- 5

136 26 1
                                    

Setelah hari dimana Blaze menggantikan Ice. Kaizo dan antek-anteknya tidak lagi mengusik mereka, kelompok itu kelihatan mencari mangsa lain yang sekiranya bisa dijadikan bahan penyiksaan.

Namun, mereka tak menemukan siapapun yang bisa menggantikan Ice, dan bisa menyeret orang lain seperti Blaze.

Bisa dibilang kedua orang itu membuat Kaizo kesal dan marah sekarang.

Hari Rabu ini, Ice pulang lebih akhir karena piket kelas. Dan ia pulang jalan kaki, karena rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, sekalian ia olahraga karena ia rasa berat badannya sudah naik.

Akhir-akhir ini ia makan terlalu banyak.

Langit sore yang jingga membuatnya teringat pada hari dimana ayahnya meninggal. Sore hari yang damai, ayahnya meninggalkan mereka, didalam kamarnya karena sakit yang sudah lama menyerang.

"ICEEEE!!" Panggilan itu datang dari arah belakang.

Ice menoleh kebelakang dan mendapati Blaze mengejarnya sambil tersenyum lebar.

"Apa?" Tanya Ice dengan tenang.

Blaze cengengesan, "gak ada. Gua mau main ke rumah lu dong," ucapnya.

Ice tak menjawab, Blaze sendiri tak bicara lagi karena ia tahu diamnya ice artinya persetujuannya.

Keduanya berjalan ke rumah yang cukup besar di kompleks mereka, sepertinya rumah Ice adalah rumah terbesar kedua setelah rumah Halilintar yang ada di sebelah Ice. Dan Blaze ada di urutan keempat.

Mereka pun sampai, Ice lebih dulu masuk dan didalam sudah tercium aroma makanan yang membuatnya lupa program dietnya.

"Wangi banget! Halo adek-adek manis!" Sapa Blaze sembari menyelonong masuk kedalam, sedangkan Ice sendiri ia masih di pintu, ia melepas sepatu dan menyimpannya di rak, tidak seperti Blaze yang melempar sepatunya asal.

Ia masuk kedalam dan menyimpan tasnya di sofa ruang tamu.

"Kak Ice sini makan." Ajak Duri dari arah dapur.

"Kakakk! Kenapa ngundang setan ini ke rumah?!!" Tanya Solar.

Blaze sudah duduk rapi di kursi meja makan, Ice mengambil duduk di sebelah Blaze.

"Dia ngikutin." Jawab Ice.

"Dek solsol, gua mau 5 dong sosisnya." Pinta Blaze membuat Solar menatapnya sinis.

"Masak sendiri!" Ucap Solar sebal, ia mengambilkan 4 piring untuk mereka, sedangkan Duri menyiapkan minum.

"Pelit lu, Duri doang emang yang baik." Puji Blaze pada Duri.

Solar yang datang dengan piring berisi nasi goreng pun mencibir, ia menyimpan dua piring di atas meja dan Duri menyusul dengan dua piring lainnya.

Mereka siap makan.

"Kak Ice nanti kerjanya, makan dulu." Ucap Duri membuat Ice menatap ke atas meja dimana makanan sudah tersedia, ia menyimpan tab nya dan mulai memakan makanannya.

***

Niatnya hanya numpang makan. Tapi berakhir menginap, padahal besok masih harus masuk ke sekolah.

Blaze kini bermain game dengan Duri di ruang tamu, sedangkan Ice yang ada di ruangan yang sama sedang mengerjakan sesuatu. Solar sedang belajar di kamarnya.

"Woi woi gua kalah!" Ucap Blaze membuat Duri tertawa bahagia.

Ice yang mendengar tawa bahagia Duri langsung melihatnya, ia menopang dagu dan tersenyum, kemudian kembali mengerjakan sesuatu.

Ia adalah seorang Freelancer. Bayarannya lumayan untuk satu projek, bisa sampai 500 ribu per projek, dan ia mengerjakan 5 biasanya dalam satu hari, maka dari itu ia punya banyak cadangan di ATM dan buku tabungannya. Uang warisan ayahnya pun masih sangat banyak, ia tak terlalu banyak menggunakannya, hanya dulu untuk membayar sekolah saja.

"Argh kalah!" Blaze langsung tepar karena main cukup lama, diluar dugaan adik dari si pemalas ini sangat jago main game.

Duri menyimpan stik game nya. Ia pun menatap Ice dan mendekat, ia melihat ke arah layar laptop.

"Berapa lagi kak?" Tanya Duri.

"2 lagi," jawab Ice.

Blaze bangun dan ikut mendekat, "lu kerja apaan dah?" Tanya Blaze kepo.

"Dia ngasih jasanya ke orang lain. Kak ice suka tulis-menulis, jadi biasanya dia ngetik artikel atau semacamnya." Jelas Duri, Blaze pun mengangguk paham sekarang.

"Digaji berapa lu cuy?" Tanya Blaze lagi.

"Tergantung kerjaan." Jawab Ice.

"Keren kan? Kak Ice berbakat," kata Duri sangat bangga.

Blaze hanya bisa tersenyum mendengarnya, ia juga bangga dan kagum. Diam-diam begini Ice sudah bisa mencari uang untuk keluarganya sendiri. Ia tak berani bertanya pada Ice kenapa kedua orangtuanya tidak ada di rumah, yang ia harus ketahui adalah, Ice seseorang yang membuatnya yakin bahwa ia harus meninggalkan kelompok itu.

Adorasi

"Lu alasan gua bisa berhenti dari kegiatan negatif itu."
— Blaze Dirgantara



— Yuu

AdorasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang