19. Teror

2.2K 296 212
                                    

Halo, apakabar semuanya? Minal aidzin wal faidzin yaa, mohon maaf lahir batin 🙏🧚‍♀️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo, apakabar semuanya? Minal aidzin wal faidzin yaa, mohon maaf lahir batin 🙏🧚‍♀️

Happy Reading.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Malam harinya selepas mengaji, Husna langsung pulang ke asrama. Dia belum bertemu dengan Husain lagi dan tidak berniat untuk bertemu. Husna kesal, bagaimana pun, Husain tetap salah.

Sepanjang jalan menuju asrama, Husna berkali-kali mengembuskan napas kasar, sampai di depan gerbang asrama, Husna merasa ada yang memperhatikannya dari arah belakang, Husna menoleh, tapi tidak ada siapa pun. Husna berdehem pelan lalu melanjutkan langkahnya. Akhir-akhir ini, Husna juga merasa sedang diperhatikan oleh seseorang, tapi Husna tidak tau siapa.

"Dor!"

Husna terpekik kaget membuat Dara terkekeh.

"Ke warung dulu yu, aku pengen beli jajan," ajak Dara.

"Engga ah, aku udah ngantuk. Sama Cia aja nanti, dia juga belum punya pembalut katanya."

Dara cemberut, berjalan sambil menggandeng lengan Husna. Mereka hanya berdua malam ini, Cia sedang halangan.

"Soal tadi siang, kamu beneran gapapa?" tanya Dara.
"Kepala aku sakit sih tapi gapapa kok."
"Alhamdulillah. Kita kaget banget, Na. Cia aja sampai nangis, dan kamu tau apa? Anisa the gank malah ketawa ketawa, kurang ajar emang tuh anak, pengen nyekik rasanya."
"Biarin aja, nenek lampir emang gitu, kalo ga ketawa ya marah."

Dara langsung tertawa dan setuju.

Saat sampai di lantai dua, terlihat banyak orang di depan kamar Husna. Sedikit mendorong mereka, Husna dan Dara berhasil berdiri paling depan dan melihat apa yang sedang terjadi.

Husna menutup mulutnya dengan kedua tangan, lututnya lemas melihat pemandangan di depannya. Kepala seekor kucing yang masih penuh dengan darah tergeletak di depan pintu kamar Husna.

Husna dengan cepat berbalik dan berlari menuju ndalem, dia tidak bisa melihat jelas warna bulu kucing itu, jika seklias, itu mirip dengan Ucul. Husna menggeleng pelan, tidak mungkin, kan?

Berlari sambil menangis, Husna hampir sampai di teras belakang, di melihat Husain sedang duduk di sana.

"Husain!"

Husain mengangkat wajahnya dan melihat Husna yang berlari mendekat. Begitu mendekekat, Husna langsung memeluk Husain membuatnya terjengkak ke belakang.

"Ucul, Husain hiks.."
"By."
"Ucul hiks.."

"Meong!"

"Ucul ketindih sama kamu, By. Lepas dulu peluknya."

Husna sontak melepskan pelukannya dan menangis memeluk Ucul.

Harsa HusnaWhere stories live. Discover now