Siete

10 1 0
                                    

DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏩⏬
.
.
.
"Dia tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Sakit memang! Tapi aku mencintainya"

~^~°°••°°~^~

Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana dia bisa bertanya bahwa aku cemburu? Itu artinya selama ini dia ... dia tahu aku mencintainya? Tapi...

"Aku ingin kau tidak berpikir terlalu jauh tentang sikapku"

Kalimat itu ... apakah artinya sebuah penolakan?

"Heera?" Dia menegurku yang masih bengong menatapnya.

"Ha? Ya.. maksudku ... tidak ada," ucapku, entah kenapa lidahku berbelit kaku.

"Aku pikir kau cemburu melihatku dengan Mitha," ujarnya, terlihat begitu santai mengemudi.

Pada akhirnya dia mengetahui bahwa aku mencintainya. Ya, aku yakin akan hal itu. Tapi ... tidak ada pembahasan apa pun selama ini mengenai perasaanku. Apakah dia tidak begitu peduli sehingga tidak penasaran dan bertanya padaku? Sungguh, aku tidak tahu.

Untuk beberapa menit aku tak mengatakan apa-apa. Begitupun sebaliknya. Suasana hening sejenak, sampai akhirnya mobil berhenti di depan apartemen.

"Kenapa Bapak bisa berpikir seperti itu?" tanyaku, sebelum memutuskan untuk keluar dari mobil. Aku ingin memperjelas semuanya sekarang, sebelum dia pulang.

"Karena aku tahu kau mencintaiku," jawabnya, tanpa berpikir lama. Jawaban itu seperti sudah ia siapkan.

Aku seketika terdiam. Benar saja, dia mengetahui tentang perasaanku selama ini. Namun aku tidak tahu sejak kapan dia mengetahuinya, dan kenapa tidak pernah membahasnya? Mengenai perubahan sikapnya ... apakah sejak saat itu?

"Kapan Bapak mengetahuinya?" tanyaku.

"Sikapmu telah menunjukkan semua itu sejak pertama kali kita bertemu," jelasnya.

Oh Tuhan! Dia bahkan sudah sadar sejak pertama kali pertemuan itu. Saat itu aku memang masih tidak bisa mengontrol diriku untuk tidak jatuh hati padanya.

Saat itu pak Alwar mengenakan kemeja putih yang dipadu dengan celana berwarna cream. Mireya mengajakku untuk bertemu dengannya di ruang pribadinya. Dengan penuh percaya diri aku mengetuk pintu.

"Masuk!" Sahutan dari dalam terdengar, membuatku langsung mendorong pintu dan masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Masuk!" Sahutan dari dalam terdengar, membuatku langsung mendorong pintu dan masuk. Lelaki itu tampak sibuk mengotak-atik laptopnya.

Senja di Barcelona Where stories live. Discover now