BAB 6 : Zaach Feeling

120 14 1
                                    

Zaach mengangkat tubuh Yejun dengan segera, dan dengan cepat ia memasukkan tubuh yang mulai dingin itu kedalam mobil, tanpa meperhatikan Joan, yang membuntutinya dengan cemas.

Joan yang terlihat kebingungan, kemudian menepuk pundak Zaach.
"Apakah Yejun sakit? Aku akan ikut dengannya ke rumah sakit, aku mohon, Tuan!" Joan berusaha bernegosiasi, namun Zaach mendorong tubuh Joan hingga ke belakang, jika saja keseimbangannya tidak baik, Joan bisa saja jatuh.

"Kau tidak perlu tahu, sialan!" ucapnya.

Zaach kemudian masuk ke dalam mobil dan melajukan nya dengan cepat tanpa memperhatikan Joan yang berdiri mematung, melihat sahabatnya yang sudah tidak sadarkan diri.

***

Sehari setelahnya, Yejun mulai sadar. Namun kondisinya semakin menurun. Ia sudah kesulitan untuk berbicara atau menggerakan badannya. Yejun hanya bisa membuka matanya dan menatap Zaach menunggunya disamping semalam penuh tidak tidur.
"Andai saja, Hyung... Andai saja aku menemukanmu terlebih dulu, aku pasti menikahimu Hyung..." gumam Zaach, mengecup lembut dahi Yejun.

Air mata tak terasa jatuh dan mengalir dari pelupuk mata Yejun, ia menggeleng pelan dan ingin meraih tangan Zaach yang tengah membelai rambutnya.

***

Sudah 4 hari, Yejun terbaring lemas di tempat tidurnya. Putranya Milo setiap sepulang dari taman kanak-kanak selalu menjenguk ibunya, dan Bibi Su akan mengantarnya pulang ketika hari sudah malam.

"Ah, makan malam bersama keluarga Lee, sungguh menyenangkan sepertinya. " Pikir Yejun sambil mengenggam ponsel dengan tangannya yang tremor, ia membaca pesan yang dikirimkan Joan kepadanya sebagai permintaan maaf.

"Hyung, makan bubur dulu, " ucap Zaach sambil menyendokkan bubur dari mangkuk. Milo yang sedang memeluk mamanya di tempat tidur tampak tidak senang melihat tingkah pamannya.

Yejun menolak suapan itu, dan beralih mengambil sendok dan mangkuk membawanya hat-hati di pangkuannya. " Tidak usah repot-repot, aku bisa memakannya sendiri, " ucap Yejun.
Ia kemudian menyendokkan bubur itu dengan berat kedalam mulutnya yang kering dengan cukup hati-hati.

"Ma... Kapan Papa pulang? " kata Milo sembari memegangi lengan baju Yejun yang bercorak khas rumah sakit. Milo tidak mau beranjak dari kasur ibunya. Ia selalu tidur dan menemani Yejun sepulang sekolah, bahkan kadang tidak mau pulang dari rumah sakit.

"Sebentar lagi ya, Papa akan pulang, sabar ya, " Yejun mengelus rambut Milo. Anak itu tampak tidak puas dengan jawaban ibunya.

Setelah beberapa suapan, tubuh Yejun sudah tidak bisa menerimanya, ia meletakkan semangkuk bubur yang tinggal separo ke samping mejanya dan mengambil ponsel, kemudian membalas pesan yang dikirimkan Joan kepadanya.

"Zaach, " panggil Yejun.

"Hm, iya Hyung?"

"Keluarga Joan mengadakan makan malam dan mengundangku minggu depan, aku ingin minta tolong untuk membelikan sesuatu bingkisan yang dibawa apakah boleh? Ibunya sangat suka bunga amarilis yang masih dalam pot, aku ingin kau membelinya dan memberikannya kepadaku."

Zaach mengangguk. "Kenapa Hyung sangat baik kepadanya? Ia hanya sekedar teman bukan?" ucapnya.

Yejun menggeleng. "Ia keluargaku, Zaach. Di tempat asing ini, merekalah yang pertama kali mengulurkan bantuan kepadaku. Ayahnya adalah seorang kepala keluarga Lee yang baik, apalagi dengan ibunya yang bernama Jeanette. Kami berdua mempunyai banyak hal yang mirip, mulai dari kesukaan makanan bahkan bunga favorit! Aku sangat menyukai amarilis di depan rumah Joan yang mewah yang dibiarkan tumbuh begitu saja. Sangat senang mengenang masa-masa ketika aku banyak bermain ditempat itu," ucap Yejun dengan bersemangat walau kadang ditengah ceritanya ia sering kehabisan napas, dan harus menata kata-kata yang ia ucapkan.

[BL ABO] AmarylisWhere stories live. Discover now