Tres

9 1 0
                                    

I was doin' fine without you
'Til I saw your face, now I can't erase - The less I know the better by Tame Impala

;

Mimpi buruk itu kembali lagi, mengusik tidur tenang wanita yang baru saja memejamkan mata. Mimpi yang sudah lama tak menghantui nya kini kembali.

Mimpi dari Elizabeth saat Ia berusia 6 tahun. saat pertama kalinya ia di paksa terjun dalam urusan pelik orang dewasa. Permasalahan yang tak lain dan tak bukan di hasilkan dari orang tuanya. Mr and Mrs Swaan.

Di otak Elizabeth kecil saat itu secara otomatis memproyeksikan bahwa lemparan barang, tangisan histeris, dan obrolan dengan oktaf terlalu tinggi sebagai tanda bahwa kedua orang tuanya sedang bersenang senang. Lagipula pesta selalu identik dengan suara kencang dan apa yang bisa di harapkan dari otak anak yang belum genap beberapa minggu yang lalu menginjak umur 6 tahun.

Sampai pada suatu hari Ms. Swaan yang tengah bersenang mulai berjalan ke arahnya dan mengambil sekumpulan rambut berwarna coklat miliknya. Menjambak dan meyeretnya ke tangga menuju lantai dua.

Cakaran Elizabeth kecil pada tangannya dan tangisan memohonnya di hiraukan oleh Ms. Swaan bagai angin lewat. Sesampainya di lantai dua Ms. Swaan membuka gudang dan mengunci Elizabeth kecil di dalamnya.

Pada titik inilah Elizabeth kecil mulai mengerti bahwa orang tuanya selama ini tidak sedang bersenang senang. Ia mulai menangis dan menjerit memanggil ibu atau ayahnya.

"Gadis kecil picik ini, andai bukan karena ayahmu aku tidak akan mengalami kemalangan ini. Dan sekarang kau menambah siksaan ku dengan hadir di dunia ini. Kau pembawa sial. Semoga api neraka menjemput mu nanti Elizabeth." Adalah balasan dari Ms. Swaan atas tangisan serak nya.

Elizabeth hari itu hampir terbunuh jikalau bukan karena ayahnya yang masih sedikit memiliki kewarasan membukakan pintu pada saat langit telah gelap. Lama kelamaan Elizabeth mulai terbiasa dengan kekerasan seperti itu.

Ia terus menerima siksaan tersebut hingga ia dewasa dan mendapatkan pekerjaan. Bedanya Ms. Swaan sekarang ditahan di tempat rehabilitasi karena gangguan jiwa. Ayah Elizabeth memergoki Ms. Swaan sedang menindis Elizabeth dan menekankan wajahnya ke bantal putih, membuat Elizabeth untuk yang entah keberapa kali hampir mati.

Ibunya pergi dari rumah saat ia berusia 15 tahun. Dan untuk sisa sisa hidupnya ia tinggal bersama ayahnya. Secercah harapan yang Elizabeth pegang pada ayahnya runtuh tak berkeping seiring dengan waktu berjalan. ayah Elizabeth juga mulai semakin mirip ibunya.

Ayahnya mulai menyentuh minuman keras, botol hijau dengan berbagi merek akan selalu kau dapati di penjuru sudut rumah. Ia mulai sering meracau. Kebiasaan menghancurkan barang tak pernah lepas. makin di perburuk dengan kelakuan kekerasan yang ia limpahkan kepada Elizabeth.

Elizabeth yang menginjak usia 18 tahun hanya menatap kosong ke pemandangan ayahnya yang sedang melemparkan botol minuman keras di ruang tengah. Meneriakkan nama dari mantan kekasih yang gagal Ia miliki.

Dari situ Ia ketahui, akar permasalahan dari semua ini karena ayahnya yang tak dapat melepaskan kekasih lamanya, dan ibunya yang terlalu mencintai ayahnya.

Ayah Elizabeth yang ditinggalkan oleh kekasih nya dulu sempat menolak menikah. Namun kedua orang tuanya memaksa nya untuk menerima ibu Elizabeth sebagai istrinya. Berbeda dengan ayahnya, ibu Elizabeth jatuh cinta pada pandangan pertama. Mendengar bahwa ayah Elizabeth sempat menolaknya, Ia memaksa kedua orang tuanya agar ia tetap dinikahkan dengan Mr. Swaan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Ending Before The Beginning : Labyrinth Of LoveWhere stories live. Discover now