27: Pergi Sebentar

6K 481 15
                                    

Hai lagi kalian, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya yaa💞💞

🦋🦋🦋🦋

Pernikahan akan menjadi lebih langgeng jika pernikahan tersebut berlandaskan cinta dan kasih sayang, serta kejujuran dari kedua belah pihak pun sangat dibutuhkan. Karena jika salah satu dari suami istri yang tidak saling percaya pastinya akan timbul rasa curiga serta perasaan tak enak di hatinya, oleh sebab itu pasangan suami istri diwajibkan untuk berkata jujur pada pasangan mereka masing-masing.

Dewa dan Asmara, pernikahan mereka kini sudah berjalan lebih dari satu bulan lamanya. Banyak kejadian yang belum pernah mereka rasakan saat menjadi pasangan suami istri. Perbedaan umur tidak akan menjadi penghalang jika keduanya telah jatuh cinta, begitupun dengan yang berbeda keyakinan.

Namun disetiap pernikahan pasti ada saja ujian yang akan dilalui. Sejauh ini pernikahan mereka berdua belum mendapati ujian yang sangat berat, tetapi mereka selalu berdoa kepada Tuhan agar dijauhkan dari itu semua.

Semalam Dewa diberi kabar oleh Adam bahwa ia mendapat panggilan untuk menghadiri rapat kabinet yang di laksanakan langsung oleh Presiden. Mau tak mau Dewa pun harus rela meninggalkan Asmara sementara demi menghadiri acara formal tersebut, karena acara itu sangat penting dan tentunya rahasia.

"Tidak apa-apa ya, mas Dewa tinggal sebentar?" Dewa berucap lembut pada Asmara di dalam kamarnya.

Asmara sedikit memajukan bibirnya. "Berapa hari?"

"Tiga hari."

"Tidak apa-apa ya? Nanti mas selalu kabari kamu." Dewa menyentuh salah satu lengan Asmara dan mengusapnya lembut.

Asmara mengangkat pandangannya agar ia bisa melihat langsung tatapan teduh suaminya. Perlahan Asmara menganggukkan kepalanya, sebagai seorang istri ia pun harus paham dengan profesi sang suami.

"Iya mas."

Dewa tersenyum senang, ia menuntun Asmara agar duduk di pangkuannya. Asmara melingkarkan kedua tangannya pada leher Dewa dan kedua matanya menatapa mata teduh sang suami.

"Jangan nakal di sana!" Peringat Asmara, satu tangannya mengusap rahang tegas Dewa.

Sudut bibir Dewa terangkat sesekali ia meringis kecil karena satu tangan Asmara bergerak semakin sensual pada rahang dan kini telah turun di dadanya. Dewa meraih satu tangan Asmara yang terus bergerak yang membuat tubuhnya bereaksi tak karuan, Dewa menuntun tangan Asmara agar menyentuh pipinya. Satu tangan Dewa yang menganggur kini telah melingkar serta memberikan cengkraman erat di pinggang Asmara.

"Berangkat jam berapa mas?" Tanya Asmara sembari mengusap alis tebal Dewa di sana.

Dewa melirik jam di dinding kamarnya, sekarang masih pukul 11 siang. "Jam tiga sore, kamu nanti tinggal di rumah bapak dan ibu saja tidak apa-apa."

"Kenapa? Mau kangen-kangenan dulu?" Wajah Dewa mendekat dan mencium pipi Asmara.

Asmara tersenyum geli menanggapinya, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Dewa. Harumnya tubuh sang suami membuat Asmara tak bisa berkutik serta dekapan hangat yang kini Dewa berikan membuatnya jadi semakin tidak rela ditinggalkan walaupun itu hanya tiga hari saja.

Satu tangan Dewa yang semula mendekap pinggang Asmara kini perlahan menelusup masuk ke dalam baju yang Asmara kenakan, tangan dengan telapak kasar itu begitu lihai mengusap kulit lembut Asmara sehingga perempuan itu kini memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Dewa.

Dewa Asmara | TamatWhere stories live. Discover now