngedumel saat game onlinenya di ambang kekalahan. Keduanya duduk di sofa kamar Apartemen Aron. Bersandar pada bahu Aron membuat Ran semakin nyaman untuk melamun.

"Anjir ah kalah!" Keluh Aron membuat Ran segera bangkit karena gonjangan pada tubuh Aron membuat kepala Ran tidak nyaman.

"Gitu doang emosi." Cibir Ran. Aron menghela nafasnya kemudian tersenyum paksa menatap Ran.

"Adik ku yang cantik imut manis dan menggemaskan, lo ga tau betapa berharganya satu bintang yang ada disini."

"Kalo lo main game terus emosi tandanya lo belum dewasa." Aron terdiam kala Ran menunjuk wajahnya.

"Gua laper, lo mau ikut ga?" Ran menatap sinis kakaknya itu.

"Seharusnya lo ajak bukan nawarin."

"Sama aja ege."

"Beda, itu lo nawarin. Udah tau gua ga suka sendirian tapi lo malah nawarin mau ikut apa enggak. Harusnya nih lo ajak kaya 'Ran yang cantik imut manis dan menggemaskan ikut gua cari makan yuk.' gitu bukan malah nawarin." Aron menghela nafasnya sembari menatap langit-langit kamar.

Cewek emang ribet tapi makin ribet kalo di ributin.

"Ya gua salah, Adikku sayang yang cantik imut manis dan menggemaskan ikut aa cari makanan yuk." Ran memasang wajah julidnya. Ia merasa ilfeel dengan nada bicara Aron yang terdengar alay(?)

"Alay banget." Lagi, Aron menghela nafasnya sembari menatap langit-langit kamar (2).

"Ribet banget dah Lo, dah sana siap-siap."

***

Di perjalanan Aron membawa motornya dengan sangat pelan membuat suasana sore hari di kota bandung sangat nyaman. Ran menikmati suasana sore ini. Rambutnya terus berterbangan dan senyuman manis yang terlihat jelas di kaca spion.

Aron tersenyum melihatnya. Adiknya kembali memancarkan senyuman khas miliknya. Cantik, sangat cantik. Aron berfikir Mawar dulu ngidam apa hingga melahirkan anak secantik Ran.

"Kak gua tiba-tiba mau bakso." Ucap Ran.

"Yaudah kita makan bakso aja." Ran kembali tersenyum saat permintaan nya di setujui dengan cepat oleh sang kakak.

Mereka berdua pun mulai mencari tukang jualan bakso. Ketika melihatnya Aron pun segera memarkirkan motornya dekat gerobak bakso yang akan mereka kunjungi.

Aron menghampiri tukang bakso itu dan memesan dua porsi bakso. Ran sudah duduk di tempatnya disusul oleh Aron setelah memesan pesanan mereka.

Tak butuh waktu lama bakso yang mereka pesan akhirnya datang. Ran tak sabar untuk memakan makanan kesukaan nya. Tapi wajahnya berubah kala melihat benda yang ia tidak suka berada di mangkok bakso nya.

Aron menyadari diam nya Ran kemudian melihat. Aron pun menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa Ran tidak suka dengan bawang goreng.

"Sini gua pisahin." Aron mengambil mangkok Ran dan mulai mengambil potongan-potongan bawang goreng yang mengambang di kuah bakso.

Ran menatap Aron dengan tatapan sendu. Kejadian ini mengingatkan dirinya pada Reygan. Reygan dulu se-care itu dengan nya, namun sekarang? Bahkan untuk mengobrol saja rasanya sangat canggung.

"Makan." Ucap Aron setelah menyelesaikan tugasnya mengambil bawang goreng.

"Kak, lo liat wajah cewek yang di bully waktu itu ga?" Aron yang tengah menyantap bakso itu menoleh di sela-sela mengunyahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

After HerWhere stories live. Discover now