-part 2 : Mukjizat

110 21 28
                                    

Bunyi lonceng yang berirama terdengar samar dari dalam bangunan yang tak begitu besar dengan konsep classic eropa yang tengah Hera dan Baekhyun pijaki. Keduanya tengah duduk dikursi jemaat sambil merangkapkan kedua tangan didepan dada, beradu harapan dan doa serta kepercayaan dalam waktu bersamaan.

Bagi Baekhyun tak ada yang lebih indah selain menyadari bahwa sejak ia membuka mata setelah mengucap doa dan harapan, wajah yang istri yang masih terpejam hikmat menjadi pemandangannya saat kepalanya menoleh ke samping kanan.

Rangkapan kedua tangan Hera yang menyentuh samar bibirnya menjadi penanda bahwa wanitanya itu belum selesai dengan harapan serta ceritanya pada Sang Kuasa. Tanpa mengganggu Baekhyun menunggu sabar.

Kondisi gereja yang tak begitu ramai karena memang bukan hari ibadah membuat keduanya terasa lebih leluasa untuk mengadu pada Tuhan tentang segala kehidupan. Kelopak mata Hera terkerjap samar sebelum terbuka dengan sempurna. Setelah bibirnya bergumam sebagai akhir dari doa doanya, wanita itu agak terkejut mendapati Baekhyun yang menatapnya dengan senyum teduh. Manik yang menyorot akan kelembuatan itu sempat menghanyutkan Hera untuk sesaat.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Hera bertanya tak habis pikir. Karena pria itu tetap menatapnya meski Hera sudah menatap balik.

"Kau cantik." Balasan singkat namun menghanyutkan.

"Apa apaan kau ini." Hera yang salah tingkah mulai bangkit dari duduknya. Hal itu membuat kepala Baekhyun mendongak untuk menatap Hera yang lebih tinggi.

"Ingin kemana?"

"Pergi dari pria genit yang terus menatapku." Cibiran itu menghasilkan tawa dari bibir Baekhyun.

Hera yang sudah lebih dulu berjalan keluar berusaha menulikan pendengarannya akan tawa Baekhyun akibat cibirannya itu.

"Tunggu aku, sayang. Ingat kau tidak bisa bahasa Jerman, nanti nyasar."

Baekhyun berlari kecil menghampiri Hera yang sudah keluar dari katedral. Teriknya sinar matahari menyapa begitu Baekhyun melewati pintu masuk gereja. Melihat Hera yang sudah berjalan dihalaman gereka didepan sana membuaht Baekhyun semakin melebarkan langkahnya.

Dirangkulnya bahu sang istri begitu langkahnya sudah sejajar. Beruntung Hera menghempas tangan Baekhyun yang merangkulnya.

"Ayo, ingin kemana lagi kita hari ini?" Baekhyun menoleh pada Hera lantas menghentikan langkah seperri yang Hera lakukan.

Wanita itu balik menatapnya, "kaukan tour guideku, jadi harusnya kau yang menentukan kita akan kemana setelah ini." Ucapan penuh penekanan itu mengembangkan senyum Baekhyun.

"Baiklah. Kalau begitu, kurasa kita harus mencari sebuah restoran lebih dulu. Tubuhku sudah lemas karena kelaparan." Baekhyun berucap sambil menunjukkan wajah memelasnya.

Sementara Hera mendelik tak habis pikir, karena belum ada tiga jam sejak mereka sarapan dihotel tadi.

"Kau sudah lapar lagi?" Baekhyun mengangguk kuat.

"Dasar gembul." Hinaan itu justru tidak membuat Baekhyun sakit hati. Alih alih sakit hati pria itu malah memamerkan senyum menawannya pada Hera yang lemah bahkan hanya dengan melihat senyuman itu.

•••

"Baekhyun." Panggilan itu menghentikan langkah Baekhyun yang berjalan dua langkah didepan Hera dengan tautan tangan yang tak terlepas sejenakpun.

Setelah makan disebuah restoran mereka kembali mengelilingi pusat kota untuk berbelanja sesuai keinginan Hera.

"Ya, sayang?" Baekhyun membalikkan tubuhnya. Dan betapa terkejutnya ia mendapati sang istri yang sudah pucat.

My Beloved Wife And Her PerfectionWhere stories live. Discover now