Bab 3

893 151 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version tersedia di Playstore dan Karyakarsa, langsung tamat ya.

Full version tersedia di Playstore dan Karyakarsa, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________

Setelah menerima pesan masuk berkali-kali, akhirnya Jasmine memutuskan untuk menutup ponselnya sambil berpikir apa yang dulunya membuat ia tertarik pada Jeremy.

Oke, dia cukup tampan dan mengendarai mobil BMW seri terbaru tapi tidak mungkin aku sedangkal itu, bukan?

"Ya, kau memang sedangkal itu!" ujar Gina.

Jasmine terkejut, sadar bahwa ia tidak membatin di dalam hatinya sendiri tapi menyuarakan kata-kata itu keluar.

Jasmine meringis tak setuju. "Lebih dari itu," jawbnya sambil membela dirinya sendiri. "Kami sebenarnya memiliki banyak kesamaan."

"Oh ya, seperti apa itu misalnya?" sindir Gina lagi.

"Seperti... film. Kami suka film-film yang mengandung unsur seni," jawab Jasmine.

"Tidak, Jazzy. Kau mungkin menyukai jenis film seperti itu tapi Jeremy hanya berpura-pura menyukainya agar dia bisa membawamu ke tempat tidur di akhir hari."

Jasmine menatap Gina tersinggung. "Jadi kau ingin berkata bahwa yang dia inginkan dariku selama ini hanyalah seks?"

"Kau lihat saja buktinya – dia menghabiskan tiga tahun membuat hidupmu seperti di neraka dan ketika kau akhirnya memintanya untuk berkomitmen, dia langsung berkata bahwa dia membutuhkan waktu dan jarak! Yang benar saja, Jazzy! Faktanya adalah, dia hanya ingin bersenang-senang denganmu selama kau tidak membuat hubungan ini menjadi rumit. Dia tidak menginginkan komitmen, dia hanya ingin tidur denganmu tapi begitu kau menuntut lebih, dia langsung melarikan diri, iya kan?!"

Jasmine tahu bahwa sahabatnya itu benar. Memang jelas seperti itu. Sejak dari awal, Jeremy sudah memberitahu Jasmine bahwa dia tidak suka terikat dalam hubungan tapi seperti wanita pada umumnya, Jasmine mengabaikan hal itu dan berpikir bahwa ia akan menjadi orang yang pada akhirnya mengubah pria itu.

"Dia sebenarnya tidak begitu hebat di ranjang," aku Jasmine sedih. "Karena itulah aku tidak mengerti mengapa aku sampai termakan rayuan murahannya tadi malam, again and again."

Sahabatnya itu menatap Jasmine bingung. "Apa sih yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti."

"Jeremy, siapa lagi?" jawab Jasmine. "Kurasa aku bersamanya malam tadi, di kamar hotel."

"Orang itu tidak mungkin Jeremy," ujar Gina sambil membawa gelas-gelas ke bak cuci.

"Huh?"

Gina berdecak pelan sambil menoleh pada Jasmine. "Setelah kau menghilang tadi malam, dia menyerocos tiada henti selama hampir satu jam dengan Brett sebelum kemudiang pingsan di sofa. Dia mabuk parah. Dia ada di sini semalaman."

"Jadi aku menghabiskan malamku bersama siapa?!"

"Jika saja kau tidak kabur, kau mungkin sudah tahu."

Jasmine melotot sementara Gina menyeringai. Menyebalkan!

Jasmine hanya berharap, semoga malam ini ia bisa tidur nyenyak dan pikirannya akan jernih kembali. Dan besok pagi, ia tentu bisa mengingat apa yang terjadi dan paling penting, dengan siapa ia tidur malam kemarin. Efek alkohol tidak akan membuat seseorang lupa ingatan selamanya, bukan?

In Bed with a Stranger - sudah tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang