Even If I'm Torn Apart (R19)

14

Clifton biasanya bukan tipe orang yang sentimental untuk memperhatikan pembicaraan tidur seperti itu.

Namun, suaranya hampir tidak terdengar begitu menyedihkan, atau mungkin itu kelopak mata gemetar di bawah mimpi buruk, yang membuatnya diam-diam mengawasinya.

"Sepertinya dia mengalami mimpi buruk."

Tidur dan perilakunya membuat Clifton tertawa pelan.

Meskipun matanya tertutup, tidurnya berbicara menjadi lebih jelas dan lebih langsung, seolah-olah halus menyampaikan apa yang ada di pikirannya.

Air mata telah berkumpul di bawah bulu matanya yang lebat tanpa diketahui.

Mengamatinya, Clifton berbicara dengan suara pelan.

"Bangun, Merdy."

Meskipun suaranya kecil, kelopak mata Merdy berkibar dengan lembut.

Tidak biasa bagi Merdy untuk bangun pada kata-kata Clifton tanpa respon apapun terhadap teriakan domba.

Seraya bulu matanya yang basah terangkat dengan lebat, matanya yang hijau, yang basah oleh air mata, berjuang untuk fokus.

Setelah matanya fokus, Merdy bangkit seolah-olah dia telah melihat sesuatu.

"… Yang Mulia?"

"Aku lega kau tidak melakukan apa-apa."

"Hah…?"

"Saya khawatir bahwa kejutan belajar kebenaran di Velrok mungkin telah mempengaruhi Anda. "

Clifton berkomentar dengan tenang.

Merdy, dengan wajah memerah, disikat dari jerami di tubuhnya. Saat dia melakukannya, dia bergumam dengan tekad di matanya yang basah.

Vincent, pengkhianat ini...

Tampaknya anak kandang itu bernama Vincent.

Clifton mengejek nama yang secara alami mengalir dari bibir Merdy.

"Aku ingin tahu berapa lama aku harus tinggal di tempat yang tidak menyenangkan ini karena kau."

Tapi begitu kata-kata meninggalkan mulutnya, mengejeknya menghilang, meninggalkan hanya ekspresi wajah.

Segera setelah nada berubah menjadi perintah, Merdy, tanpa menenangkan domba terkejut, harus keluar dari kabin.

Angin menyikat terhadap pipinya yang memerah dingin.

"…Jika tidak nyaman bagi Anda untuk datang dalam diri sendiri, Anda harus sudah mengirim seseorang. "