Bab 2

987 158 0
                                    

Happy reaading, semoga suka.

Full version sudah bisa didapatkan via Playstore dan Karyakarsa.

Full version sudah bisa didapatkan via Playstore dan Karyakarsa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Ponsel Jasmine berbunyi tepat ketika ia mengangkat tangan untuk mengetuk pintu rumah orangtunya. Sesaat, ia mematung.

Jangan-jangan Mom ingin aku membelikan sesuatu.

Ia lalu mengecek layar ponselnya. Sial, layar itu memberitahu Jasmine cerita yang berbeda. Bukan ibunya, tapi seseorang yang tidak Jasmine harapkan.

Dari Jeremy, si bajingan.

Tentang tadi malam, kau pergi begitu saja sebelum kita sempat berbicara, tolong telepon aku, Jazzy.

Darah Jasmine seolah membeku. Sial! Ia menekankan kepalanya ke dinding dan berpikir apakah ini waktu yang baik baginya untuk memotong pergelangannya sendiri atau setelah makan malam dihidangkan. Pikiran mengerikan bahwa ia mungkin saja tidur dengan Jeremy tadi malam membuat Jasmine ingin menjerit. Mengapa ia terus kembali kepada bajingan itu? Apakah tidak cukup pria itu menyakitinya dan mengecewakannya berkali-kali sehingga Jasmine tak bisa lagi menghitungnya. Mengapa, Jasmine? Apakah ia memang tipe yang suka menyiksa dan menyengsarakan dirinya sendiri?

Tapi sisi baiknya, Jasmine tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi kemarin malam. Syukurnya, efek vodka membuatnya amnesia. Tapi kemudian ia menutup mulutnya dengan tangan. Mungkin saja ia memang tidak sadarkan diri? Itu bahkan lebih buruk lagi, bukan? Pikiran bahwa pria itu memanfaatkannya ketika ia tidak sadarkan diri terasa sungguh mengerikan, menjijikkan. Jasmine hanya berharap kalau pria itu tidak sampai mengambil foto-foto dan...

Shit!

Oke, jangan berpikir terlalu jauh dulu. Saat ini, yang terbaik bagi Jasmine adalah menghindari pria itu terlebih dulu. Jadi ia mendorong ponselnya ke dalam dasar tasnya, membiarkannya terkubur di antara barang-barangnya sehingga Jasmine tidak tergoda untuk meraih dan mengeceknya.

"Jasmine! Kau jadi masuk atau tidak?'

Itu suara ibunya dan pintu terbentang membuka dan hampir saja Jasmine jatuh dan menimpa anjing pudel milik ibunya.

Dengan pelan, Jasmine lalu mendorong anjing itu menjauh dan mengikuti ibunya ke dapur. Aroma kubis yang dimasak terlalu lama menguar di dalam dapur tersebut. Ayahnya tampak sedang duduk di meja dan wajahnya terkubur dalam majalah mingguan favoritnya.

"Hello, Love," sapa ayahnya saat mengangkat wajahnya. Lalu pria itu tertegun. "Kau terlihat berantakan hari ini. Ada apa dengan keningmu, kenapa benjol? Dari mana kau mendapatkannya? Kau baik-baik saja?"

"Ya, ya, aku baik-baik saja, Dad," jawab Jasmine dengan cepat. "Aku terjatuh dan keningku menghantam pinggiran bath tub tapi selebihnya, aku baik-baik saja."

Hal terakhir yang dibutuhkan oleh Jasmine adalah mata penuh selidik ayahnya yang mencoba mencari tahu apakah ada yang salah. Lagipula, ia tidak punya ingatan apapun tentang bagaimana ia mendapatkan benturan di keningnya ini, jadi bagaimana ia akan menjelaskan alasannya kepada orangtuanya, bukan?

"Makan malam yang enak akan membuatmu merasa lebih baik, Gadisku," ujar ibunya sambil tersenyum. Ibunya lalu menaruh potongan-potongan kubis besar di atas piring, diikuti dengan beberapa daging sapi yang tampak kasar. Jasmine menatap ke arah anjing pudel ibunya yang terengah-engah berjalan mendekati mereka dan tahu bahwa siapa di antara mereka yang akan memakan daging sapi tersebut.

"Thanks, Mom," ujar Jasmine di antara gigi-giginya yang dikatupkan saat ibunya menuangkan sup dan kentang yang agak gosong ke piring di hadapannya. "Kelihatannya enak."

In Bed with a Stranger - sudah tamatWhere stories live. Discover now