18

2.6K 120 7
                                    

Bibi Cha dengan telaten mengobati luka di punggung Lize. Ia tak banyak bertanya atas apa yang terjadi diantara majikannya itu. Yang jelas saat ini Lize terlihat menyedihkan. Setiap hari ada saja hal yang menimpanya.

"Bibi maaf merepotkan mu lagi"

"Tak apa Nyonya ini sudah tugas saya"
Bibi Cha tersenyum

"Bibi jika sudah selesai tolong tinggalkan aku"

"Baik Nyonya"

Setelah selesai, Bibi Cha keluar dan meninggalkan Lize yang meringkuk dikasur.

'Ahh payah, jika saja aku tak mengeluarkan air mata buaya mungkin saja aku akan berakhir dirumah sakit
Sesekali ia mengelus punggungnya.

Lize hanya wanita lemah yang penurut. Biasanya ia hanya akan mengabaikan perkataan para pelayan yang tak menyukainya, walau terkadang itu terlalu menyakitkan untuk didengar.

Zea tak menyangka bagaimana seorang Lize dapat mengatasi seisi rumah ini dengan sabar, hanya mendengar gosip para pelayan saja emosinya bahkan tersulut dengan cepat.
Disini kesabarannya bahkan seperti tissu dibelah dua dan disiram air.

Saat matanya akan terpejam ia mendengar langkah kaki memasuki kamar, dengan cepat ia menutup rapat matanya dan merapatkan selimutnya.

"Kau pasti sangat marah bukan"?

Haizen memasuki kamarnya, setelah pertengkarannya dengan Lize, ia segera memasuki ruangan CCTV dan memeriksa   nya, disana ia melihat Jika Istrinya itu bertengkar dengan beberapa palayan.

Ia memanggil salah satu pelayan yang ada disana dan meminta penjelasannya.
Setelah itu ia memanggil kepala pelayan dan memintanya untuk mengganti  pelayan yang terlibat pertengkaran dengan istrinya.

Diam.

Walau sebenarnya Lize tidak tidur namun ia enggan untuk membuka matanya.

"Maafkan aku jika selama ini pelayan bahkan merendahkan mu"
Tangannya bergerak tanpa diminta, membelai dan turun pada dagu Lize.

"Pasti sangat menyakitkan bukan, maaf aku menyakitimu"

Lize hanya diam mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan Haizen. Sejak kapan Haizen pandai meminta maaf padanya.

Cup

"Istirahatlah "
Haizen berlalu meninggalkan Lize.

Setelah memastikan Haizen meninggalkan kamarnya, Lize dengan cepat mengusap keningnya.
'Apa-apaan itu tadi, dasar mesum'

Ia melirik sesuatu yang ada dimeja.

"Apa dia sedang mencoba meminta maaf"?
Lize melihat segelas coklat hangat dan roti lapis disana.

.
.
.
.
Setelah bangun dari tidurnya, Lize dengan cepat meninggalkan kamar Haizen dan berpindah ke kamarnya.
Ia tak nyaman berlama-lama disana.

Suara ketukan pintu memecah lamunannya.

"Masuk"

"Nyonya saya akan membantu nyonya membersihkan diri"

"Ehmm"

Bibi Cha dengan cepat membantu Lize, sesekali ia manarik nafasnya kasar.

"Bibi tak usah risau, aku baik-baik saja"

"Maafkan saya Nyonya"

Lize tersenyum seperti tak pernah terjadi apa-apa.
.
.
.
Lize turun dan bergabung dimeja makan, hari ini ia mengenakan pakaian yang sangat sederhana dan sedikit riasan. Anggap saja sedang menata kehidupan baru.

Ia tak memperdulikan pandangan Karin dan Haizen padanya, ia hanya fokus pada makananya. Baginya makanan lebih penting dibanding mereka berdua.

Namun, pandangannya tertuju pada sekretaris Haizen.
Mendapati tatapan itu Peter dengan cepat membuka suaranya.

"Selamat Pagi, Lize. Apa kau juga melupakan ku"?

Lize hanya diam.

" Ahh sepertinya iya, baiklah mari berkenalan, Aku Peter, sekretaris dan sekaligus sahabat Haizen. "

"Oo Hai,,, jadi namamu Peter, ku dengar kau telah menyiapkan dokumen ku"

Peter melirik Haizen yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Ya, semuanya sudah beres"

"Wah bagus lah, terimakasih Peter kamu yang terbaik"
Lize mengakat dua jempol nya pada Peter.

"Apa kau hanya akan berterimakasih padanya"?
Haizen tak terima dengan reaksi yang Lize berikan pada Peter.

Lize melirik Haizen sekilas dan tak mengatakan apa pun, ia kembali menyibukkan mulutnya dengan makanan yang tersaji diatas meja.
Mengabaikan Haizen begitu saja.

Karin yang menyaksikan pemandangan didepannya hanya tersenyum.

"Sepertinya ada yang diabaikan, hahaha"

Peter yang juga melihat itu terkejut. 'Mengapa pagiku harus diawali dengan prahara rumah tangga orang ini'

Lize benar-benae mengbaikan Haizen, setelah ia selesai makan, ia meninggalkan ruang makan begitu saja dan tak menghiraukan tatapan Haizen padanya.

Seketika Haizen melirik sinis Peter. Bagaiman bisa ia diabaikan sedangkan sekretarisnya saja diberi senyuman oleh istrinya itu.

Mendapati tatapan sinis Haizen Peter berdecak kesal.
"Kau jangan menarik ku dalam permasalahan mu dengan istrimu "

Haizen memutar malas bola matanya.
.
.
.
. Tbc

Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now