Bagian 36

1.2K 75 0
                                        


Usia itu tentang angka, bukan tentang kedewasaan.

Orang yang lebih muda tidak selalu lebih kekanak-kanakan. Bahkan ada kalanya, yang muda justru lebih dewasa. Entah karena proses pendewasaannya yang cepat, atau lingkungan yang memaksanya agar lebih cepat dewasa.

Menjadi lebih muda bukanlah sebuah dosa. Terlahir lebih lama dari pasangan juga tidak menjadikan kita menjadi lebih manja, atau bahkan tidak bisa diandalkan. Asal ada niat, maka semua hal bisa saja terjadi. Makanya sebisa mungkin, Juna berusaha untuk menjadi lebih dewasa dibandingkan sebelumnya. Sebab dia ingin menjadi pacar yang bisa diandalkan oleh seorang Faradila.

"Hari ini aku jemput pake motor gimana?" Juna mengirim pesan kepada sang pacar. Belakangan ini dia punya kegiatan rutin yang digemari, yaitu menjemput Dila dari kantornya.

"Nggak papa. Aman." Jawab Dila. "Tapi tumben banget, Jun. Kenapa emang mobilnya?'

Juna menyunggingkan senyum. Niat menjemput menggunakan motor bukan karena mobilnya bermasalah atau tidak ingin terkena macet, tetapi karena ingin bermodus ria dengan Dila. Ingin dipeluk ketika mengendarai sepeda motornya. "Nggak apa-apa. Lagi kangen naik motor aja."

"Are you okay?"

"Yes. I am fine."

"Kalau jalan kabarin ya, biar aku bisa langsung turun."

"Siap sayang."


***


Dila melingkarkan tangannya di pinggang Juna dengan senang hati. Dia juga menyandarkan kepalanya di bahu tegap milik lelaki itu, sesuai dengan permintaannya beberapa waktu yang lalu. "Jadi ini ya niat terselubung jemput pakai motor?" ujar Dila. Kepalanya masih nyaman disandarkan, membuat laki-laki yang ditanyainya itu tersenyum di balik helm.

"Ketahuan banget ya?"

"Iya lah. Orang kamu terang-terangan begitu." Sejak Dila naik ke atas motornya, Juna langsung mengatakan bahwa dia ingin dipeluk. Bahkan jika Dila tak ingin menyanggupinya, maka dia mengatakan bahwa tidak akan menyalakan motornya. Biarkan mereka duduk di atas motor yang diam untuk waktu yang tidak ditentukan.

"Aku beneran bm pelukan di atas motor, Dil. Makanya mending diungkapin daripada dipendam." Dila baru sadar bahwa pacaran bersama berondong akan se menggemaskan ini. Selama ini Rayhan tidak pernah melakukan apa yang Juna lakukan sehingga dia tidak siap dengan serangan-serangannya itu.

"Emang ada bm pelukan di atas motor?"

"Ada dong. Ini buktinya aku ngalamin sendiri." Dila dibuat tertawa dengan jawaban Juna. Dia tahu bahwa Juna adalah orang yang senang berterus terang. Hanya saja dia tidak menyangka, bahwa semakin hari keterus terangannya benar-benar tidak ada remnya.

"Eh, hujan Jun." Tiba-tiba hujan turun membasahi bumi. Tetes-tes airnya pun mulai dirasakan oleh sepasang muda-mudi yang sedang bahagia ini, hingga membuat sang puan tidak nyaman dan mengadu pada pasangannya.

Hujan yang tadinya rintik-rintik tiba-tiba berubah menjadi lebih cepat. Bulirannya pun semakin besar, menandakan bahwa hujan lebat sudah mulai datang. Alhasil suara mereka juga tidak terdengar, hingga terjadilan percakapan yang penuh dengan kekerasan. "Mau neduh atau diterabas aja, Dil?"

"Hah! Gimana, Jun? gak kedengeran."

"HUJANNYA MAKIN DERES. INI KAMU MAU NEDUH DULU ATAU DITERABAS AJA?"

Juna menghela napas dan melanjutkan teriakannya. "KAMU BAKALAN SAKIT GAK KALAU KITA TEROBOS?"

"AKU SEHAT SIH, DAN KAYAKNYA GAK APA-APA JUGA KALAU UJAN-UJANAN."

"LAGIAN UDAH LAMA SEJAK TERAKHIR KALI UJAN-UJANAN."

"UJAN-UJANAN AJA YUK! KAYAKNYA SERU."

"KAMU SERIUS?" mendengar teriakan dari Dila, Juna mengkonfirmasi. Memastikan apakah Dila yakin atas permintaannya itu, sebab dia tidak mau jika nantinya Dila akan menjadi sakit.

"AYO UJAN-UJANAN!" Teriaknya bersemangat. Membuat Juna diam-diam tersenyum dibalik kemudinya, lalu tetap fokus berjalan sembari menikmati tetesan air hujan yang membasahi tubuh mereka berdua.

"Kok berhenti?" tanya Dila heran. Pasalnya mereka belum jauh berjalan, tetapi Juna tiba-tiba menghentikan laju sepeda motornya dan menepi di depan sebuah ruko yang sudah tutup.

"Pake jas hujan dulu. Biar gak terlalu basa ujan-ujanannya." Jawabnya sebelum akhirnya mengambil dua buah mantel plastik yang ada di jok motornya. Dia bahkan membantu membuka dan memasangkannya pada Dila. Membuat si perempuan tertegun karena belum pernah mendapatkan perlakuan semanis yang dilakukan oleh pacar brondongnya.

"Terima kasih," ujarnya tulus.

Juna tersenyum dan mengangguk. "Ayo lanjut lagi ujan-ujanannya. Semoga dengan pakai mantel ini, jadi gak masuk angin nanti."

Dila mengangguk, lalu mengikuti langkah Juna untuk kembali ke motornya lagi.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan pulang yang menyenangkan ini." Teriaknya di tengah hujan. Diam-diam hatinya juga bersyukur, sebab dia berhasil menyakinkan diri untuk mengiyakan permintaan Juna untuk berpacaran dengannya.

Kayaknya gue udah jatuh cinta sama lo, Arjuna Dewantara.

My Sweet BerondongWhere stories live. Discover now