38 | Asia

1.4K 217 20
                                    

Dalam latihan boxing, Asia mencurahkan semua emosi yang bergejolak di dada lewat sarung tinju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam latihan boxing, Asia mencurahkan semua emosi yang bergejolak di dada lewat sarung tinju. Daripada membanting barang atau memukul barang di sekitarnya, pilihan itu lebih masuk akal. Pengaturan production house untuknya berlatih bela diri ini ternyata menguntungkan, bahkan di dunia nyata.

"Bersemangat banget, lo." Ambar sampai berkomentar.

Asia tidak menceritakan kedatangan Rima pada manajernya itu, tak merasa Ambar perlu tahu. Baik dirinya maupun Ambar sama-sama direpotkan Rima. Gara-gara Asia memblokir nomornya, Ambar jadi bulan-bulanan pesan dan telepon spam Rima. Asia sudah menyuruhnya untuk ikut blokir saja, tetapi Ambar bilang takut tidak sopan.

Ya sudah. Terserah dia saja.

Seperti yang Asia duga, latihan tinju satu setengah jam itu menghabiskan seluruh tenaganya. Di mobil menuju gerai makanan bento, Asia sepenuhnya menyandarkan punggung. Tak sepenuhnya nyaman.

Mungkin bakal berbeda kalau sandarannya ini adalah Benua.

Tubuh Benua tidak sekeras yang Asia duga. Otot perutnya, jadi pengecualian. Namun, kala laki-laki itu memeluknya, yang bisa Asia pikirkan hanya membenamkan wajah di dada Benua. Sementara itu, tangan Benua yang seukuran paha Asia melingkarinya.

Ia akan bertemu Benua malam ini, dia akan membuatkan makan malam untuknya. Jadi, Asia bisa memupuk keinginannya tersebut.

Sisa harinya berjalan lambat. Makan siang dengan Ambar diisi banyak pembicaraan soal jadwal pertemuan dengan In You Beauty. Produk yang Asia mau tidak berubah, tetap ombre blush dan glossy tinted balm. Mereka sudah punya sampel lip balm. In You Beauty juga tengah mengembangkan formula powder blush, tetapi masih jauh dari sempurna.

Sesampainya di apartemen kembali, Asia melemparkan diri ke atas tempat tidur dan pergi ke alam mimpi. Bangun-bangun, jam di nakas menunjukkan pukul lima sore. Bila tidur siang agak lama begini, kepala Asia sakit dan ia bangun dengan perasaan tak nyaman. Hari itu tak ada bedanya. Asia bangkit dan melangkah malas-malasan ke dapur untuk mengambil air minum.

Benua baru akan ke apartemen Asia sekitar pukul delapan. Karena dia yang membawa bahan-bahan makanan, Asia tak punya ide mesti menyiapkan apa. Sambil membersihkan permukaan kompor tanam, Asia baru sadar ia tak punya ide apa yang Benua sukai selain es krim choco mint–itu pun Asia belum punya.

Oh, tidak. Benua juga suka cookies.

Sayangnya, Asia tak punya semua bahan untuk membuat kue tersebut. Maka dari itu, ia segera menghubungi kontak personal shopper. Asia jarang menggunakan jasa perempuan dengan nama Ivy itu, hanya di waktu-waktu terdesak seperti sekarang. Biar gampang, Asia mau bikin chocochips cookies saja.

Sambil menunggu Ivy berbelanja bahan-bahan yang ia perlukan, Asia meletakkan dua gelas serta teko kaca di meja makan. Asia tak akan memberitahu Benua kue kukis bakal menyambutnya nanti. Kejutan saja. Ia pun tak yakin Benua perlu tahu Asia sengaja memanggang kue untuknya.

Benua & AsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang