01. The First

1.9K 160 4
                                    

Hay hay! welcome to my story!
Jangan lupa tinggalin vote, komen, serta beri sy kritik/saran agar bisa lebih berkembang lagi. Tysm-!

***

Suasana pagi selalu punya atmosfer tersendiri. Kendaraan berlalu lalang dengan berbagai kecepatan selalu memenuhi permukaan bumi. Pagi merupakan waktu dimana orang-orang memulai akitivitasnya masing-masing. Ada yang ngebut pakai motor, menggerutu karena macet, berjalan santai di terotoar, atau hanya sekedar duduk-duduk menikmati udara segar dan embun pagi.

Sama halnya seperti seorang siswa SMA A.K.A yang baru saja memasuki area sekolahnya. Ketika waktu masih menunjukkan pukul 06.00, laki-laki itu sudah menginjakkan kakinya terlebih dahulu di tempat yang paling malas didatangi oleh sebagian besar anak umur 16-18 tahun.

Sepi. Itu yang dirasakan Souta saat memasuki gedung sekolahnya. Ia berjalan santai melewati koridor-koridor kelas untuk menuju ke kelasnya sendiri. Saat ingin berbelok menaiki tangga, sebuah suara bagaikan toa membuat langkahnya reflek terhenti.

"BAYAR KAS LU, GOBLOKK!!" teriak seorang perempuan. "DUIT CAFE LU TUH BANYAK ANJING. LU BAWA KEMANA?! KORUPSI, HAH?!!"

"SABAR DULU BANGSAT, KAN UDAH GUE BILANG BAKAL LUNASIN SEKALIGUS PAS UDAH LULUS!"

"MATALU LULUS. YANG ADA GUE YANG DI OMELIN PAK BAMBANG!"

Souta mendelik kaget. Dengan cepat ia membalikkan badan menuju arah sumber suara. Terlihat seorang perempuan berambut ungu sedang mengejar seorang siswa laki-laki. Ah, Souta mengenal mereka berdua. Terlebih orang yang sedang dikejar. Yaa... kalian tebak lah siapa.

Bruk

Gin menubruk tubuh Souta, sehingga membuat keduanya hampir goyah. Dengan cepat, ia menarik kembali badan Souta lalu menyembunyikan diri dibaliknya.

"Eitss... Gaboleh galak depan dekel. Wlee." Gin menjulurkan lidahnya.

Sang bendahara, yaitu Juliana Shafira alias Pira hanya bisa mendengus kesal. Dia melemparkan tatapan tajam ke arah Gin. Sebelum pergi, Pira menyempatkan diri untuk tersenyum singkat kepada Souta, lalu berjalan meninggalkan mereka.

"Awas lu Gin, di kelas habis lu sama gue," gumamnya masih bisa didengar Gin

Gin terkekeh. Setelah Pira sudah jauh, barulah dia bisa menghembuskan napas lega.

"Kebiasaan," omel Souta.

"Hehe, makasih dah nolongin by the way," ucap Gin sambil terkekeh kecil. Souta diam saja karena dia emang ga ngapa-ngapain daritadi.

"Mau ke kelas, kan?" tanya Gin yang dibalas anggukan oleh Souta. "Yok lah bareng, gue anter."

Mereka memang beda kelas. Souta berada satu tingkat di bawahnya

"Rion sama Harris mana, Gin?" Souta berjalan menaiki tangga, diikuti oleh Gin di belakangnya.

"Harris dah di Ruang OSIS, kalo Arion belom dateng. Biasalah anaknya kebo."

Souta mengangguk. Selama perjalanan tidak banyak yang mereka bahas, sampai akhirnya tiba di kelas 11-3.

Souta membuka pintu kelasnya. Kosong. Hanya ada beberapa bangku yang sudah terisi oleh tas. Ia berjalan masuk, sementara Gin bersandar di ambang pintu.

"Nanti band ga, Sou?" tanya Gin random. Mereka berdua memang ikut ekstrak band. Gin sebagai drumer dan Souta vocalist.

"Gatau, males," jawabnya asal.

Gin memutar bola matanya malas. Ia tampak berpikir sebentar, sampai akhirnya teringat sesuatu.

"Eh anjir. Sou, gue cabut dulu ya. Lupa stang motor belum dikunci. Babay!" ujar Gin lalu pergi menghilang dari pandangan Souta. Souta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

INDESTRUCTIBLEWhere stories live. Discover now