Bab 7

729 148 3
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Jasmine mendapati dirinya duduk di sebuah restoran Italia yang kecil tetapi intim. Sesaat, ia mempertanyakan kewarasannya. Sejauh ini, Archie memang tidak terlihat seperti bajingan ataupun pria mesum yang tidak waras tapi karena Jasmine bahkan tidak bisa mengingat pertemuan pertama mereka, bagaimana ia bisa begitu yakin?

Tapi mungkin saja Jasmine yang terlalu paranoid. Jadi ia memperhatikan pria itu yang kini sedang memesan dua gelas minuman sambil mencoba menerobos ingatannya yang terblokir. Bagaimana mungkin Jasmine bisa lupa telah berbagi ranjang dengan pria seseksi ini? Tanpa sadar, ia mengusap bekas benturan di kepalanya yang masih terasa sakit dan meringis pelan. Jelas sekali kalau benturan di kepalanya ini telah menimbulkan kerusakan yang cukup berkepanjangan. Benturan itu dan gara-gara vodka sialan itu juga.

Ketika gelas tinggi berisi vodka, jeruk nipis dan soda di letakkan di hadapan Jasmine, ia memandang minuman itu dengan ekspresi ngeri.

"Ada apa? Apa aku salah memesan?" tanya pria itu geli. "Atau kau ingin minum rum?"

Jasmine menggeleng. "Tidak, aku tidak seharusnya minum malam ini," jawabnya.

"Ya, tidak apa-apa juga, beberapa noda tambahan di pakaianku tidak akan membuat banyak perbedaan," komentar pria itu sambil meringis lalu menatap kemejanya yang rusak dan bernoda.

Sementara itu Jasmine membenamkan wajahnya di balik menu dan berpura-pura tertarik pada daftar panjang hidangan-hidangan di restoran ini.

***

Setelah beberapa gelas vodka, Jasmine tidak lagi merasakan sakit di kepalanya. Ia juga mendapati bahwa ia dengan mudah telah melupakan sumpahnya untuk tidak menyentuh minuman beralkohol. Archie benar-benar adalah pengaruh yang sangat buruk, putusnya kemudian. Tapi pria itu juga teman yang sangat menyenangkan. Begitu menyenangkan sampai Jasmine lupa siapa itu Jeremy. Jasmine tidak pernah bersenang-senang seperti ini saat bersama bajingan itu. Bukannya pria itu sering mengajaknya kencan seperti ini, makan di restoran, ataupun mengobrol, karena ide berkencan pria itu selalu hanya di ranjang.

What a jerk!

"Apa yang kau lamunkan?" tanya pria itu saat Jasmine berkali-kali tak merespon perkataannya.

Jasmine mengibaskan tangannya. "Sama sekali tidak penting," ujarnya sambil menyeringai pada pria itu. Dan memang benar. Jeremy tidak penting. Sayang sekali karena butuh waktu yang lama bagi Jasmine untuk menyadari hal itu.

"Terima kasih atas makanannya – aku benar-benar menikmatinya," lanjut Jasmine lagi sementara pelayan mulai mengangkat piring kotor dan membersihkan meja mereka sebelum meninggalkan menu makanan penutup.

"Well, setidaknya kali ini kau memakan sesuatu sebelum pingsan," komentar pria itu saat Jasmine sibuk menentukan makanan penutup yang diinginkannya.

"Oh Tuhan, apa aku benar-benar mengerikan malam itu?" tanya Jasmine sambil memegangi kepalanya malu. Mengapa ia tidak juga bisa mengingat sedikitpun tentang malam itu?

"Ya, kau terlihat cukup berantakan," ujar pria itu dalam tawa. "Tapi kau juga terlihat sangat sedih jadi aku bimbang meninggalkanmu. Aku mencoba mencari tahu di mana kau tinggal, tapi kau terlalu mabuk untuk bisa berpikir jernih."

"Apa kau selalu menjadi ksatria berkuda putih untuk setiap wanita yang mabuk , huh?"

Pria itu kembali tertawa. "Tidak, aku tidak pernah melakukannya, tapi aku juga tidak pernah bertemu dengan wanita yang hampir bunuh diri dengan menabrakkan dirinya pada mobilku."

"Ya ampun, aku benar-benar berharap aku bisa mengingatnya!"

"Well, kepalamu benar-benar terbentur cukup keras sampai kau pingsan beberapa saat. Aku hampir saja membawamu ke rumah sakit tapi saat sadar, kau bersikeras bahwa kau baik-baik saja, bahwa kau hanya membutuhkan air minum, jadi aku membawamu ke hotel bersamaku."

Jasmine bisa membayangkan dirinya sendiri, sakit karena benturan di kepalanya, kesal, juga emosional dan sedang mabuk, sedikit gegar otak mungkin. Sama sekali bukan gambaran yang menarik. Mengapa pula pria itu mau repot-repot membantunya? Ini masih menjadi misteri bagi Jasmine. Jika mereka bertukar posisi, Jasmine pasti sudah kabur meninggalkan pria itu.

"Aku terbangun di ranjangmu pagi itu, bukan?"

Setidaknya, itu bukan ranjang seorang pria mesum menjijikkan ataupun setidaknya, itu bukan ranjang Jeremy. Untuk itu saja, Jasmine sudah bersyukur.

Archie mengangguk sambil meraih minumannya dan menenggaknya seteguk. "Ya, secara teknis itu adalah ranjang di kamar hotel."

"Dan... erm... apa yang kita lakukan... maksudku, sebelum aku jatuh tertidur?" Jasmine harus bertanya. Ia setidaknya harus tahu. Jika ia bersikap seperti seorang wanita jalang, setidaknya ia mengetahuinya langsung dari mulut pria itu alih-alih dari gosip yang mungkin saja akan beredar di kantor nantinya.

"Kita mengobrol sejenak dan kau banyak menangis. Lalu aku menonton film sementara kau mendengkur keras."

"Jadi... jadi hanya itu yang terjadi? Tidak terjadi apapun di antara kita?"

"Jasmine, apapun yang kau pikirkan, aku bisa meyakinkanmu bahwa aku bukan tipe pria yang akan memanfaatkan wanita yang mabuk. Aku lebih suka jika partnerku dalam keadaan sadar."

Jasmine menatap wajah pria itu untuk melihat apakah dia sedang berbohong dan tidak berhasil menemukan tanda bahwa pria itu sedang berbohong. Dia terlihat dan terdengar jujur. Jauh lebih jujur dari mantan kekasihnya yang berengsek itu, tentu saja.

"Tapi... tapi mengapa aku tidak mengenakan pakaianku?" Ia ingin mempercayai pria itu, tapi dia harus memberinya penjelasan terkait mengapa Jasmine terbangun dalam keadaan telanjang.

Pria itu membuang wajahnya sejenak dan Jasmine langsung tahu bahwa pria itu belum memberitahunya tentang keseluruhan ceritanya. Lalu dia menatap Jasmine lagi. "Kau... erm..."

"Apa?"

"Kau berusaha merayuku."

What?!

Wajah Jasmine langsung berubah merah padam. "Ap... apa? Tapi kupikir kau bilang kalau aku jatuh tertidur sementara kau menonton film!"

"Kau memang jatuh tertidur, tapi setelah memperagakan... tarian telanjang padaku."

Fuck!

Jasmine membenamkan wajahnya di kedua telapaknya dan mengerang, berharap bumi terbelah saat ini juga dan menenggelamkannya. Sungguh memalukan!

"Ya Tuhan," erangnya malu.

Dan sudah pasti pria itu tidak tertarik padanya atau dia tidak akan melewatkan kesempatan tersebut. Dan entah kenapa, kenyataan itu membuat Jasmine lumayan sedih

"Oh percayalah, aku sama sekali tidak keberatan saat itu," ucap pria itu, ada nada tawa dalam suaranya. "Aku hanya tidak ingin mengambil kesempatan di saat kau sedang mabuk, sedih dan kemungkinan gegar otak ringan."

Jasmine mengintip pria itu lewat jari jemarinya.

"Kau bisa membantuku mengenakan pakaianku kembali saat aku tertidur," ujarnya, agak menuduh.

"Nah, aku terlalu sibuk menikmati pemandangannya."

Dan pria itu menunduk saat Jasmine melemparkan serbet ke arahnya.

In Bed with a Stranger - sudah tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang