2 : 0

91 18 6
                                    

Hyunjae sejujurnya masih bingung akan alasan mengapa dia merampas secara diam-diam benda yang mungkin saja sangat penting milik pemuda itu. Tidak ada yang cukup menyenangkan untuk dilakukan selain menunggu besok untuk sekedar melihat reaksi sebal Juyeon yang sudah pasti akan menyumpah-serapahinya tanpa ampun mulai dari sekarang.

Hah. Membayangkannya saja sudah lucu setengah mati.

Tanpa sengaja momen yang belum terjadi itupun membuatnya tak sadar telah mengukir senyum diwajahnya. Sejak kemarin dia sudah terlalu banyak senyum agaknya. Rahangnya saja sampai pegal seperti ini dan itu bukan suatu hal yang lumrah terjadi menimpanya.

Sekian lama memutar benda itu sembari melamunkan hal-hal yang membuang waktu, kini Hyunjae jauhkan puntung yang diapit oleh kedua bibirnya menuju asbak yang berada tak jauh dari balkon tempatnya melepas penat.

Hyunjae tak sengaja membuat benda itu menyala. Jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya ponsel ini keluaran tahun berapa? Hyunjae nyaris tak pernah melihat model ini, baik itu dimedia pemasaran produk maupun promo yang berlaku dibeberapa toko.

Modelnya cukup kuno, kiranya satu tipe dengan model lama yang masih menggunakan tombol manual alih-alih punya fitur otomatis muncul di fungsi layar lebarnya.

“Heran, masih ada yang pakai ini. Padahal dari segi perangkat aja udah nggak support beberapa aplikasi,” Hyunjae bergumam sambil memutar-mutar benda tersebut dari bawah ke atas. Hingga secara sengaja menghidupkan layar tersebut. “Oh, nyala.”

Tidak ada lockscreen berkarakter dan juga masih dalam memasang homescreen setelan pabrik. Semalas apa sebenarnya Juyeon sampai tak berkeinginan untuk mengganti wallpaper ponselnya sama sekali?

Dan Hyunjae baru menyadari jika anak itu juga tidak memasang pengaman berupa kunci layar maupun kunci aplikasi. Benar-benar ceroboh. Hyunjae sungguh tak habis pikir dengan pemuda itu.

Matanya terkunci pada salah satu aplikasi diantara aplikasi lainnya diponsel tersebut. Hyunjae berpikir lama sekali sekedar mengintip isi dari aplikasi tersebut. Perlukah dia sampai sejauh ini?

Rasa keingintahuan sudah cukup membumbung tinggi, namun norma masih berusaha untuk menahan kemauannya. Bahkan sampai lelaki itu telah berendam didalam bathtub, Hyunjae masih tiada habisnya berperang dengan isi pikirannya sendiri.

Ia raih ponsel itu lagi yang sebelumnya sengaja ditaruhnya pada meja. Lidahnya keluar guna membasahi bibir bawahnya yang terasa kering. Bahunya pun ikut mengendik. “Mungkin ngintip dikit nggak akan jadi masalah,” Ia bermonolog serta memutuskannya secara sepihak.

Layar itu buka kembali, kemudian mengarahkan telunjuknya untuk menekan salah satu icon aplikasi. Matanya nyaris tak berkedip agar tak melewatkan satu nominal pun ketika melihatnya loading.

What the ...” Hyunjae sedikit membuka mulutnya. Demi apapun, isi galeri pemuda itu sungguh kosong-melompong. Tak ada satupun gambar yang ia abadikan maupun simpan di sana. Mau berapa kali pun Hyunjae buka lalu tutup aplikasi tersebut, jumlah yang dilihatnya tetap saja mengarah ke angka nol.

Perlahan Hyunjae hembuskan napas beratnya. Selanjutnya, kekeh geli justru terdengar keluar dari mulutnya. “Nih anak gaptek apa gimana, sih? Masa foto diri sendiri aja nggak ngerti?”

Hyunjae lantas menaruh dagunya ke atas lipatan tangan yang bertumpu pada sisi bathtub. Matanya masih bergulir sembari memainkan asal ponsel tersebut. Kali ini merujuk pada icon kontak dan berangsur menekannya begitu saja.

Lalu, hal membosankan pada diri Juyeon yang lainnya adalah menemukan jika pemuda itu hanya menyimpan dua nomor pada kontaknya. Benar-benar tipikal antisosial akut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dulcet +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang