4. Rose

314K 11.6K 70
                                    

“Cia, lo bisa dengar suara gue?” tanya Fian ketika melihat kelopak mata Alicia bergerak terbuka perlahan. Meskipun samar dan sangat pelan, Fian sangat senang. Buru-buru ia memencet bel untuk memanggil dokter. 

Ketika dokter datang, kedua mata Alicia terbuka sempurna. Perempuan itu mengerjapkannya sejenak, beradaptasi dengan cahaya. Wajahnya tampak bingung selama diperiksa oleh suster. Meskipun masih terasa sulit untuk bersuara, Alicia berusaha menanggapi pertanyaan dokter. 

“Keadaannya sudah membaik dibandingkan semalam. Nona Collins hanya perlu beristirahat dan perawatan intensif untuk luka-lukanya. Bila ada yang kalian butuhkan, silahkan panggil saya.” kata dokter menyelesaikan pemeriksaannya. 

Fian mengangguk sebelum kemudian kembali duduk di sisi ranjang Alicia. Setelah tim medis keluar, keluarga Alicia kembali duduk di dekatnya. Wajah khawatir mereka telah berganti dengan wajah bahagia. Alicia akan sembuh. 

“Lo tahu kesalahan lo, ‘kan?” tanya Fian tanpa memandang wajah Alicia. Sibuk mengupas apel. 

“Iya, kak. Maaf.”

Fian mengembuskan napas panjang. Alicia tahu betul gestur itu. Fian sedang berusaha meredam emosinya.
“Dengar, gue berusaha nggak memperpanjang masalah ini. Selama mobil lo diperbaiki, lo harus diantar Pak Budi kemana pun. Paham?”

Dari pada gue bantah, nanti makin runyam.

Alicia mengangguk pelan. “Iya. Maaf, ya.”

Tidak tega melihat Alicia dimarahi, Bunda menjewer telinga putranya. “Kamu, tuh, ya. Baru aja Cia sadar, kamu malah marah-marahin dia.”

“Aduh, Bun. Mana ada, sih? Fian tuh kasih nasihat ke Cia biar nggak lembur-lembur lagi. Seenggaknya, kalau mau lembur tuh dianter pulangnya sama Pak Budi.” Fian meringis sambil mengelus telinganya yang perih bekas jeweran. 

“Bagus, Ma! Sekali-sekali kak Fian tuh dimarahi. Jangan Key mulu!” seru Keyla semangat.

“Eh, berani-beraninya lo, ya. Awas aja, gue jejelin nih apel!” 

Keyla, haters apel, menjerit heboh. “Nggak mau! Oma, kak Fian jahat!”

Dari sini, Alicia menyadari kesalahannya. Ia membuat keluarganya khawatir. Sama seperti dua tahun lalu, ketika kedua orang tuanya mengalami kecelakaan mobil. Alicia kembali mendatangkan trauma itu kepada mereka. Untung saja ia selamat. Tidak seperti kedua orang tuanya yang pergi dalam waktu satu malam. 

Alicia merasa bodoh atas perilakunya. 

“Gimana, nak? Sudah enakan?” tanya Opa yang baru datang. Lelaki renta itu segera duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Fian. 

“Sudah, Opa. Tinggal lukanya saja yang masih agak perih.”

“Lain kali berhati-hatilah. Opa takut sekali semalam.”

“Maaf, Opa,” kata Alicia sendu. “Aku janji nggak akan ulangi lagi.”

“Kamu punya sopir pribadi, ‘kan? Kalau terpaksa pulang malam, minta dijemput saja.” 

“Pak Budi kemarin sedang sakit. Aku suruh beliau istirahat saja.”

“Sudahlah, yang lalu biarlah lalu. Sekarang kamu istirahat saja, ya.” cetus Bunda memutus obrolan. “Oh ya, katanya nanti Kina jenguk kamu.”

My Disaster CEOWhere stories live. Discover now