Seis

10 1 0
                                    

DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏩⏬
.
.
.
"Dia tahu, hanya saja pura-pura tidak tahu"

~~°°••°°~~

"Maksud Bapak?" Aku bertanya mengenai perkataannya barusan.

Sebenarnya aku paham, hanya saja aku ingin yang lebih jelas agar tidak salah paham.

"Jika kau mendengarnya, kau akan memahaminya nanti," ucapnya, membuatku diam tak berucap.

Aku mengerti. Dia tidak ingin menjelaskan, tapi ingin aku mengerti apa maksudnya. Ya, tanpa dijelaskan pun aku sudah mengerti. Namun tetap saja aku butuh penjelasan darinya.

"Aku pulang," pamitnya, lalu aku memberi anggukkan dengan senyuman tipis yang kaku. Pikiranku masih memikirkan hal itu, lalu bagaimana aku bisa tersenyum?

Kalimatnya seperti sebuah teguran untuk hati ini yang penuh harap. Dia tidak mematahkan, tapi justru memberi kesadaran. Ya, aku paham akan hal itu.

Aku mencoba untuk tidak memikirkan tentangnya. Tentang kalimat yang diucapkannya. Soal jangan mengharapkan, aku rasa aku sudah menyiapkan mental dari sebelumnya. Aku sudah yakin, dari awal aku tidak akan mungkin untuk bisa bersamanya, jadi apa pun itu aku harus bisa menerima konsekuensinya. Sakit hati salah satunya.

Aku berbaring santai di kasur. Semua sudah selesai. Saatnya tidur tanpa harus memikirkan datang terlambat. Namun pikiranku menuju ke Deva. Ah, iya, lelaki itu. Aku bahkan belum sempat meminta maaf karena meninggalkannya begitu saja. Dan ... ya, aku sempat mendengar bahwa dia ingin pulang bersamaku.

Apa aku jahat meninggalkannya dan pergi dengan orang lain? Ah, aku rasa tidak. Aku juga sudah pamit. Mungkin ... aku sedikit kurang peduli karena langsung pergi tanpa melihat bagaimana tanggapannya.

"Aku harus minta maaf," gumamku, mengambil handphone lalu mengetik sebuah pesan melalui WhatsApp.

To Deva hujan: Hey... maaf, tadi kita tidak pulang bareng. Aku ada janji sama Pak Alwar, makanya aku ikut pulang dengannya. Sorry! Hehe...

Aku bernapas lega akhirnya. Aku akan terus merasa bersalah jika tidak meminta maaf padanya. Bukan apa-apa, selain karena aku orang yang tidak enakan, Deva adalah teman baruku di sini.

Deva hujan: Iya, tidak masalah.

Aku sudah membaca balasan darinya. Cukup singkat memang, tapi masih di batas wajar. Yang penting, aku sudah merasa lega hari ini.

~~'••'••'~~

Aku tidak pernah menyangka jika pak Alwar sebaik dan se-asik itu ketika mengobrol. Selama ini aku hanya tahu bahwa dia adalah orang yang susah tersenyum, dan sangat tegas. Tapi kali ini ... aku melihatnya tersenyum lebar. Dia juga tampak asik mengobrol, bersikap layaknya orang-orang pada umumnya.

Ketampanannya lebih terpancar ketika tertawa. Sialnya! Dia tertawa karena wanita lain, bukan karenaku apalagi denganku. Dia tertawa bersama Damitha, tentunya.

Sekarang aku tahu kenapa Damitha tidak suka melihatku dengan pak Alwar. Ya, mereka memiliki hubungan, aku tidak tahu pasti. Semua karyawan tidak ada yang pernah berani meminta bantuan padanya, dan aku baru sadar sekarang. Dan semua itu kerana Damitha adalah orang dalam restoran, tentunya kekasih pak Alwar sendiri.

Senja di Barcelona Where stories live. Discover now