7: Menyerah?

1.5K 145 32
                                    

Zhou Shiyu's POV

Rambut?

Sudah rapih.

Baju?

Sudah rapih.

Wangi?

Hmm.. justru sepertinya ini terlalu wangi. Tapi tidak apa-apa. Justru bagus kalau Wang Yi bisa mencium wangiku ini.

Make up?

Aku rasa sudah cukup, tidak berlebihan namun tetap terlihat on point.

Aku memastikan penampilanku sekali lagi di depan cermin. Dari ujung kepala sampai kaki aku harus memastikan kalau penampilanku hari ini sudah benar-benar maksimal.

 Dari ujung kepala sampai kaki aku harus memastikan kalau penampilanku hari ini sudah benar-benar maksimal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wang Yi, aku datang!"

Aku menuruni tangga dengan langkah yang gembira menuju ke ruang makan. Senyumku tak pernah pudar sejak aku bangun tidur pagi tadi. Papa dan Mama yang sedang sarapan pun juga menyadari aura kebahagiaanku hari ini.

"Anak Papa kok cantik banget ya hari ini. Tumben." Papa yang biasanya sibuk membaca koran di pagi hari tiba-tiba melipat korannya dan kini beralih memperhatikanku yang duduk di hadapannya.

"Papa aja mungkin yang baru sadar anaknya secantik ini." jawabku sambil mengibaskan rambutku.

"Ih, centilnya sih.." ucap Mama sambil tertawa.

"Pasti mau godain Wang Yi, ya?" lanjut Mama.

Aku bisa merasakan wajahku memanas, pasti pipiku terlihat memerah saat ini.

"Apa sih, Mama!" elakku. Aku tidak lagi menyahuti godaan dari Papa dan Mama. Aku fokus menghabiskan menu sarapanku pagi ini, roti bakar dan segelas susu.

"Pa, Ma, aku berangkat ya." aku buru-buru membereskan kotak bekal makan siangku ke dalam tas.

"Ini baru jam 7.15 loh, gak kepagian, Sayang?" tanya Mama.

"Gak kok Ma. Aku kan juga harus samperin Wang Yi dulu di rumahnya. Aku gak mau buat dia nungguin aku. Lebih baik aku yang nungguin dia."

"Yaudah, helmnya jangan lupa dibawa ya."

"Siap, Mama! Aku berangkat ya!" aku berpamitan dengan Papa dan Mama sebelum pergi ke garasi rumahku untuk mengambil helm bogo milikku yang sudah cukup usang. Helm ini adalah pemberian Papa saat ulang tahunku ke-14. Aku hanya menggunakan helm ini sesekali jika Papa mengajakku pergi menggunakan motor Vespanya.

Aku membawa helm tersebut di tangan kiriku sambil berjalan dengan riang ke rumah sebelah, tepatnya rumah Wang Yi.

Suasana di luar rumah terlihat sepi. Mobil Paman Wang juga sudah tidak ada di depan rumah, sepertinya beliau sudah berangkat kerja. Aku baru saja ingin memencet bel rumah namun terhenti saat mendengar suara teriakan Tante Jia memanggil nama Wang Yi.

WangYi: My Crush, My ObsessionWhere stories live. Discover now